Pada
awal bulan ramadhan saya mendapat sms dari seseorang yang mengaku bernama
Firdaus dan teman Pak Fasli Jalal (mantan Wamendikbud yang sekarang menjadi
Kepala BKKBN). Inti sms yang
bersangkutan ingin silaturahim. Saya tidat ingat siapa beliau, namun sms itu
saya tanggapi dengan baik dan saya persilahkan datang ke kantor.
Setelah
datang, saya baru ingat bahwa kami sering bertemu di kegiatan sosial. Hanya saja selama ini saya tidak tahu atau mungkin lupa namanya. Mungkin karena tidak terlalu akrab dan
profesinya berbeda. Jadi ingat wajahnya
tetapi lupa namanya. Saya hanya ingat
orangnya ramah dan cenderung banyak bicara.
Perawakannya sedang, berkulit kuning dan berwajah tampan. Beliau Ir. Firdaus, seorang pengusaha yang
sekarang menjadi Ketua Gapensi Kota Surabaya.
Pada
silaturahim itu kami ngobrol tentang banyak hal. Mulai dari cerita waktu beliau muda dan
merantau dari Padang ke Surabaya, aktivitasnya sebagai pengusaha dan
aktivitasnya di berbagai organisasi sosial.
Pada saat mau pulang, saya diberi sebuah buku yang banyak
gambarnya. Judulnya: “Ir Firdaus, Dalam
Pejalanan Bisnis, Organisasi Profesi dan Organisasi Sosial Kemasyarakatan”.
Setelah
mendengarkan kuliah pendek dari Mas Ismail Nachu yang menjelaskan pentingnya
kawan dalam menjalankan usaha, saya terdorong membaca buku pemberian Pak
Firdaus. Memang dari obrolan singkat,
saya menangkap beliau terlibat di banyak organisasi sosial. Beliau melakukan banyak inisiasi dalam
masalah sosial. Siapa tahu dapat
memperoleh gambaran bagaimana pertemanan beliau dan bagaimana beliau
membangunnya.
Dan
betul, dari buku itu saya dapat membayangkan betapa luas pergaulan dan
pertemanan Pak Firdaus. Betapa luas
aktivitas organisasi dan aktivitas sosial beliau yang tentu saja menjadi sarana
membangun jejaring sosial. Pak Firdaus
paling tidak terlibat di delapan Oragnisasi, antara lain sebagai Ketua Gapensi
Kota Surabaya, sebagai Wakil Ketua Kadin Surabaya, Ketua Komisi Antar Lembaga
KONI JawaTimur, Ketua Forum Pembauran Kebangsaan Jawa Timur, Ketua Gebu Minang
Jawa Timur. Dan masih banyak lagi.
Tentu
dari aktivitas di organisasi tersebut Pak Firdaus memiliki banyak teman dan
akhirnya menjadi jejaring sosial yang kata Mas Ismail sangat penting untuk
mengembangkan usaha. Apalagi dari
foto-foto yang ada di buku tersebut tampak sekali, jejaring Pak Firdaus dengan
orang-orang penting. Misalnya beberapa
foto saat beliau mendampingi Pak Jusuf Kalla di beberapa kegiatan. Juga tampak
beliau akrab dengan Pak Gamawan Fauzi (Mendagri) dan Pak Fasli Jalal (Kepala
BKKBN dan mantam Wamendikbud). Mungkin
kita dapat berkomentar, karena sesama orang Sumatra Barat atau karena Ibu Jusuf
Kalla orang sekampung dengan Pak Firdaus.
Atau karena sesama pengurus Gebu Minang.
Namun
di foto lain, juga tampak kegiatan Pak Firdaus dengan Pak Ciputra dalam
pengembangan kewirausahaan. Juga ada
foto bersama Walikota Surabaya dan Gubernur Sumatra Barat dalam kegiatan
pemberian beasiswa bagi mahasiswa keluarga kurang mampu. Ada juga foto-foto dengan Mahathir Mohamad
dan Putra Mahkota Perlis Malaysia, dalam acara pengiriman mahasiswa Indonesia
ke Malaysia. Saya membayangkan betapa
luas pergaulan Pak Firdaus.
Apa
yang dapat dipetik dari pengalaman Pak Firdaus membangun jejaring sosial
tersebut? Pertama, jejaring sosial itu dibangun melalui keterlibatan beliau
dalam berbagai organisasi dan aktivitas sosial kemasyarakatan. Ketika terjadi gempa bumi di Sumatra Barat,
Pak Firdaus menggalam sumbangan dari masyarakat Jawa Timur. Kemudian diserahkan oleh Gus Ipul (Wagub Jawa
Timur) kepada Gubernur Sumatra Barat.
Dengan begitu tentu hubungan baik akan terjalin antara mereka yang
terlibat, khususnya pihak Pemprov Jawa Timur dan Pemprov Sumatra Barat.
Aktivitas
sosial ternyata tidak hanya melalui organisasi formal, tetapi juga aktivitas
non formal. Dari gambar dan cerita yang
disampaikan, ternyata inisiatif mengembangkan kewirausahaan dapat
menggandengkan beliau dengan Pak Ciputra, Ditjen Dikti dan beberapa pemerintah
daerah. Pelatihan mindmap yang difasilitasi
mampu mengakrabkan pejabat Kota Surabaya dengan Pak Firdaus.
Kedua, jejaring sosial mampu membuat Pak Firdaus akrab dan dipercaya oleh
banyak pihak, baik para pejabat maupun sesame pengusaha. Bahkan konon Pak Firdaus sering diminta
menjembatani jika ada perbedaan pendapat atau perselihan pendapat antara
pejabat maupun antara pengusaha. Mungkin
karena pengusaha tidak terikat hirakhi jabatan, maka dapat bebas ketemu dan
berbicara dengan berbagai pihak. Atau
mungkin juga Pak Firdaus memang enak dalam berbicara, sehingga mudah diterima
berbagai pihak.
Ketiga, saya menduga luasnya jejaring sosial memiliki kontribusi pekerjaan
beliau. Dari gambar yang ada di buku
tampak bervariasinya proyek yang ditangani Pak Firdaus. Artinya beliau mendapat kepercayaan berbagai
pihak. Jika pepatah mengatakan “tidak
kenal maka tak cinta”, sangat mungkin pertemanan beliau yang luas menjadi pintu
beliau mendapat kepercayaan untuk mengerjakan berbagai proyek. Tentu
kepercayaan itu harus dibuktikan melalui kualitas pekerjaannya. Semoga kita dapat belajar dari beliau.