Untuk
kedua kalinya, 7-8 Desember 2013 saya mengikuti Confucius Institute Conference di Beijing. Sebenarnya agak enggan berangkat, karena
banyak kegiatan di kampus. Namun Pak Ali
Mustofa, Direktur Pusat Bahasa Mandarin, mendesak saya perlu hadir karena harus
menyampaikan country report mewakili Indonesia.
Untung acaranya hari Sabtu dan Minggu, sehingga tidak terlalu lama
meninggalkan kantor.
Menjelang
pembukaan saya menyadari bertapa banyaknya peserta konferensi. Saya tidak tahu jumlah pastinya, tetapi dari
daftar pada buku panduan pesertanya 1.720 orang. Dari Asia 172 orang, Eropa 244
orang, Amerika 288 orang, Afrika 60 orang, Oceania 40 orang, diplomat China di
negara lain 64 orang dan lainnya dari China sendiri. Dilihat asal negara, dari Asia hadir wakil
dari 33 negara, dari Eropa 35 negara, dari Amerika 16 negara, dari Afrika 27
negara, dari Oceania 3 negara. Jadi
total jenderal 115 negara terwakili dalam konferensi tersebut. Bukan main.
Saya belum pernah tahu ada konferensi akademik yang dihadiri sekian
banyak negara dam sekian banyak peserta.
Sambil
berjalan menuju ruangan saya berbincang dengan Pak Ashahari dari Universitas
Malaya. Kami mendiskusikan berapa jumlah
penduduk bumi yang berbahasa Mandari.
Kalau yang berada di daratan China saja 1,3 milyar. Ditambah warga China atau keturuan China di
seluruh dunia, ditambah lagi non-China yang mampu berbahasa Mandarin. Konon mendekati angka 2 milyar.
Nah,
kalau penduduk bumi sekitar 7,4 milyar berarti seperempat penduduk bumi
ternyata berbahasa Mandarin. Bukan
main. Saya yakin melebihi orang yang
berbahasa Inggris. Dan kalau pengembangan
Confuciun Institute berkembang baik, yang berarti semakin banyak orang mampu
berbahasa Madarin, jumlah tersebut dipastikan akan terus naik.
Apa
artinya itu semua? Pengaruh China akan
sangat kuat. Bahasa adalah bagian dari
budaya. Bahasa dan budaya adalah “pintu”
untuk memahami orang atau bangsa lain.
Orang yang berbahasa Mandarin pasti terpengaruh budaya China. Walaupun mereka bukan asli China. Jika saat ini banyak orang meyakini China
akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia, gambaran di atas menambah
simpulan bahwa China akan merupakan kekuatan budaya terbesar di dunia.
Saya
juga membayangkan berapa biaya yang dikeluarkan oleh China untuk
menyelenggarakan acara tersebut. Pada
hal itu acara rutin setiap tahun.
Ditambah lagi juga ada acara serupa untuk setiap regional, misalnya Asia
yang juga diadakan setiap tahun.
Ditambah lagi China membantu membiayai setiap Confucius Institut (CI) di
semua negara.
Saya
tidak tahu pasti berapa jumlah CI di seluruh dunia. Peserta dari luar China 804 orang. Jika diasusmikan setiap universitas/CI
diwakili 2-3 orang , jumlah CI kira-kira 350 buah. Jika setiap CI dapat bantuan 1,5 milyar
setiap tahun, berarti China mengeluarkan bantuan sekitar 500 milyar rupiah
setiap tahun. Ditambah biaya untuk
konferensi internasional dan regional, sangat mungkin mencapai 3 trilyun setiap
tahun.
Apa
tujuan itu semua? Tentu hanya pada
pemimpin China yang faham. Namun pasti
ada tujuan yang menguntungkan China.
Mungkinkah itu sebagai bentuk soft
diplomacy? Bukankah negara besar
seperti Amerika juga melakukan soft
diplomacy dengan memberi beasiswa anak-anak briliyan dari berbagai
negara? Mengundang dan memberi pelatihan
kepada tokoh muda dan pejabatan dari berbagai negara?
Jika
dugaan itu betul, tampaknya China sedang menyiapkan diri sebagai pengambil
tongkat estafet super power. Jika jumlah
penduduk China begitu besar, ekonomi China begitu kuat, cadangan devisa begitu
besar dan kini melalui CI sedang menggalang simpati dunia, bukan tidak mungkin
era “super power China” akan segera datang.
Apalagi ekonomi Uni Eropa sedang berantakan. Amerika juga sedang dilanda masalah.
1 komentar:
izin share inggih, Pak
Posting Komentar