Tanggal 7 Juni 2018 saya mengikuti rapat Senat Unesa dan duduk
bersebelahan dengan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
(Prof Lies Amin). Sebelum rapat dimulai
kami berdua sempat berbincang singkat tentang tantangan penelitian, khususnya
di Unesa. Saya menangkap kesan bahwa
Unesa kerepotan merancang penelitian dengan anggaran yang terbatas ditambah
dengan ego dosen untuk melakukan penelitian pada bidangnya masing-masing. Akhirnya anggaran yang tidak besar itu dibagi
kepada orang banyak, sehingga merupakan paket penelitian kecil-kecil, sehingga
sulit untuk menghasilkan temuan yang fundamental. Sambil mengikuti rapat Senat
saya mencoba memikirkan kerisauan Prof Lies Amin dan kemudian menuliskan naskah
ini.
Penelitian pada sebuah perguruan tinggi merupakan bagian dari
pelaksanaan tridarma, sehingga mestinya sesuai dengan visi dan misi perguruan
tinggi yang bersangkutan. Pertanyaannya
bagaimana membingkai keinginan dosen yang sangat beragam agar sesuai dengan
visi dan misi perguruan tinggi. Inilah
tampaknya yang harus kita pikirkan, yaitu memiliki penelitian “besar” yang
potensial menghasilkan temuan fundamental.
Sudah saatnya perguruan tinggi seperti Unesa memiliki rencana
induk penelitian (research grand design) yang disusun berdasarkan visi dan misi
Unesa. Visi Unesa saat ini berbunyi
“unggul dalam pendidikan kukuh dalam keilmuan”. Ketika IKIP Surabaya bertransformasi menjadi
Universitas Negeri Surabaya (Unesa), tampaknya tetap memegang tugas utamanya
sebagai LPTK. Dengan visi itu tampaknya
Unesa ingin menjadi perguruan tinggi mampu menjadi mata air sekaligus sumber
inspirasi dalam bidang pendidikan, baik dalam tataran keilmuan maupun
praksisnya.
Penggalan kalimat “kukuh dalam keilmuan” dimaknai sebagai
penopang. Artinya fokus utama tetap
dalam bidang pendidikan, sedangkan bidang lain merupakan penopang. Bukan berarti bidang non kependidikan tidak
penting, tetap penting. Tetapi harus
diarahkan untuk menopang agar Unesa mampu menghasilkan guru yang baik. Guru yang baik tentu harus menguasai bidang
ilmu yang diajarkan dan disitulah peran penting penggalan kalimat
Jika pemikiran tersebut di atas disepakati, kemudian Unesa
perlu menyusun grand design induk penelitian yang hasilnya dapat
dipakai sebagai landasan pengembangan universitas yang mampu menjadi mata air
dan inspirasi bidang kependidikan, sekaligus mampu menghasilkan guru yang
profesional. Grand design itulah yang
kemudian “di-break down” menjadi berbagai judul penelitian, sesuai dengan
bidang kelimuan fakultas, jurusan dan dosen.
Apakah dengan begitu dosen tidak boleh melakukan penelitian
lain yang mungkin tidak segaris dengan grand
design penelitian universitas? Apa
berarti penelitian hasil break down itu bidang pendidikan. Tidak juga, tetapi yang memiliki kaitan
langsung dengan bidang pendidikan. Misalnya
meneliti terapan bidang ilmu tertentu dalam kehidupan sehari-hari yang nanti
dapat digunakan sebagai contoh dalam bidang pendidikan. Struktur keilmuan juga dapat menjadi kajian
yang penting karena akan menjadi dasar menyusun struktur kurikulum, sehingga
dapat mendukung bidang kependidikan.
Apakah dengan demikian dosen tidak boleh melakukan
penelitian yang tidak terkait dengan grand design universitas? Boleh dan sangat boleh, namun bukan menjadi
prioritas penelitian yang dibiayai.
Dipersilahkan yang bersangkutan menggali dana dari sumber lain, yang
sekarang banyak ditawarkan. Dengan
begitu universitas tidak menghalangi tetapi tidak memberikan prioritas. Grand
design penelitian pada saatnya akan menjadi ciri khusus Unesa sekaligus menjadi
kompas pengembangannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar