Sekitar
empat bulan lalu saya mendapat informasi kalau Rois memenangkan lomba desain
mobil Porsche dan akan diundang ke Jerman untuk menerima hadiah. Bahwa Rois, lulusan S1 Senirupa Unesa yang
saat ini sedang kuliah S2 Seni Budaya, pandai membuat lukisan saya sudah lama
tahu. Ingat saya, dia juga ikut
rombongan kesenian ke Jepang tahun lalu, dengan tugas utama melukis anak-anak
yang sedang menari. Lukisan itu harus
sudah jadi saat tarian selesai dan kemudian diberikan kepada pengunjung. Saya juga sudah mendengar kalau Rois memang
langganan juara dalam berbagai perlombaan yang terkait dengan lukis-melukis.
Namun
demikian kalau dia menang lomba desain mobil, apalagi mobil Porsche yang
terkenal sebagai mobil sport mewah dari Jerman tentu membanggakan. Oleh karena itu saya mengabarkan berita itu
kepada Bu Illah Sailah, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti. Bu Illah minta cv dan nomor HP Mas Rois. Tampaknya ada perhatian buat mahasiswa
kreatif tersebut.
Belum
dapat kabar kelanjutan hari kemenangan tersebut, ternyata “Rainbag Design” buatan Rois juga
menjadi finalis di Bag Design Competition bersama peserta dari UK, USA,
Hungary, Estonia, Hong Kong dan India.
Rancangan tersebut dipamerkan Hong Kong Convention & Exhibition
Hall. Rasanya kita harus harus bangga.
Dua
minggu lalu saya juga dapat kabar menggembirakan. Mahasiswa Teknik Mesin Unesa memenangkan
Lomba Karya Ilmiah tentang Bio Energi tingkat nasional di Pontianak dan
mendapat undangan mengunjungi negara-negara di Asia, antara lain China,
Thailand, Malaysia dan sebagainya. Yang
mengagetkan salah satu anggota Tim lulusan Madrasah Aliyah Lamongan. Ketika menemui saya, saya goda: “Setelah
kuliah di Unesa, alumni MA Lamongan dapat menjuarai Lomba Karya Ilmiah Bio
Energi Tingkat Nasional, apa tidak hebat.”
Kabar
gembira lain, rombongan kesenian Unesa yang tampil di Maroko mendapat juara
pertama tingkat internasional. Kabar
yang tidak terduga, karena saat akan berangkat masih “maju-mundur”. Rombongan tersebut berangkat dengan
disponsori Ditjen Kebudayaan. Namun seperti
biasanya biaya yang tersedia hanya kecil, sehingga perlu dicarikan “akal” agar
dapat berangkat dengan baik.
Hari
Jum’at mobil listrik Garnesa-3 juga berangkat ke Malaysia untuk ikut lomba di
sana. Tentu dapat berangkat karena sudah
melalui seleksi awal yang cukup ketat.
Saat memberangkatkan, saya sampaikan: “Apa tidak hebat, dengan fasilitas
seperti ini, mobil listrik dapat berangkat ke Malaysia”. “Gunakan semangat bambu runcing, yang dengan
senjata seadanya dapat mengusir penjajah”.
Masih ada beberapa mahasiswa Unesa yang menjuarai beberapa kejuaraan,
misalnya robot Dewa yang beberapa tahun lalu menang lomba tingkat nasional dan
diikutkan lombta tingkat internasional di Amerika Serikat.
“Atase”
mahasiswa eks IKIP tetapi mampu memenangkan kompetisi tingkat nasional yang
harus bersaing dengan mahasiswa sekelas ITB, ITS, UI, UGM dan sebagainya. Ditambah lagi dosen muda Unesa (Dr. Suyatno)
yang menemukan alat deteksi Tsunami yang konon lebih hebat dibanding alat yang
saat ini sudah ada. Beberapa dosen juga
mendapat predikat cum laude saat menempuh S3.
Saya
jadi berpikir, ternyata anak-anak itu pintar. Saya menyimpulkan di Unesa banyak
mahasiswa dan dosen muda yang pandai dan
kreatif. Kalau saya cermati, memang mereka
bukan berasal dari SMA/SMK “top” dan bahkan sebagian besar dari SMA/SMK
daerah. Namun tampaknya mereka itu
ibarat “mutiara terpendam”. Karena
berbagai hal, mulai dari SD sampai SMA/MA/SMK tidak berkesempatan memperoleh
sekolah yang top. Akibatnya tidak masuk
atau tidak temotivasi masuk ke perguruan tinggi “besar”, sekelas UI, ITB, UGM,
Unair dan sebagainya.
Mungkin
itu “durian runtuh” bagi Unesa, mendapatkan anak-anak muda yang cerdas dan
kreatif. Anak-anak seperti itu biasanya
memerlukan “ruang gerak” untuk mengekspresikan kreativitasnya. Diluar matakuliah yang baku, tampaknya mereka
perlu mendapatkan rangsangan dan pembinaan dalam menungkatkan ide-idenya. Bahkan perkuliahan harus menumbuhkan
rangsaangan tersebut. Jika keingintahuan
terdorong, daya nalar terasah dan kreativitas terwadahi rasanya anak-anak
cerdas akan menjadi bibit-bibit jawara bagi bangsa Indonesia. Semoga.