Bahwa sejarah itu dibuat oleh penguasa, saya sudah sering mendengar. Bahwa sejarah itu tergantung perspektif yang membuat saya juga sudah sering mendengar. Jika Pangeran Diponegoro itu dianggap sebagai pahlawan oleh bangsa Indonesia, konon oleh Belanda Pangeran Diponegoro dianggap sebagai pemberontak. Apa memang begitu, jujur saya belum tahu dan memang belum pernah membaca buku sejarah yg digunakan di Belanda. Namun bahwa ada sejarah diluruskan belum lama saya mengerti.
Baru-baru
ini ada kabar kalau sejarah tentang Serangan Umum 1 Maret 1949 yang disimbulkan
dengan Monjadi (Monumen Jogya Kembali) di ring road utara Jogyakarta konon diluruskan. Saya tidak mengetahui secara jelas apa yang
diluruskan. Di media sosial hanya disebut ada pelurusan siapa yang sebenarnya
punya gagasan serangan tersebut dan bagaimana peran Pak Harto dalam peristiwa
tersebut. Sepertinya pelurusan tersebut
juga memunculkan tanggapan yang berbeda perspektif.
Sekian
tahun lalu, kalau tidak salah juga pernah ada diskusi di media tentang hari
lahirnya Pancasila dan bagaimana peran Bung Karno dan siapa sebenarnya yang
berkontribusi terhadap kelahiran Pancasila tersebut. Mungkin itu mengapa baru sekian tahun berikutnya
hari kelahiran Pancasila itu ditetapkan sebagai hari libur.
Siapa
yang memutuskan keabsahan peristiwa sejarah ya?
Apakah pemerintah atau sejarawan?
Atas dasar apa penetapan itu dilakukan?
Jujur saya tidak tahu. Mungkin
teman-teman sejarahwan atau hukum ketatanegaraan yang dapat menerangkan. Yang saya bayangkan tentunya ditentukan atas
dasar bukti-bukti yang kuat, komprehensif dan tidak atas dasar pandangan kelompok
atau pandangan politik. Saya kawatir
jika penetapan itu atas atas dasar pandangan kelompok atau politik, ketika
zaman berubah nanti akan diubah atau bahasa lainnya diluruskan.
Merenungkan
fenomena tersebut, saya jadi teringat istilah bumi hangus yang disampaikan
seorang senior sekian tahun lalu. Teman
tadi khawatir kita mengidap kebiasaan bumi hangus. Pada awalnya teman tadi membahas peninggalan
sejarah. Mengapa Majapahit, Sriwijaya
dan kerajaan era lalu yang konon sangat besar dan bahkan menguasai nusantara
tidak memiliki peninggalan bangunan megah. Bahkan lokasinyapun diperdebatkan. Teman
tadi lantas berhipotesis, sangat mungkin kerajaan itu dibumihanguskan oleh rezim
berikutnya yang tidak ingin dibayang-bayangi pendahulunya. Teman tadi lantas menunjuk, ketika rezim
pemerintahan berganti semua yang dilakukan oleh rezim sebelumnya
dinegasikan. Istilah yang digunakan juga
dihilangkan dan kalau akan dilanjutkan diganti dengan nama baru.
Mendengar
uraian teman itu, saya lantas menimpali bukankah kata Einstein “kita berdiri di
atas pundak pendahulu”, artinya ilmu/teori/konsep yang dikembangkan dilandasi
oleh ilmu/teori/konsep yang telah dikembangkan oleh para ahli terdahulu. Berbagai teori/peralatan kehidupan tidak
mungkin berkembang jika tidak ditemukan api oleh pendahulu kita. Penemuan listrik
menjadi landasan bagi berbagai ilmu/teori/konsep/produk yang sekarang kita
nikmati. Senior tadi menimpali dengan agak
kecut dengan mengatakan itulah bedanya ilmu-ilmu keras (hard sciences) seperti
matematika, fisika dan keteknikan dengan sejarah.
Teman
lain yang hadir pada saat ini lantas mengeluarkan kelakar. Dia ingin menuliskan cerita bahwa sebagai
raja dengan berbagai atributnya. Kalau perlu diberi gambar atau foto. Lantas digulung dimasukan ke dalam tabung dan
tabung tersebut dibungkus dengan semen kemudian ditaman dalam tanah. Nanti 1000 tahu lagi akan ditemukan orang dan
dikira itu beneran. Kami semua ketawa.
1 komentar:
joico titanium | Titanium Sports and Equipment
www.titanium-arts.com. About Titanium. The name 'jamaica' means the land and the dental implants people. price of titanium This is titanium ring for men based on the land, the people trekz titanium in the world. titanium wood stoves
Posting Komentar