Pendidikan formal kita
dimulai dari TK. Jadi anak baru masuk
wilayah pendidikan formal ketika berusia sekitar 4 tahun. Kelompok Bermain atau yang sering disebut
dengan Play Group yang mendidik anak-anak usia di bawah 4 tahun, dimasukkan
dalam kelompok pendidikan non formal yang tentu saja tidak mendapat perhatian
seintens pendidikan formal. Bahkan Wajib Belajar baru dimulai dari SD, sehingga
anak-anak tidak wajib masuk TK dan dapat langsung masuk SD, dengan usia 6-7 tahun.
Muncul pertanyaan,
apakah pendidikan anak sebelum SD tidak sepenting SD ke atas, sehingga tidak
menjadi bagian dari Wajib Belajar?
Apakah anak sebelum masuk TK belum memerlukan pendidikan yang serius,
sehingga tidak dimasukkan dalam struktur pendidikan formal? Kapan pendidikan anak harus dimulai secara
serius? Siapa yang seharusnya
memilikirkan hal itu?
Pertanyaan itu muncul,
karena ada penelitian yang menunjukkan bahwa puncak potensi perkembangan
kognitif itu terjadi pada usia 2-3 tahun.
Dengan demikian, seyogyanya pada usia itulah rangsang diberikan secara
optimal. Jika kita baru mulai serius menanganinya pada usia 5 tahun atau bahkan
usia 7 tahun, sebenarnya kita terlambat, karena potensi perkembangan
kognitifnya justru sudah menurun. Jika
kita analogkan memberi pupuk untuk memperbanyak buah tanaman, pupuk itu kita
berikan ketika masa berbuah tanaman tersebut sudah mulai berakhir. Jadi sangat mungkin manfaat pupuk buah itu
tidak maksimal. Lain kalau pupuk itu diberikan
ketika saat tanaman itu menyiapkan buah, sehingga pupuk itu sangat mendukung
munculnya buah.
Tidak hanya
perkembangan kognitif yang puncak potensi perkembangannya pada usia sebelum
TK. Puncak potensi perkembangan bahasa
justru lebih awal, yaitu sekitar usia satu tahun. Dengan demikian, pada usia itulah idealnya
kita memberikan perhatian untuk pendidikan bahasa, berbicara dan
sebagainya. Jika kita baru memberikan
perhatian itu ketika anak-anak masuk TK dengan usia sekitar 4 tahun, berarti
terlambat.
Hasil penelitian yang
diungkapkan oleh McGregor tersebut perlu mendapat perhatian. Saya takut selama
ini kita sudah menyia-nyiakan usia potensial anak-anak kita. Perkembangan kognitif, penguasaan bahasa dan
kreativitas anak-anak kita tidak tumbuh optimal, karena kita memupuknya ketika
puncak potensinya sudah lewat.
Hasil studi yang
disampaikan McGregor itu relatif baru, paling tidak bagi saya. Saya baru tahu kalau puncak potensi
perkembangan belajar bahasa itu pada usia sekitar satu tahun. Saya juga baru tahu kalau puncak potensi perkembangan
kognitif itu pada usia 2-3 tahun. Penelitian
McGregor memang menggunakan neoro-psychology/neuro-pedagogy yang merupakan
bidang baru dalam psikologi dan pendidikan. Sangat mungkin pola pendidikan dan
struktur persekolahan atau kelembagaan pendidikan saat ini, disusun sebelum
kita tahu perkembangan kogntif dan bahasa seperti yang diungkapkan oleh
McGregor.
Sudah waktunya, kita
pikirkan agar “loss generation” tidak terus berlangsung. Kita harus mencari bagaimana mana caranya
agar kita dapat memberikan rangsang pendidikan yang tepat dan optimal, ketika
potensi kognitif anak-anak kita berada di puncak. Kita harus mencari cara agar dapat memberikan
rangsang yang tepat dan optimal, ketika puncak potensi bahasa anak-anak kita
tiba. Kita harus menemukan cara bagaimana
memberikan rangsang yang tepat dan optimal ketika puncak potensi kreativitas
anak-anak kita tiba.
Tentu sangat ideal,
kalau struktur persekolahan yang saat ini berlaku ditinjau kembali, agar secara
formal kita dapat memberikan perhatian khusus pada usia-usia itu. Namun harus kita sadari untuk mengubah
struktur persekolahan bukanlah hal yang mudah.
Oleh karena itu, ada baiknya kita pikirkan bagaimana agar kita dapat
melaksanakan ide itu dengan struktur kelembagaan yang ada.
Saat ini anak-anak
usia 1-3 tahun masih “di rumah” bersama orangtuanya. Oleh karena itu, gagasan untuk memberikan
rangsang pendidikan yang tepat dan optimal pada usia itu harus melalui jalur
orangtua. Program parenting, mungkin
merupakan salah satu alternatif. Namun,
melalui jalur organisasi apa kita menggarap parenting? Mungkinkah melalui PKK yang kendalinya di
Kemdagri sampai RT? Mungkinkah melalui
Posyandu yang kendalinya di Kemkes? Atau
ada jalur lain? Mari kita pikirkan
bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar