Saya
mengenal Ismail Nachu sudah cukup lama, mungkin sekitar 13 tahunan. Saat itu sebagai anak muda aktivis dan
menjadi Ketua Masika. Setelah itu
menjadi Sekretaris ICMI Jawa Timur dan sekarang menjadi ketuanya. Seingat saya saat menjadi Ketua Masika, dia
aktif di LSM. Namun kemudian banting
stir menjadi penguasa properti dan sukses.
Ismail
Nachu lulusan Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya. Anak nelayan dari Pasuruan yang saat kuliah
harus nyambi kerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun sekarang sudah pengusaha properti yang
sukses membangun perumahan di Surabaya, Madiun dan Malang. Sekarang juga membangun ruko di Jalan Ahmad
Yani Wonocolo Surabaya, di sudah pertigaan menuju ke Rungkut Industri.
Latar
belakang itulah yang membuat Unesa mengundang dia untuk memberikan “kuliah
pendek” menjelang berbuka bersama di hadapan pengurus BEM Universitas, BEM
Fakultas, BEM Jurusan dan UKM di lingkungan Unesa. Harapannya Mas Ismail dapat berbagi
pengalaman bagaimana mentraformasi diri dari mahasiswa dari keluarga kurang
mampu, menjadi aktivis kampus, menjadi aktivis LSM dan menjadi pengusaha muda
yang sukses. Rasanya itu penting bagi
aktivis kampus Unesa.
Kuliah
pendek itu sengaja digandeng dengan sosialisasi tentang UKT (Uang Kuliah
Tunggal). Dalam UKT Unesa diketahui
bahwa sebagian besar mahasiswa Unesa berasal dari keluarga kurang mampu. Dalam UKT mahasiswa dikelompokkan berdasar
kemampuan ekonomi orang tua menjadi lima tingkatan. Ternyata 57% mahasiswa baru Unesa hasil
SNMPTN tahun 2013, termasuk kategori I dan II.
Artinya lebih separuh dari mereka termasuk kategori kurang mampu dan
sangat kurang mampu.
Setelah
menjelaskan tentang UKT, saya mengantar kuliah Mas Ismail dengan mengatakan: “Mas
Ismail ini lulusan IAIN, tetapi dapat menjadi pengusaha sukses. Mas Ismail waktu mahasiswa tergolong kategori
sebelah kiri, yaitu kelompok kurang mampu, tetapi sekarang menjadi kelompok
kanan, artinya orang yang kaya.
Bagaimana bisa begitu nanti beliau akan berbagi pengalaman. Saya yakin
walaupun sekarang adik-adik termasuk kelompok sebelah kiri, nanti setelah
lulusan akan mampu bergeser menjadi kelompok sebelah kanan.”
Saya
sengaja mengikuti kuliah beliau.
Disamping untuk menghormati, saya juga ingin mendapatkan informasi apa
kunci hidup beliau yang secara cepat mengubah diri dari aktivis kampus, aktivis
LSM menjadi pengusaha dan tetap menjadi aktivis sosial. Tetap menjadi Ketua ICMI Jawa Timur dan
memiliki program mencetak 10.000 saudagar muslim. Kantor dia boleh digunakan untuk kegiatan
ICMI dan dia siap mendampingi mahasiswa dan anak muda yang ingin menjadi
pengusaha.
Dengan
cermat mendengarkan kuliah pendeknya, saya menangkap beberapa poin
penting. Prinsip-prinsip hidup yang dia
terapkan sehingga mampu dengan cepat mentransformasi diri. Pertama, menjadi penguasaha itu mindset.
Bukan kemampuan dan bukan kerja
keras. Untuk menjadi pengusaha,
seseorang harus memiliki konsep diri sebagai pengusaha. Harus menjadi tujuan hidup dan itu dipegang
kuat-kuat. Di benak kita harus tertanam
kuat-kuat bahwa ingin menjadi pengusaha dan bukan menjadi pegawai yang digaji
orang lain.
Mas
Ismail menganalogkan dengan perjalanan.
Orang yang berjalan dari Pasuruan ke Unesa Ketintang, akan cepat sampai
kalau dengan jelas memastikan akan ke Unesa dan tahu letak kampusnya. Setelah itu tahu peta jalan menuju
kampus. Jika tidak akan keblasuk-blasuk
tidak cepat sampai atau bahkan tidak pernah sampai. Artinya harus dipastikan bahwa ingin menjadi
pengusaha dan tahu bagaimana jalannya untuk menjadi pengusaha.
Kedua, untuk mendukung ketercapaian tujuan menjadi pengusaha tadi adalah semangat
hidup pantang menyerah. Tidak boleh
mudah menyerah. Jika belum tahu peta ke kamous Ketintang harus berupaya
bertanya dan mencari tahu. Setelah itu
harus berani memulai langkah menuju kampus dan tidak mudah menyerah jika ada
hambatan. Mas Ismail menceritakan
nasehat ibunya, kurang lebih seperti berikut: “Ismail, ibu melahirkan kamu
dengan taruhan nyawa. Jika kamu mudah
menyerah dalam kehidupan, berarti kamu mengkhianati perjuanganku saat
melahirkan kamu”.
Ketiga, menjadi pengusaha harus banyak kawan.
Kawan sangat penting bagi pengusaha untuk mendapatkan infomasi,
mendapatkan bantuan dan mendapatkan dukungan moral. Pertemanan tidak dapat dibangun sekejap. Oleh karena itu sejak menjadi mahasiswa dan
aktivis kampus atau kegiatan lainnya harus membaguna pertemanan yang luas. Teman seperti itu sangat berguna setelah
menjadi pengusaha yang memerluka informasi, bantuan dari orang lain.
1 komentar:
salam, luar biasa, menginspirasi semangat kaum muda,
luar biasa juga pesan ibunda pak Ismail semoga bermunculan "ismail Nachu" yang lain untuk indonesia lebih baik, amien
Posting Komentar