Seperti
saya sebutkan di tulisan terdahulu, diskusi di SBO TV melebar kemana-mana. Sebenarnya topik yang ingin dibahas adalah
desentralisasi pendidikan. Namun peserta
mengajukan pemikiran sesuai apa yang dia inginkan. Nah, salah satu isu yang
diajukan oleh salah seorang peserta dan mendapat respon adalah standar
pendidikan. Seorang peserta dengan
bersemangat menyatakan di era sekarang apalagi ke depan, tidak lagi diperlukan
standar pendidikan. Alasan yang
diajukan, standar pendidikan diperlukan ketika pendidikan dimaknai dengan mass production. Menurut beliau, ke depan eranya adalah era customized production, sehingga tidak
lagi diperlukan standar pendidikan.
Saat
diskusi saya tidak menanggapi pendapat teman tersebut, karena menurut saya itu
terlepas dari topik diskusi yaitu desentralisasi. Standar pendidikan termasuk wilayah isi
pendidikan, sedangkan desentralisasi termasuk wilayah manajemen
pendidikan. Banyak negara yang memiliki
standar pendidikan dan menerapkan desentralisasi dan juga banyak negara yang
tidak menerapkan desentralisasi. Artinya
antara standar pendidikan dan desentralisasi pendidikan tidak ada hubungan
langsungnya.
Nah,
diluar acara di SBO TV rasanya perlu didiskusikan perlu tidaknya standar dalam
dunia pendidikan. Untuk itu kita dapat
mulai menelaah bentuk dan isi pendidikan di awal peradaban. Berbagai referensi menyebutkan bahwa pada
masa itu belum ada sekolah. Anak belajar
kepada orangtuanya, kakaknya atau orang-orang yang lebih dewasa yang ada di
sekitarnya. Apa yang dipelajari? Yaitu
proses kehidupan keseharian, berburu, bertani dan seterusnya.
Ketika
peradaban mulai maju dan nilai-nilai serta norma kehidupan mulai berkembang,
mulai muncul orang-orang yang dianggap “pandai dan bijak”. Pada saat itu anak-anak belajar kepada orang
pandai dan bijak tersebut. Apa yang
dipelajari? Nilai-nilai kehidupan,
sedangkan untuk keterampilan hidup, anak-anak tetap belajar kepada orangtuanya
dan orang-orang dewasa di sekitarnya.
Dalam
tahap selanjutnya pendidikan di tempat tinggal orang pandai dan bijak itu
berkembang menjadi embrio padepokan. Dan
orang-orang pandai dan bijak itu berkembang menjadi tokoh dengan berbagai
sebutan. Mudahnya semacam “pandito”
dalam dunia perwayangan. Dan yang diajarkan juga mulai merambah ke hal-hal yang
terkait dengan pengetahuan.
Padepokan
itulah embrio dari “sekolah” atau mungkin untuk saat ini lebih tepat disebut sebagai
sanggar belajar dan pendidikan non formal. Pada saat itu setiap padepokan punya kurikulum
masing-masing. Dan seriring dengan
kemajuan peradaban apa yang dipelajari di padepokan juga terus berkembang. Muatan pengetahuan juga terus
berkembang. Dan itulah embrio ilmu
pengetahuan yang kita kenal saat ini.
Ketika
mobilitas orang semakin tinggi dan interaksi antar kelompok masyarakat semakin
intens,maka komunalitas masyarakat semakin luas. Mulailah masyarakat
membandingkan apa yang diajarkan pada satu padepokan dan padepokan
lainnya. Mulailah dirasakan perlunya
saling “penyamaan” dalam beberapa bagian “kurikulum” pendidikan di padepokan.
Berbarengan
dengan perkembangan itu, mulai muncul tata hidup kemasyarakatan, yang selanjutnya
menjadi embrio “pemerintahan”. Mulailah
ada orang atau beberapa orang yang dipercaya untuk mengatur tata kehidupan pada
kelompok masyarakat. Struktur perangkat itupun berkembang sesuai dengan situasi
dan kondisi masyarakat. Nah, pada saat
itu “perangkat pemerintah” mulai menjangkau dunia pendidikan. Dan itulah yang kemudian mendorong munculnya “sekolah” yang memerlukan kurikulum yang “sama” antara
beberapa sekolah.
Uraian
di atas menunjukkan bahwa standar pendidikan itu pada awalnya tidak ada. Munculnya standar karena keperluan masyarakat
yang ingin anak-anak yang belajar di satu sekolah dan sekolah lain menerima
ajaran yang kurang lebih sama. Tentu
tidak semuanya.
Apakah
di era kedepan, ketika dengan google anak dapat memperoleh pengetahuan, tidak
lagi diperlukan standar pendidikan?
Menurut saya tergantung sudut padang yang digunakan. Kalau digunakan sudut pandang bahwa orang
punya kebebasan untuk belajar seperti yang diinginkan atau seperti yang
diperlukan untuk menghadapi kehidupannya dan kehidupan setiap orang berbeda,
mungkin kita dapat mengatakan tidak diperlukan standar pendidikan.
Namun
jika digunakan sudut pandang bahwa sekolah itu berjenjang dan orang dapat
pindah dari satu sekolah ke sekolah lainnnya, baik dalam jenjang yang sama
(pindah) atau naik jenjang, maka standar tetap diperlukan. Jika kita percaya
bahwa dunia semakin menggobal dan pekerjaan tidak lagi bersifat lokal, maka
standar pekerjaan tetap diperlukan. Dan konskwensinya diperlukan juga standar
pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar