Seperti biasanya, pada hari raya Idul
Fitri saya dan isteri selalu bermalam di Malang. Setelah silaturahmi ke Ibu, Mbah Mien dan
beberapa kerabat lain, sorenya bermalam di Malang. Karena rumah Ibu kecil dan
banyak adik-adik serta keponakan yang diperkirakan bermalam, maka saya dan
isteri memutuskan akan tidur di hotel. Jauh
hari isteri sudah mencari hotel secara online dan mendapatkan hotel Ubud di
Jalan Bendungan Sigura-gura.
Selesai sholat Idul Fitri di masjid
Al Azis dekat rumah, kami segera siap-siap.
Karena di rumah hanya berdua, saya dengan isteri, kami berbagi tugas. Saya membuat sarapan, isteri memberesi rumah
dan menyiapkan apa-apa yang akan dibawa ke Malang. Kami sepakat membuat sarapan
mie, karena kebetulan punya satu bungkus mie sedap yang ditemukan dalam parcel
lebaran. Kami juga punta sawi dan ayam
goreng suwir sisa buka puasa kemarin. Isteri saya menyebutkan “hari ini
cheating”, karena kami biasanya menghindari makan mie yang mengandung bahan
pengawet.
Selesai membuat mie dan belum
sarapan, putra-putra Bu Agus, tetangga sebelah rumah yang sudah seperti
saudara, pada datang. Ada Mbak Ita
bersama suamninya, Mbah Atiek, Mas Bujang dengan putranya-si Noval, dan Upik
bersama suaminya serta anaknya yang sangat lucu-Senja. Saya sangat akrab dengan mereka dan kalau
ketemu terbayang saat mereka masing kecil dan lucu-lucu, bermain dengan
anak-anak saya. Saya sangat senang
menggoda Upik, si bungsu, karena sejak masih kecil saya memang senang sekali bermain
bersama mereka.
Selesai sarapan sepiring berdua,
karena memang hanya ada satu bungkus mie, kami meluncur ke Malang. Kami sudah memperkirakan jalanan akan padat,
sehingga menyiapkan potongan buah untuk dimakan saat macet. Benar, keluar dari
tol di exit dekat Taman Safari jalanan sudah sangat padat. Kami merayap mengikuti ribuan kendaraan
sampai daerah Lawang. Isteri saya
melihat google map dan mendapatkan informasi kami akan sampai Griyasanta pada
pukul 11.30. Waduh tidak sempat sholat
Jum’at pikir saya.
Untung saja, di Lawang ada petunjuk “jalan
tol fungsional Lawang-Malang”. Segera
saya memasang sign kiri untuk meminta jalan untuk belok kiri. Nah ketika sudah belok jalannya beriliku dan
cukup panjang, sehingga saya bertanya “mana jalan tol-nya?”. Namun setelah masuk jalan tol alternatif hati
menjadi sangat lega. Jalan cukup
lenggang dan Google map memberi informasi dapat sampai Griyasanta pukul
11.10. Jadi menghemat waktu 20 menit dan
yang lebih penting dapat sholat Jum’at.
Akhirnya kami sampai rumah Ibu di
Griyasanta pukul 11.08 sehingga sempat sungkem ke Ibu dan salam-salaman dengan
adik-adik serta keponakan, sebelum berangkat ke masjid dekat rumah ibu. Sepulang Jum’atan saya makan ketupat dengan
lauk sambal goreng kentang plus ati, opor ayam dan telor petis. Sangat khas
lebaran ala keluarga.
Selesai makan saya nganggur, sehingga
bilang ke isteri akan ke hotel Ubud untuk memberesi pembayaran dan mengambil
kunci. Dengan penuh keyakinan saya akan
dapat menemukan lokasi, karena sudah tahu jalan Bendungan Sigura-gura tempat
ITN Malang berada. Sebelum berangkat,
saya mencoba meihat di Google Map dan menemukan lokasi hotel tersebut. Sepanjang perjalanan saya berusaha mengikuti
petunjuk Google Map.
Ketika sampai di dekat jalan Bendungan
Sigura-gura Barat, sesuai dengan petunjuk Google Map, saya ragu-ragu. Masak hotel berada di Gang sempit itu. Saya mencoba menilpun tetapi agaknya petugas
hotel yang menerima tilpun saya juga tidak dapat memberikan petunjuk yang
jelas. Akhirnya saya memutuskan melanjutkan
maju lagi dan menemukan posisi saya di belakang UIN Malang. Saya ragu-ragu, masak lokasinya setelah UIN,
akhirnya saya berhenti dan bertanya kepada security yang kebetulan berasa di
mulut gang dekat saya berhenti. Saya
mendapatkan informasi, kalau saya kebablasan.
Disarankan untuk kembali dan diberi petunjuk sebelum ITN ada Indomart
kanan jalan dan di sebelahnya itulah jalan masuk ke hotel Ubud.
Saya memutar balik mobil dan jalan
pelan-pelan. Betul menjelang ITN Malang
ada Indomart di kanan jalan dan di sebelahnya ada jalan masuk. Saya belok, namun beberapa meter saya
berhenti karena ragu-ragu. Melihat
Google Map, saya berada di arah yang benar tetapi tetap ragu-ragu. Masah hotel berada di gang kecil dan sepi. Saya mencoba maju pelan-pelan dan menemukan
petunjuk berupa “panah belok kanan dengan tulisan hotel Ubud”. Dalam hati saya bertanya “lah, sudah jalannya
kecil belok kenan melewati perumahan”.
Saya mencoba mengikuti dengan jalan pelan-pelan. Sekitar 100 meter ada pertigaan dan ada
petunjuk hotel Ubud belok kiri. Ya,
ampun hotel kok lokasinya di perkampungan dengan gang sempit. Nah, diujung
jalan itulah saya menemukan gerbang hotel.
Gang terakhir itu tampaknya memang khusus untuk masuk ke hotel saja,
karena kiri kanan tidak ada rumah.
Hotelnya cukup baik dan sangat
bernuasa Bali, sesuai dengan namanya.
Kepada Mas Yoyo, petugas front office yang menerima saya, saya sampaikan
“hotel bagus kok lokasinya di gang sempit, sehingga saya kesulitan mencarinya”. Beliau menjelaskan menjelasan memang hotel
Ubud dirancang untuk istirahat dengan nyaman, sehinga memilih lokasi yang jauh
dari keramaian. Yang diutamakan view
hotel yang cantik di tebing sungai dengan sawah yang masih hijau. Betul juga, namun jangan sampai tamu ragu dan
menyalahkan Google Map.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar