Judul di atas
merupakan ungkapan populer di keluarga masa kecil saya di kampung. Alharhum Bapak saya yang menggunakan dan
seringkali kami menggunakannya untuk hal-hal serius maupun kelakar. Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
kira-kira: ”pekerjaan kelihatan saja seharusnya kita bisa”.
Ungkapan itu sering
terucap ketika Mbak Kung (almarhum Bapak saya) melihat anak-anaknya atau anak
muda lainnya takut tidak berhasil mengerjakan sesuatu atau bahkan ketika beliau
sendiri kesulitan mengerjakan sesuatu.
Sepertinya ungkapan itu dimaksudkan untuk memberi semangat bahwa tidak
ada pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan asal kita mau belajar dan kerja
keras.
Kang Rin, orang muda
yang sering membantu kerja di rumah kami, sering meniru ungkapan itu ketika
mengerjakan sesuatu dan mendapat kesulitan.
“Mengko dioloke semak, mandak gaweyan ketika wae ora isi” (nanti
dikomentari Bapak, lha pekerjaan kelihatan saja tidak dapat menyelesaikan). Saya juga sering menggunakan ungkapan itu,
walaupun dalam hati dan saya ubah “orang bisa mengapa saya tidak bisa”. Ungkapan itu sering saya gunakan untuk
meyakinkan diri sendiri ketika mengerjakan hal-hal yang sulit. Dengan anak-isteri saya sering berkelajar
“mosok anake mbah Samani ngena wae ora iso”.
Wajarkah Mbah Kung
mengutarakan ungkapan itu? Sungguh
menarik untuk didiskusikan. Beliau hanya
tamat Sekolah Ongko Loro zaman Belanda.
Konon hanya itu sekolah yang ada di desa untuk mayarakat awam. Sekolahnya hanya 2 tahun dan dilaksanakan di
rumah Pak Lurah dengan pengantar bahasa Jawa.
Oleh karena itu Mbah Kung tidak lancar ketika berbahasa Indonesia. Saya tidak tahu pasti lancar atau tidak dalam
membaca, tetapi beliau membaca Panyebar Semangat.
Dengan sekolah hanya
sampai Ongko Loro, tinggal di desa dengan pekerjaan utama petani tentulah
pengetahuan Mbah Kung juga terbatas. Namun
kalau dilihat kehidupan dan pekerjaan keseharian, sayapun sebagai anaknya
seringkali terkagum-kagum. Idenya banyak
dan berani sekali melakukan eksperimen dengan idenya itu.
Sebagai petani padi,
beliaulah yang pertama kali membuat dan melaknakan penanaman dengan “rengkek”
agar jarak antar tanaman padi sama dan teratur.
Setelah itu beliau menciptakan “sorok beroda” untuk menyiangi padi. Rengkek dan sorok itulah yang sekarang ditiru
oleh petani oleh tetangga dan bahkan kampung sekitar. Beliau yang memulai menanam enceng ketika
hujan turun dan kemudian dibajak sehingga menjadi pupuk hijau.
Hampir semua pekerjaan
di desa dapat dikerjakan oleh beliau, bertani, menukang kayu, berternak ayam,
berdagang kapur dan pekerjaan sederhana lainnya. Ketika berternak ayam petelor
beliau menjadi juara 1 lomba peternak kecil yang diadakan oleh Charon Pokpan.
Beliau sangat berani berinovasi, misalnya ayam diberi makan daging bekicot
dengan analogi bekicot bergisi sehingga diharapkan ayam bertelor banyak. Ayam diberi makanan daun papaya dengan asumsi
supaya tidak mudah terserang penyakit.
Diberi makan campuran kulit kerang yang ditumbuh agar kulit telornya
tebal.
Apakah inovasi itu
didapat dengan mudah? Ternyata
tidak. Apakah beliau tidak pernah
gagal? Ternyata sering. Tetapi tampaknya beliau tidak mudah
menyerah. Misalnya inovasi memberi makan
ayam dengan kulit kerang gagal, karena telor ayam menjadi mudah pecah. Ketika mencoba membuat gilingan padi secara
manual juga gagal, karena beras yang dihasilkan pecah-pecah.
Mbah Kung juga pernah
mencoba membuat sandal dari ban mobil.
Pekerjaan yang sukses dalam beberapa tahun kemudian bangkrut ketika
muncul sandal jepit. Mbah Kung juga
pernah berdagang gamping, yang pada awalnya sukses tetapi kemudian bangkrut
ketika muncul semen PC dan masuk ke desa-desa.
Gambaran di atas
itulah yang membuat saya sering merenung, bagaimana Mbah Kung punya ide-ide
inovatif dan daya juang untuk mewujudkan gagasan itu, walaupun tidak semuanya
berhasil. Jika proses bertumbuhnya
gagasan dan daya juang itu dapat diketahui, rasanya sangat bermanfaat untuk
pendidikan kita. Bukankan pengembangan
kreativitas dan daya juang merupakan aspek penting dalam pendidikan kita. Jujur
sampai saat ini saya belum mampu mereplikasi dua kemampuan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar