Bulan November lalu
saya mendapat kesempatan mengikuti diskusi dengan teman-teman di Singapore,
khususnya di The Head Foundation (THF) dan juga sempat berkunjung ke Nanyang
Institute of Education (NIE). Saya
sempat membeli buku berjudul “Can Singapore Fall?”. Inti buku itu mempertanyakan mungkin Singapore
pada saatnya akan “runtuh”. Buku itu
dimulai dengan uraian periode “kejayaan dan keruntuhan” suatu negara atau
kerajaan. Romawi pernah jaya dan
kemudian runtuh. Otoman di Turki pernah jaya dan kemudian runtuh. Inggris pernah menguasai dunia dan sekarang
digeser oleh Amerika. Amerika sekarang
jaya dan sangat mungkin akan digeser oleh negara lain. Nah, bagaimana dengan Singapore yang sekarang
dianggap sebagai negara kecil tetapi jaya akan mengalami keruntuhan atau paling
tidak kemunduran? Itulah pertanyaan yang
diajukan di awal buku dan kemudian disusul dengan analisis disertasi usulan
agar Singapore tidak runtuh.
Salah satu analisis
yang menarik, khususnya dari sisi pendidikan adalah siklus karateristik manusia. Buku itu mengajukan tesis “hard time makes
strong men, strong men make good time, good time make weak men, dan weak men
make hard time”. Jadi kehidupan yang sulit
akan menumbuhkan generasi yang tangguh, generasi yang tangguh akan menghasilkan
kehiudpan yang baik, kehidupan yang baik akan membuat generasi muda lembek dan
mudah menyerah, dan akhirnya generasi yang lemah itu akan menghasilkan
kehidupan yangsulit. Menurut buku itu,
kehidupan di Singapore saat ini merupakan kehidupan yang baik dan ditengarai
mulai menunjukkan dampak pada generasi mudah yang lemah. Nah, pertanyaan yang muncul bagaimana caranya
membuat generasi mudah tidak lemah (bahkan tetap tangguh) walaupun mereka hidup
di situasi yang serba baik.
Membaca buku itu,saya
jadi teringat buku “Mision Ini Posible” yang ditulis oleh Misbahul Huda
beberapa tahun lalu. Buku ini
menceritakan pengalaman pribadinya bagaimana memulai kehidupan yanh keras penuh
tantangan sampai menggapai kesuksesan.
Misbahul Huda mengajuka tesis, “kesuksesan itu ditopang oleh ketangguhan
usaha yang dilandasi keinginan 24 karat”.
Jadi kunci suskes uitu terletak pada ketangguhan untuk mencapai
keinginan yang sangat kuat.
Ketangguhan sebagai
kunci suskes juga ditemukan oleh penelitian Angela Duckworth yang videonya
banyak beredar. Duckworth menggunakan
istilah “grit” yang artinya tidak ketekunan melakukan usaha dalam jangka
panjang dengan pantang menyerah.
Diibaratkan grit itu seperti lari marathon yang memerlukan daya tahan
dalam waktu yang lama. Bukan lari sprint
yang dapat selesai dalam waktu pendek.
Saat menyusun Buku
Induk Pendidikan Karakter tahun 2010an, diajukan empat karakter penting untuk
ditumbuhkan pada anak-anak kita, yaitu jujur, cerdas, tangguh dan peduli. Dengan bekal empat karekter itu diyakini anak-anak
kita dapat menggapai kesuksesan. Tidak
kesuksesan sebagai pribadi tetapi sebagai warga masyarakat dan warga bangsa. Jika
cerdas (banyak akal) dan tangguh merupakan bekal sukses secara pribadi, maka
jujur dan peduli merupakan bekal untuk sukses sebagai warga masyarakat dan
warga bangsa. Jadi tangguh juga sudah
menjadi salah satu karakter yang secara eksplisit disebutkan dalam pendidikan
karakter kita. Pertanyaannya adalah
bagaimana karakter tangguh itu dapat ditumbuhkembangkan. Itulah tugas semua orang yang menyebut
dirinya pendidik, ahli pendidikan dan orang yang peduli kepada pendidikan.
Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar