Seperti saya ceritakan
pada artikel terdahulu, buku David and Goliath disertasi dengan data-data
layaknya buku ilmiah. Disamping itu buku
itu memudat fenomena dan simpulan “baru” yang mengejutkan, karena tidak sesuai
dengan apa yang selama ini saya baca di buku lain. Berikut ini saya ingin berbagi hal-hal baru
tersebut.
Akhir tahun 1990an
saya membantu menyiapkan konsep pendidikan untuk Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya
(SAIMS) di Medokan Semampir Surabaya.
Dengan keinginan kuat mendapatkan konsep pendidikan yang baik, kami
(saya dengan beberapa teman dan didukung oleh Pak Sulthon, ketua
yayasan/pemilik dana) melakukan studi ke berbagai tempat. Salah satu temuan
yang kemudian dijadikan konsep adalah: (1) pembelajaran tematik, (2) bentuk
ruang kelas segi enam, dan (3) jumlah siswa 24 orang per kelas dengan guru 2
orang.
Walaupun ketiga konsep
itu tidak lazim saat itu, dengan penuh keyakinan kami mulai melaksanakan. Misalnya pembelajaran tematik dengan
konskwensi tidak ada matapelajaran.
Akibatnya SAIMS tidak mendapatkan ijin sampai 3 tahun. Juga bentuk ruang kelas yang dianggap aneh
dan dikometari tidak hemat.
Nah ketika membaca
buku David and Goliath, ternyata jumlah ideal siswa dalam satu kelas bukan 24
orang tetapi 18 orang. Sayang buku ini
tidak memberikan argumentasi kokoh, kecuali data-data bahwa tidak ada bukti
semakin sedikit siswa semakin baik proses pembelajaran. Pada halaman 56 hanya disebutkan:
“My perfect number is eighteen: that’s enogh bodies in the romm that no
one person needs feel vulnerable, but everyone feel important. Eighteen divides handly into group pf two or
three or six-all varying degrees of intimacy in and themleves..................
But the trade-off with twenty four is that verge on having the energetic mass
of audiance instead of a team. Add six
more of them to hit thirty bodies and we’ve weakened the enegetic connections
so far that even the most charismatic of teachers can’t maintain magic all the
time”.
Mana yang benar? Saya harus jujur, angka 24 yang kami temukan
itu jumlah maksimal yang masih menghasilkan pembelajaran yang baik. Sebenarnya kami juga menemukan, jumlah ideal
18 orang, jumlah maksimal 24 orang dan jumlah minimal 12 orang. Buku David and Goliath tidak menyebutkan
jumlah minimal, tetapi mengajukan propisi
“Huruf U Terbalik” (invered U).
Artinya, semakin sedikit dari ideal juga tidak baik, semakin banyak juga
tidak baik. Jadi secara prinsip sama
dengan apa yang kami temukan dan terapkan di SAIMS saat mulai berdiri.
Yang baru bagi saya
adalah proposisi huruf U terbalik itu berlaku untuk banyak hal. Dengan data yang cukup baik, buku itu
menjelaskan orang yang miskin susah mendidik anak, tetapi orang yang sangat
kaya juga kesulitan mendidik anak. Jika
miskin tidak memiliki sarana untuk mendidik anak dengan baik, tetapi jika
terlalu kaya situasi rumah dapat membuat anak tidak memiliki daya juang.
Penjelasan di buku itu
mengingatkan saya dengan cerita dari seorang direktur pabrik pembuat alat-alat
pertanian. Kami sama-sama menjadi Komite
Sekolah Swasta Ternama di Surabaya.
Beliau bercerita, kalau waktu libur anak-anaknya diminta bekerja di
pabrik dan dibayar seperti karyawan yang bertugas bersama mereka. Maksudnya agar anak-anaknya tidak manja dan
memiliki daya juang untuk mendapatkan uang saku.
Hal baru lainnya
adalah yang dimuat pada halaman 63 s.d 96, dengan judul Caroline Sacks. Bagian itu menggambarkan kalau mahasiswa yang
berada di rangking terbawah di kelasnya akan mengalami tekanan sehingga
seringkali gagal. Dengan metoda
perbandingan, mahasiswa dengan kemampuan yang sama, yang masuk di univeritas
favorit kalah sukses dibanding rekan mereka dengan kemampuan sama tetapi kuliah
di universitas biasa. Dosen dengan
kemampuan yang sama, mereka yang bekerja di universitas biasa terbukti lebih
produktif dibanding mereka yang bekerja di universitas top.
Mengapa demikian? Saya buku David and Goliath tidak melakukan
analisis dan hanya berhenti di penjadian data.
Mungkin mahasiswa dan dosen yang berada di urutan buncit di kelompoknya
menjadi under pressure, sehingga tidak dapat bekerja dengan baik. Sementara rekan mereka dengan kemampuan sama
tetapi berada di posisi rata-rata atau bahkan di posisi atas di kelompoknya
menjadi termotivasi sebagai orang berprestasi.
Itulah beberapa
catatan kecil dari separuh depan buku David and Golitah. Sungguh menarik, bagi
yang ingin lebih jelas silahkan membaca lagsung buku aslinya.