Minggu, 04 Mei 2014

8 DIANTARA 11 LULUSAN PERTAMA BIDIK MISI CUM LAUDE

Saya sudah lama ingin menulis artikel ini, tetapi entah mengapa tersilap oleh urusan lain.  Hari ini teringat kembali dan saya tulis dengan maksud berbagi pemikiran dengan pembaca blog.  Pada wisuda Maret lalu, mahasiswa penerima Beasiswa Bidik Misi angkatan pertama Unesa sudah lulus sebanyak 11 orang.  Dan yang sangat menarik, 8 diantara 11 orang yang lulus dalam tujuh semester itu cum laude.  Tiga lain yang tidak cum laude, IPK-nya semua diatas 3,3.  Sungguh mengembirakan.  Ternyata adik-adik mahasiswa dari keluarga kurang mampu itu potensinya luar biasa.

Karena mereka “luar biasa”, maka saya perlukan untuk secara khusus mengundang mereka.  Bukan apa-apa, saya ingin tahu lebih jauh keadaan keluarga mereka dan apa langkah yang ingin diambil setelah lulus.  Saya ingin tahu dari mana mereka berasal, apa pekerjaan orangtuanya, berapa saudara kandungnya dan sebagainya.  Dan yang yang terpenting, saya ingin tahu setelah lulus apakah, mereka masih ingin melanjutkan kuliah atau ingin segera bekerja.

Dalam dialog singkat dengan mereka, menjadikan saya menahan rasa haru yang sangat dalam.  Ke sebelas alumni Bidik Misi itu betul-betul dari keluarga kurang mampu.  Pekerjaan orang tua mereka ada yang buruh tani yang mengandalkan ongkos ketika diminta/disuruh mengerjakan ini dan itu oleh petani yang memiliki lahan.  Mereka sendiri tidak memiliki lahan.  Ada yang buruh nelayan yang juga tidak memiliki perahu.  Pekerjaannya melaut dengan perahu nelayan pemilik perahu dan mendapatkan ongkos sesuai dengan lamanya melaut.  Ada yang buruh serabutan, artinya bekerja apa saja yang diminta atau disuruh oleh orang lain.

Yang lebih mengharukan, beberapa diantara mereka anak yatim atau piatu.  Bahkan ada seorang alumni yang yatim piatu, anak sulung dari tiga bersaudara yang sehari-hari diasuh oleh pakdenya.  Namun prestasi mereka yang dapat lulus 7 semester, dengan IPK di atas 3,3 bahkan cum laude, menambah keyakinan bahwa Allah swt itu Maha Adil, mungkin sengaja memberikan otak encer kepada mereka untuk pada saatnya menjadi “lokomotif” penarik keluarganya keluar dari kemiskininan.

Semangat belajar mereka sudah teruji, sehingga ketika 10 diantara mereka ingin menempuh S2 sebagai rektor saya mendukung penuh.  Apalagi pemerintah memang menyediakan beasiswa khusus bagi mereka.  Namun tentu dengan pesan, jangan sampai melupakan keluarga, khususnya adik-adiknya yang memerlukan bimbingan dan bantuan, agar segera menyusulnya untuk berkuliah dan berprestasi.

Yang sungguh sangat menarik, adalah “si yatim piatu”.  Gadis dari Cerme Gresik, lulusan S1 Pendidikan Bahasa Indonesia dengan predikat cum laude itu, memutuskan belum ingin melanjutkan kuliah ke S2.  Bahkan sekarang dia sudah mulai mengajar di SMK Swasta di Cerme.  Apa yang membuat alumni tersebut istimewa?  Kesadarannya untuk segera bekerja, sehingga dapat mengasuh dua adiknya yang masih kecil dan sekolah.  Sungguh hebat.  Tidak hanya cerdas otaknya, tetapi juga mulia hatinya.  Semoga Illahi robbi membimbingnya, dan pada saatnya dapat menempuh S2 bahkan S3.  Sabar yang mbak, pengorbanan Anda pasti dicatat oleh Sang Khaliq.

Setelah itu saya coba-coba menghitung biaya menjadikan anak-anak itu sarjana.  Beasiswa Bidik Misi memberikan beasiswa 12 juta rupian per orang, per semester, untuk biaya hidup plus biaya kuliah.  Jadi untuk lulus normal dalam 8 semester, diperlukan biaya 96 juta rupiah SAJA untuk setiap mahasiswa.  Jika mereka bekerja sebagai guru honorer (belum PNS atau guru tetap), dengan gaji 2 juta/bulan, berarti beasiswa itu hanya setara dengan gaji 48 bulan atau 4 tahun.  Jika yang bersangkutan menjadi guru PNS dengan gaji 2,5 juta rupiah ditambah tunjangan profesi juga 2,5 juta rupiah, beasiswa tersebut hanya setara dengan sekitar 24 bulan penghasilan.  Artinya, kalau itu dianggap hutang mereka akan segera dapat membayarnya.

Sebagai orang yang ikut membidani lahirnya Bidik Misi saya sungguh bahagia.  Apalagi ada beberapa mahasiswa Bidik Misi yang berhasil lulus 7 semester di Fakultas Kedokteran.  Bahkan Birul Chodriyah (kalau tidak salah) alumni FK UGM yang memberikan testimoni dalam silaturahmi dengan Presiden, mampu membuat Pak SBY berkaca-kaca dan beberapa kali mengusap air mata.

Seingat saya Bidik Misi angakatan pertama pada tahun 2010 sebanyak 20.00 orang.  Dengan demikian diharapkan pada tengah tahun 2014 ini lulus angkatan pertama.  Dapat dibayangkan, mulai tahun 2014 setiap tahun akan lulus 20.000 orang sarjana baru dari berbagai PTN dengan berbagai bidang keahlian, yang berasal dari keluarga kurang mampu.  Apalagi jika diantara mereka banyak yang menempuh S2 dan atau S3.

Jika mereka memerlukan waktu 10 tahun untuk bekerja dan mengentas keluarganya, maka mulai tahun 2014 setiap tahun akan terentas 20.000 keluarga kurang mampu menjadi mampu.  Artinya Bidik Misi telah dapat membuktikan sebagai cara elegan untuk mengentas kemiskinan.  Tidak hanya mengentas dari kemiskinan secara ekonomi tetapi juga secara edukasi. 

Saat Mas Anies Baswedan awal-awal menggagas program Indonesia mengajar, membayangkan anak-anak cerdas yang dikirim ke sekolah-sekolah dipelosok itu akan menjadi “jendela” bagi anak-anak setempat.  Jendela untuk melihat masa depan yang cerah jika bersekolah.  Pada saat itu, saya mengatakan tidak hanya itu mas.  Pengalaman selama 1-2 tahun di pelosok itu akan membekas di sanubarinya.  Pada saatnya dia menjadi “orang penting” dia akan ingat masih ada anak-anak di daerah pelosok yang perlu dibantu.

Nah, jika dahulu saya membayangkan anak cerdas itu hanya bergaul selama 1-2 tahun dengan keluarga miskin, sekarang alumni Bidik Misi itu benar-benar berasal dari keluarga miskin.  Saya berharap, setelah pada saatnya mereka memegang posisi penting di berbagai sektor, tergerak hatinya untuk membantu masyarakat yang kurang mampu.  Semoga.

1 komentar:

Bilal mengatakan...

Sip gan.. Informasinya sangat bermanfaat, mari pelajari soal psikotes untuk menembus lowongan kerja bumn.