Seperti saya sebutkan sebelumnya, kami ikut dalam academic conference di Dakha Bangladesh bukan semata-mata ingin memaparkan makalah, tetapi juga ingin bertemu beberapa orang yang kami yakini dapat membantu keinginan Lamdik menjadi full member dari APQN. Oleh karena itu nanti begitu mendapatkan rundown acara, kami akan mencermati dan mencari nama orang yang kami yakini dapat membantu memperlancar keinginan Lamdik untuk menjadi anggota APQN, dan jika mungkin menjadi anggota INQAAHE, seperti disarankan oleh Prof Chan Basaruddin.
Academic conference dilaksanakan di AIUB (American International University-Bangladesh). AIUB merupakan universitas swasta ternama di Dakha yang menurut informasi didirikan oleh keluarga kaya disana. Panitia conference sangat baik, kami dijemput dan diantar pulang dari hotel ke universitas. Sesuai jadwal kami dijemput jam 08.00 oleh staf bernama Orun yang memang khusus ditugasi untuk itu datang menjemput. Jalan masuk menuju AIUB melewati jalan kecil yang dikiri-kanan dipenuhi orang berjualan, seperti kaki lima di Indonesia. Juga banyak bajaj dan rigsaw mangkaldisana. Oleh karena itu mobil yang menjemput kami berjalan pelan-pelan yang berkali-kali membunyikan klakson.
Namun demikian, begitu masuk gerbang kampus keadaan berbalik 180 derajat. Kampusnya lumayan besar dan bersih, walaupun gedung-gedungnya sederhana. Conference dilaksanakan di salah satu gedung berlantai 10. Pembukaan dilaksanakan di auditorium yang berada di lantai 1. Tampaknya kami datang relatif awal, karena belum banyak perserta yanh hadir. Kami disambut oleh Ketua Panitia bernama Prof. Dr. Farheen Hasaan. Belakangan kami tahu bahwa beliau pernah tinggal di Makassar karena suaminya saat itu menjadi pilot Garuda. Hanya karena ada pandemic Covid 19 suaminya berhenti.
Pada saat registrasi dan kami mendapat rundown acara segera tampak ada beberapa nama yang akan kami dekati, antara lain: Prof. Jagannath Patil, Chairperson APQR dan mantan President APQN, Stephane Laudwick dari EQAR dan Prof. Olgun Cicek dari INQAAHE. Alhamdulillah kami dapat menemui mereka secara personal dan menyampaikan keinginan Lamdik untuk menjadi full member dari APQN dan INQAAHE. Ternyata mereka sangat welcome dan meminta kami mengirim email. Ternyata Prof Olgun Cicek teman Prof. Chan Basaruddin dan titip salam untuk beliau. Foto kami dengan Prof. Olgun segera saya kirim ke Prof. Chan sambil menyampaikan salam Prof. Olgun.
Tepat jam 09.00 acara dimulai dan Prof Farheen merangkap menjadi MC. Pembukaan diisi dengan sambutan 4 orang, yaitu Prof. Galina Motova sebagai Vice Presiden APQN (beliau dari Rusia), Mr. Ishtiaque Abedin sebagai Chairman dari Board of Trustees AIUB, Dr. Haseena Khan sebagai University Grant Commission Bangladesh, dan Prof. Mesbahuddin Ahmed sebagai Chairman Bangladesh Accreditation Council. Setelah itu diputarkan video ucapan selamat ulang tahun APQN dari berbagai orang tokoh. Selesai video diputar, Prof. Jagannath Patil sebagai APQR Chairperson dan mantan President APQN dan Prof. Jianxin Zhang sebagai President APQN memberi sambutan.
Setelah sesi foto bersama dan rehat sebentar, dimulai sesi keynote speeches dengan menampilkan dua orang tokoh, yaity Prof. Mesbahuddin Ahmed dan Dr. Stephane Lauwick yang menyampaikan topik Digital Quality Assurance and Journey to Quality Enhancement. Ada dua pertanyaan yang mucul setelah presentasi keduanya, yaitu: (1) jika sains dan teknologi yang didorong menjadi acuan pengembangan universitas, bagaimana dengan sistem nilai yang juga sangat penting dalam kehidupan bangsa, dan (2) jika universitas didorong untuk mengadopsi perkembangan sains dan teknologi dengan membongkar kurikulum yang saat ini digunakan, bagaimana kesiapan dosennya. Prof. Jagannath Patil yang menjadi moderator merespons dengan sangat cerdas dengan mengatakan modernisasi memang harus tetapi jangan meninggalkan humanisasi karena pada ujungnya semua untuk kesejahteraan manusia.
Selesai sesi keynote speeches ada rehat, makan siang dan sholat Jum’at. Kami diantar ke sebuat tempat sholat Jum’at. Informasinya di lokasi itu ada ruang ibadah untuk beberapa agama. Lokasi sholat Jum’at tidak terlalu besar dan saya tidak tahu apakah itu memang khusus untuk ibadah orang Islam atau juga dapat digunakan oleh agama lain. Khotbah Jum’at cukup pendek dan berbahasa Arab seluruhnya. Yang sholat Jum’at juga tidak banyak. Mungkin karena hari Jum’at merupakan hari libur di Bangladesh.
Selesai sholat Jum’at dan makan siang, dilanjutkan dengan sesi pleno dengan lokasi di lantai 10. Ada dua sesi pleno. Pleno pertama menampilkan tiga paper, yaitu: (1) Digital Technologies and Ethical Approach in Quality Assurance: A Case of JUAA oleh Akinori Matsuzaka dari Jepang, (2) Three Development Trends of Higher Education Quality Assurance in the Asia-Pasific Region in Post COVID Era oleh Dr. Jianxin Zhang dan China, dan (3) The Journey towards Quality Enhancement through Quality Assurance: A Case Study on AIUB oleh Md. Imranul Haque. Ketiga presenter tampak seiring dengan menyoroti apa yang terjadi pada perkuliahan pasca covid-19 dan bagaimana konskuesinya pada akreditasi. Diskusi setelah presentasi tidak begitu ramai. Mungkin sama-sama sedang mencari pola.
Sesi kedua juga menampilkan tiga makalah, yaitu: (1) 4IR: Needs for Vitalizing Education Curriculum in Bangladesh oleh Sultan Mahmud Bhuiyan, (2) Adoption of Metaverse in Education Sector: Identifying the Enablers and Barriers for Developing Country oleh Nazia Farhana, dan (3) Artificial Intelligence in Higher Education: A Bibliometric Overview oleh Maria Islam. Ketiganya disampaikan oleh teman-teman Bangladesh. Diskusi sesi ini cukup intens karena semua ingin menyampaikan pendapatkan tentang kesiapan universitas terhadap AI dan tantangan yang harus dihadapi.
Setelah magrib, diadakan Gala Dinner di Hotel Westin. Muncul masalah bagi rombongan dari Indonesia. Kami sepakat pada isteri dan suami yang ikut ke Dakha tetapi tidak ikut conference kita daftarkan ikut gala dinner. Masalahnya acara molor sehingga kami tidak sempat pulang dulu ke hotel. Akhirnya diputuskan kami yang ikut conference langsung ke hotel Westin, sementara yang dari hotel berangkat pakai mobil hotel. Alhamdulillah, semua dapat teratasi. Sebelum gala dinner ada tarian dan musik khas Bangladesh.
Hari kedua terdiri dari sesi parallel dan tim Lamdik kebagian di grup 1 bersama dua pemakalah dari Bangladesh. Kami berbagi tugas. Yang presentasi Bu Pratiwi dan Pak Eko, sementara saya masuk ke grup 3 yang menampilkan empat makalah, yaitu: (1) The Impact of ChatGPT on Modern Education: Beneficial or Detrimental, (2) Towards Continuous Quality Improvement in Higher Education: Enhancing Educational Quality through Course Outcome, Program Outcome and Program Educational Objectives, (3) Transformative Education: QA Solution for Cross Boundary Education, dan (4) Enhancing Academic Integrity: A Multi-model Deep Learning Approach for Reliable Test Supervision and Dishonesty. Paper ketiga yang dibawakan oleh Pavel dan Rusia ternyata menyampaikan gagasan tentang double degree. Oleh karena itu saya menyampaikan pol aitu sudah lama dilakukan di Indonesia, bahkan saat ini mahasiswa didorong mengambil matakuliah di universitas lain atau internship di industri. Topi ke-empat juga mendapat banyak tanggapan, karena mencoba membuat alat deteksi kecurangan saat ujian.
Di acara penutupan, diumumkan bahwa Academic Conference 2024 diadakan di Rusia dan Pavel sebagai calon tuan rumah diminta untuk memberi sambutan. Pavel memulai sambutan dengan memutar video kota St Petersburg. Tampaknya dia berharap banyak peserta tertarik dan tahun depan ikut conference. Sambutan penutupan dilakukan oleh Timur Kanapyianov sebagai Vice President APQN. Sebelumnya ada penandatangan MoU antara BAC dengan Kementerian Pendidikan China. Lamdik diberi kesempatan menyerahkan cinderamata ke APQN dan AIUB. Penutuan diakhiri dengan berfoto bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar