Minggu, 19 November 2023

TERKECOH DI TASHKENT

 Tanggal 15 November 2023, saya bersama rombongan LAMDIK ke Uzbeckistan untuk menjalin kerjasama dengan beberapa universitas dan Kementerian Pendidikan Tinggi setempat. Kami naik Turkish Airline via Istambul dan mendarat di bandara Tashkent, ibukota Uzbeckistan.  Pesawat takeoff dari Jakarta jam 9 pagi dan tiba di Istambul sekitar pukul 18 waktu setempat atau pukul 22 WIB.  Jadi kami terbang sekitar 13 jam.  Tampaknya waktu transit tidak lama, sehingga begitu masuk di gedung bandara, sudah ada petugas yang mengarahkan untuk langsung boarding.  Jadi kami tidak sempat melihat-lihat bandara Istambul, apalagi minum kopi.

Kami tiba di bandara Tashkent sekitar jam 02.00  waktu setempat atau 04.00 wib, tgl 16 November dini hari.  Urusan VOA (visa on arrival) berjalan lancar, mungkin berkat surat dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Uzbeckistan. Begitu keluar imigrasi dan sambil mengambil bagasi, saya mengamati situasi bandara. Kesan saya sangat sederhana, kurang bersih dan pengambilan bagasi juga kurang teratur.  Setelah mendapatkan bagasi masing-masing, kami mendapat informasi kalau penjemputan belum datang, sehingga kami harus menunggu di ruang tunggu yang berada di gedung lain. Situasi ruang tunggu juga tampak kurang bersih. Bahkan ketika ada teman yang ingin ke toilet harus keluar gedung dan membayar.

Setelah penjemputan datang, kami segera meluncur ke hotel Hyatt tempat kami mengingat.  Begitu mendekati hotel, artinya masuk kota saya kaget karena jalan-jalan lebar dan tampak sangat rapi dan bersih.  Karena tengah malam, saya masih belum percaya.  Besuk pagi, ketika bangun tidur dan melihat keluar jendela, saya baru sadar bahwa tadi malam saya terkecoh.  Memang situasi bandara masih tampak belum maju, bahkan ketika check ini saat mau terbang ke Istambul antrean penumpang tampak belum teratur. Tetapi ketika masuk kota situasi jalanan sangat tertata bagus, mirip di Eropa.  Hotel kami menginap juga jangat bagus dan layanannya seperti di negara maju. Demikian juga sajian sarapan pagi mirip hotel Bintang 5 di negara maju. Sarapan pagi dengan menu campuran ala Eropa dan loka Uzbeckistan sangat lengkap. Perbedaan yang menyolong itu mendorong saya mengamati dan mencari tahu mengapa seperti itu.

Tanggal 16 November kami harus mengunjungi 3 universitas dengan diantar oleh mobil kedutaan dan ditemani oleh dua orang staf, yaitu Mbak Sintia Kristiani Saeh, seorang diplomat muda asal Manado dan mbak Jamilah seorang staf lokal yang cantik dan padai berbahasa Indonesia.  Begitu mobil keluar hotel melewati jalanan yang tertata bagus, kami mendapat penjelasan dari mbak Jamilah bahwa itu sudah sejak Uzbeckistan menjadi bagian dari Uni Soviet.  Jadi tata kota Tashkent memang mengikuti gaya Rusia. Semua gedung dibangun agak jauh mundur dari jalan, sehingga memiliki taman yang luas dan umumnya tertata bagus. Apalagi sebagian besar jalannya kembar dengan masing-masing 3 sampai 4 jalur, sehingga terkesan sebagai kota modern.   Hanya saja lalu lintas kurang teratus, khususnya ketika sampai daerah yang lalu lintasnya padat.

Pertama kali kami mengunjungi Tashkent State University of Oriental Studies, kemudian ke Uzbeckistan State World Language University dan setelah makan siang kami ke Tashkent State Pedagogical University. Malamnya kami dijamu oleh Pak Dubes (Prof. Sunaryo Kartadinata) yang kebetulan menjadi salah satu pendiri LAMDIK.  Jika siangnya kita makan makanan ala Uzbekistan yang mirip makanan Timur Tengah dan ada semacam sate sangat besar, makan malam di wisma KBRI  dengan menu masakan Indonesia.  Kami juga sempat melaporkan perkembangan LAMDIK kepada Pak Dubes sebagai pendiri LAMDIK.

 

Dalam obrolan dengan Pak Dubes dan beberapa staf kedutaan, saya mendapat informasi bahwa ketika awal kemerdekaan (1971) Uzbeckistan pernah mengalaman kemunduran ekonomi yang menyebabkan kriminalitas meningkat tajam. Namun sekarang sudah jauh mengalami perubahan. Pembangunan berjalan sangat  cepat dan perekonomian tumbuh dengan baik. Keamanan juga sudah sangat baik.  Tidak heran kalau semakin banyak turis datang ke Uzbeckistan, khususnya untuk ke Samarkan ke peninggalan Al Buhari, sang perawi hadits yang sangat terkenal.

Pada hari kedua kami berkunjung ke Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Inovasi dengan ditemani oleh Pak Dubes.  Setelah itu kami sholat Jum’at.  Saya memang ingin ikut sholat Jum’at di negara tempat kelahiran beberapa ulama besar, antara lain Al Buhari yang terkenal sebagai perawi hadits dan Al Tirmizi.  Di bagian belakang masjid tempat kami ikut sholat Jum’at dan musium yang menyimpan Musag Utsmani. Kamu juga sempat mengunjungi juga.  Untuk masuk ke dalam musium, kami tidak perlu melepas sepatu tetapi membungkus sepatu dengan kantong plastik yang sudah disediakan di pintu masuk.

Beberapa saat setelah kami masuk masjid dan melaksanakan sholat sunah dua rakat, ada ulama yang awalnya saya mengira berkotbah.  Anehnya tidak didahului oleh adzan seperti di Indonesia.  Ternyata setelah selesai, muadzin berdiri mengambil tongkat dan adzan. Sementara ulama tadi berpindah ke mimbar lain yang lebih tinggi dan memberikan kotbah.  Ternyata yang pertama itu bukan kotbah tetapi tausiah yang disampaikan dengan bahasa Uzbeck sedangkan yang kedua merupakan kotbah yang disampaikan dalam bahasa Arab. Konon pola seperti itu juga dilaksanakan di masjid LDII di Indonesia.  Sebelum kotbah, jamaah melaksanakan sholat sunah 4 rakaat. Selesai sholat Jum’at ada dholat jenasah. Yang menarik ketika membaca takbir kedua, ketiga dan ke empat jamaah tidak mengangkat tangan.  Saya sebagai jamaah pendatang ya mengikuti saja tata cara setempat.

Selesai sholat Jum’at kami diantar ke sebuah pasar, menuruti permintaan ibu-ibu yang ikut dalam rombongan.  Pasar yang menual baju mirip pasar Tanah Abang. . Situasi di pasar terkenan masih sederhana, lebih sederhana dibanding Tanah Abang. Menurut mbak Jamilah, pasar tersebut sudah ada sejak jaman Uni Soviet dan belum ada renivasi. Ternyata juga ada tawar-menawar seperti di Indonesia.  Memang harganya lebih murah.  Kopiah ala Uzbeckistan yang di halaman masjid dijual 35 zoom (mata kuang Uzbeckistasn) di pasar ditawarkan 30 zoom, dan konon kalau ditawar bisa dapat harga 25 zoom. 

Tidak ada komentar: