Tanggal 27 Juli 2016
saya diminta untuk memberi penguatan pada penutupan workshop PPL (Praktek
Pengalaman Lapangan) yag diselenggarakan oleh USAID Prioritas dan diikuti oleh
para dosen pembimbing PPL di LPTK dan guru pamong. Saya bingung apa yang harus disampaikan,
karena peserta banyak profesor yang sudah malang melintang sebagai dosen. Lebih bingung lagi ketika melihat beberapa
fasilitatornya masih muda-muda.
Namun karena sudah
harus berdiri saya hanya menyampaikan metapora diskusi para petani Asean. Syahdan, ada sebuah forum diskusi yang
diikuti para petani dari seluruh negara anggota Asean. Diskusi dimoderatori oleh orang Singapore,
karena tempat acara itu di Singapore.
Diskusi berlangsung hangat dan masing-masing peserta memamerkan upaya
peningkatan kualitas pertanian di negaranya.
Saling bertanyapun terjadi untuk mendapatkan klarifikasi dari penyampai
informasidan gagasan.
Setelah diskusi
berjalan cukup lama, moderator menegur peserta dari Thailand. “Sahabat
Thailand, ikutlah memberi pandangan dan jangan diam saja. Bantu memberi solusi bagaimana itu sahabat dari
Indonesia dan dari Phillipines berbeda pendapat”. Mendapat teguran, peserta dari Thailand berhenti
menulis dan tampak berpikir sejenak.
Akhirnya menjawab santai: “Kalau soal gagasan dan berdebat serahkan saja
kepada teman dari Indonesia dan Phillipines, saya akan mendengarkan dan
mencatat. Nanti sekembali ke Thailand
akan saya laksanakan”.
Tentu cerita itu
karangan dan bukan sesungguhnya. Saya
hanya ingin menyampaikan, seringkali kita berbuih-buih saat berdiskusi tetapi
kurang sungguh-sungguh dalam mengimplementasikan gagasan yang kita sampaikan
dan perdebatkan. Meminjam istilah Gus
Sholah, pimpinan ponpes Tebuireng Jombang, “kalau gagasan sudah banyak, yang
kurang itu orang yang mau melaksanakan dengan sungguh-sungguh”.
Saya tidak tahu
bagaimana reaksi dan pikiran para peserta ketika mendengar metapora itu. Saya juga hanya menyampaikan itu tanpa
tambahan apa-apa. Saya hanya menyebut diakhir sambutan, “mudah-mudahan kita
dapat mengambil pelajaran dari diskusi itu”.
Saya tidak menyebutkan mana yang baik.
Saya berasumsi para peserta sudah faham kalau Thailand adalah negara
yang paling maju dalam bidang pertanian, sehingga kita mengenal jambu bangkok,
duren montong dan sebagainya.
Mengapa metapora itu
disampaikan? Karena kita sudah banyak
punya inovasi dalam bidang pendidikan tetapi sepertinya setengah-setengah dalam
melaksanakan. Sekian tahun lalu kita
punya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang konon sukses dalam tahap awal ketika
sebagai proyek. Namun CBSA seakan hilang
ditelan bumi saat proyeknya selesai.
Bahkan muncul plesetan CBSA sebagai Catat Buku Sampai Habis.
Kita juga pernah punya
inovasi CTL (contextual teaching and learning).
Seperti halnya SBSA, CTL juga seakan hilang setalah proyeknya selesai. Kita juga pernah punya inovasi PMR (Pendidikan
Matematika Realistik) yang konon bagus hasilnya. Namun entah mengapa, PMR tidak sampai menjadi
gerakan nasional dan sekarang tidak terdengar kelanjutannya. Kita punya inovasi Life Skills (Pendidikan
Kecakapan Hidup) dan bahkan sukses masuk dalam UU Sisdiknas. Tetapi sekali lagi bak ditelan bumi begitu
proyeknya selesai.
Oleh karena itu,
inovasi itu penting, gagasan itu penting, pelatihan itu juga penting. Namun yang sepertinya lebih penting adalah
kesungguhan kita dalam melaksanakan gagasan, inovasi dan hasil pelatihan
itu. Jangan sampai setelah pulang
diskusi dan pelatihan kita menyanyikan lagu “aku masih seperti yang dulu......”. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar