Kamis, 28 September 2023

SERASA MENJADI TURIS KAYA

Sudah agak lama saya dengan isteri ingin berlibur melepaskan kejenuhan bekerja.  Kami berdua pernah diskusi bagaimana kalau berlibur ke Bali, menginap di hotel yang berlokasi di tepi pantai, sehingga dapat berjalan-jalan di pantai sambil menikmati sunset. Sayangnya sulit menemukan waktu yang cocok. Belum lagi mesti berhitung berapa budget yang harus dikeluarkan, agar dapat hotel yang nyaman.  Nah ketika LAMDIK punya program Penyamaan Persepsi sekaligus melakukan Asesemen Kecukupan pertama bagi asesor batch 4 dan dirancang dilaksanakan di Denpasar saya sangat sangat senang.  Apalagi jadwal mengajar isteri juga pas longgar sehingga bisa ikut.

 
Agar efisien, sebelum mengikuti acara Penyamaan Persepsi saya memutuskan untuk melakukan monev (monitoring dan evaluasi) pelaksanaan akreditasi di dua universitas di Denpasar, yaitu Universitas Mahasaraswati dan Universitas PGRI Mahadewa.  Kami melakukannya bertiga dan ditemani dua orang staf. Jadi kami berlima, yaitu Pak Aceng, Pak Muhdi, mbak Wati, Mas Rizal dan saya. Karena dalam satu hari harus melakukan monev di dua universitas, kami memutuskan harus dapat memulainya pukul 08.00, sehingga saya harus berangkat dari Surabaya pukul 06.00 dengan pesawat Super Air Jet. Alhamdulillah penerbangan dan perjalanan dari bandara Ngurah Rai ke Universitas Mahasaraswari juga lancar, sehingga kami hanya terlambat beberapa menit.

Monev berjalan lancar dan jujur saya kaget ketika semua dosen di kedua universitas tersebut menilai sistem IT, instrumen dan asesor LAMDIK sangat baik.  Dalam hati saya bertanya-tanya apakah mereka “takut” mendapat nilai jelek sehingga harus memuji LAMDIK. Tetapi ketika saya minta mereka memberikan alasan mengapa menilai baik, mereka memberikan contoh yang masuk akal.  Misalnya mengapa mereka menilai sistem IT LAMDIK baik karena mudah mengisikan data. Mereka juga mudah mendapatkan jawaban ketika ada masalah.  Mengapa menganggap instrument LAMDIK baik, karena mudah difahami dan cocok dengan prodi kependidikan. Bahkan mereka menitip pesan, agar instrument tidak dirubah walaupun ada Permendikbudristek nomer 53 Tahun 2023.  Mengapa menganggap asesor LAMDIK baik, karena “tidak galak” dan bahkan banyak memberikan bimbingan, misalnya dalam melaksanakan microteaching dan mengembangkan kurikulum.  Asesor juga melaksanakan Asesmen Lapangan (AL) sesuai dengan jadwal. Yang juga sangat menarik, di Universitas Mahasaraswati ada program studi yang sudah selesai AL tetapi belum masuk ke Majelis Akreditasi sehingga belum diumumkan hasilnya.  Saya tanyakan kepada Ketua Prodi berapa perkiraan skor yang diperoleh.  Ternyata tidak jauh berbeda dengan skor yang diberikan oleh asesor saat AL.  Artinya pemahaman asesor dengan dosen tidak jauh berbeda.

Apakah semuanya acara monev berjalan mulus?  Tidak.  Pertama, kami tidak sempat sarapan (makan pagi) saat di bandara Ngurah RAi karena mengejar waktu. Untuk “mengganjal” perut terpaksa segera makan kue yang disuguhkan saat monev di Universitas Mahasaraswati.  Untungnya kami bertiga, sehingga dapat bergantian ketika melakukan diskusi dengan pada dosen.  Kedua, kami salah memperhitungkan waktu sholat Jum’at. Berdasarkan informasi di Google, kami memperkirakan perjalanan dari Universitas PGRI Mahadewa ke masjid sekitar 15 menit. Oleh karena itu monev di universitas itu diatur selesai pukul 12.00.  Ternyata jaraknya jauh dan lalu lintas padat.  Akhirnya kami memutuskan musafir saja dan tidak ikut sholat Jum’at.

Jum’at sore dan Sabtu pagi LAMDIK belum punya kegiatan, karena Penyamaan Persepsi baru dimulai Sabtu jam 14.00.  Oleh karena saya dan isteru memanfaatkan waktu Jum’at sore dan Sabtu pagi untuk berjalan menyusuri pantai Kuta. Kebetulan kami menginap di hotel Inna Kuta yang lokasinya mepet pantai. Jadi saya dengan isteri menggunakan waktu pagi dan sore hari untuk berjalan menyusuri pantai Kuta, sambil menikmati sunset. Saya juga memanfaatkan kesempatan untuk belajar menjadi fotografer mengambil gambat sunset.  Yang mengagetnya, ternyata ada teman yang mengambil foto dan bahkan video saat kami berdua saat berjalan di pantai.  File dikirim via WA dengan ungkapan “pantas dicontoh”.  Mungkin maksudnya, sudah tua tapi rukun berjalan bersama di pantai.

Kegiatan Penyamaan Persepsi dimulai pukul 08.00 pagi dan pukul 17.00 sudah istirahat. Akhirnya Sabtu sore, Minggu pagi dan Minggu sore juga saya manfaatkan untuk jalan-jalan di pantai.  Sungguh menyenangkan.  Saya merasa seperti turis yang kaya, sehingga dapat menginap di hotel cukup baik, berlokasi tepat di tepi pantai Kuta dan tidak perlu memikirkan biayanya. Apalagi saya dan isteri mendapat kamar nomer 2338 yang jendelanya menghadap pantai dan konon kamar yang termasuk mahal sewanya. Dalam hati saya bersyukur dan terima kasih kepada teman-teman di LAMDIK yang mengatur acara di Denpasar.

Ketika lima kali jalan-jalan di pantai Kuta dan saat sore saya melihat ribuan orang melakukan hal yang sama, saya berpikir layak kalau saat Pandemi Covid 19 masyarakat Bali seakan merasa “kiamat”.  Bayangkan, seandainya jumlah orang yang jalan-jalan dan santai di pantai Kuta itu 2.000 orang dan setiap orang mengeluarkan biaya 200 ribu untuk makan dan minum setiap hari, berarti di sekitar Kuta terbelanjakan uang 400 juta rupiah. Jumlah uang yang sangat besar, sehingga jika itu hilang akan sangat berdampak terhadap kehidupan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari pariwisata tersebut.

Rasa gembira bertambah saat menyaksikan kegiatan Penyamaan Persepsi berjalan lancar dan mendapat laporan dari Prof. Ekohariadi sebagai Ketua Divisi Akreditasi bahwa hampir semua prodi yang di AK sudah dapat diselesaikan.  Para asesor batch 4 yang baru pertama kali melaksanakan AK menyatakan senang dan merasa dapat belajar banyak dari asesor yang lebih “senior” yang sudah beberapa kali melaksanakan akreditasi. Semoga tahap selanjutnya, yaitu AL bagi prodi tersebut juga berjalan lancar.

Tidak ada komentar: