Koran Jawa Pos hari
ini, halaman 21 disambung ke halaman 31 memuat cerita “Christhard Schrenk Napak
Tilas Jejak Ditemukannya Prinsip Konversi Energi di Kota Pahlawan”. Menurut tulisan itu, ternyata prinsip
konversi enersi yang terkenal itu ditemukan oleh seorang dokter bernama Robert
Meyer. Diceritakan Robert Meyer, orang
Jerman, yang saat itu berusia 25 tahun ikut pelayaran sampai ke Jakarta dan
Surabaya. Ketika di Indonesia dia menemukan warna darah orang Indonesia berbeda
dengan darah orang Eropa. Dia penasaran mengapa begitu? Melalui serangkaian kegiatan, Robert Meyer
sampai pada simpulan bahwa orang yang tinggal di daerah tropis tidak
membutuhkan banyak oksigin untuk metabolisme, sehingga kadar oksigin yang
tinggal di dalam darah lebih banyak, sehingga warna tidak semerah dan secerah
darah orang Eropa.
Karena dia seorang
dokter, mungkin temuan seperti itu wajar-wajar saja. Namun Robert Meyer juga mengamati bahwa suhu
air laut yang bergerak lebih tinggi dibanding yang tenang. Menurut cerita itu,
bukti-bukti itulah yang kemudian ditelaah mendalam dan membuat Mayer menemukan
hubungan antara energi, panas dan gerak. Berdasarkan keyakinan itu, Robert
Meyer mengatakan bahwa enersi itu kekal, tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan. Itulah yang kemudian dikenal
sebagai hukum Kekekalan Enersi.
Namun demikian
penemuan Robert Meyer itu tidak mendapat pengakuan dari para ilmuwan saat itu.
Baru setelah James Prescott Joule, seorang fisikawan Inggris menggunakan temuan
Meyer dalam penelitian lanjutan, hukun Kekelalan Enersi itu mendapatkan
pengakuan? Mengapa terjadi seperti
itu? Sayang, Koran Jawa Pos tidak
menceritakan. Mungkin pembaca sengaja “digantung”
agar mencari sendiri jawabannya.
Tulisan ini tidak
ingin menemukan jawaban atas pertanyaan yang digantung oleh Jawa Pos itu. Yang ingin didiskusikan adalah, Rebert Meyer
memiliki rasa kepenasaran (curiosity) yang tinggi terhadap apa yang ditermukan
dan itulah yang mendorong dia menemukan banyak hal, bahkan hal-hal yang di luar
bidang keahliannya. Ketika melihat darah
orang Indonesia tidak secerah darang orang Eropa Robert Meyer penarasan,
mengapa terjadi seperti itu. Ketika
menemukan suhu air laut yang bergerak lebih tinggi dibanding suhu air laut yang
tenang, Rober Meyer juga penasaran.
Tampaknya rasa penasaran itulah yang mendorong dia menemukan banyak
hal. Dengan tingginya rasa penasaran itu
membuat yang bersangkutan mencari jawabannya dan akhirnya menemukan sesuatu.
Sebenarnya anak kecil
selalu memiliki rasa ingin tahu atau penasaran yang sangat tinggi. Semua yang dilihat ditanyakan. Semua yang didekatnya dicoba-coba. Bahkan orang tua sering kuwalahan menjawab
dan kuwalahan mengembalikan barang yang diambil dicoba-coba. Sayangnya pendidikan kita belum mampu
menfasilitasi agar rasa penasaran itu terus tumbuh dan menjadikan anak-anak
sebagai penemu yang handal.
Kurikulum 2013 dengan
pedekatan saintifik tampaknya ingin memberikan kesempatan itu. Melalui 4 M (mengamani, mempertanyakan,
mencoba dan mengkomunikasikan) akan didik didorong untuk melakukan obervasi
dari apa saja yang ada disekitarnya, mempertanyakan mengapa seperti itu atau
mengapa itu dapat terjadi, mencoba-coba agar terjadi atau agar tidak terjadi
dan kemudian menjelaskan hasil observasi dan hasil coba-cobanya. Tentu 4
langkah M itu harus disesuaikan dengan level pendidikan di anak didik. Semoga dengan cara itu, anak-anak Indonesia
mampu menjadi penemu yang handal, sesuai dengan level pendidikan dan sesuai
dengan bidang yang ditekuni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar