Betulkah terjadi
silang pendapat tentang istilah TK dan PAD?
Jujur saya tidak tahu pasti. Yang
pasti pendidikan bagi anak sebelum masuk SD itu sangat penting. Gambar disamping menunjukkan kepekaan perkembangan
kognitif anak mencapai puncaknya 1-3 tahun dan justru mudah mulai menurun pada
usia 6-7 tahun, usia masuk SD di Indonesia.
Perkembangan kepekaan
yang terkait dengan bahasa justru lebih awal. Pada usia satu tahun bahkan
sebelum itu kepekaan mencapai puncaknya dan mulai stagnan pada usia masuk SD.
Walaupun hasil
penelitian tersebut masih dapat diperdebatkan, tetapi sudad seharusnya menjadi
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam bidang kesehatan dan
pendidikan. Bagaimana mengupayakan agar
anak-anak pada suai 0-5 tahun yang sering disebut sebagai usia emas (golden
age) itu mendapat asupa yang terbaik sehingga sehat , pengasuhan dan pendidikan
yang terbaik, sehingga potensi bahasa dan kognitif dapat berkembang secara
optimal. Mungkin itulah yang menjadi
salah satu dasar kita menggalakkan program “Balita” atau “Paudisasi”.
Di negara maju adala istilah
pre school yang kemudian diterjemahkan
menjadi pra sekolah di Indonesia. Sejauh
yang saya tahu, pra sekolah itu tidak dibatasi hanya di TK atau Kelompok
Belajar, tetapi semua proses pendidikan yang berlangsung sebelum anak-anak
masuk SD, sepanjang program itu secara sengaja dirancang dan bukan terjadi
secara ketidaksengajaan.
Kembali ke informasi
silang pendapat tentang istilah TK dan PAUD, saya mencoba mengingat kejadian
pada tahun 2007-2008an. Saat itu, Dr.
Gutama menjadi direktur yang mengurusi PAUD di Kemdikbud dan saya mendapat amanah
menjadi direktur yang menangani pendidikan guru pra jabatan. Waktu itu, di lapangan ada TK atau Kelompok
Bermain (KB) yang kadang-kadang disebut Play Group (PG). Pendidikan guru yang ada adalah PGTK
(Pendidikan Guru TK).
Pak Gutama, saya dan
beberapa orang mencoba memahami dan menganalisis fenomena di lapangan. Tentu tidak bijak, kalau kita mendirikan PGKB
(Pendidikan Guru Kelompok Bermain), karena antara KB dan TK sangat erat dan
bahkan tidak jelas batasannya. Di
sebagian TK juga memiliki KB. Bahkan
seringkali guru KB dan guru TK dipertukarkan, khususnya agar semua mendapatkan
kesempatan sertifikasi dan tunjangan profesi.
Sebaiknya secara kelembagaan antara TK dan KB terpisah. TK termasuk pendidikan formal, sementara KB
termasuk pendidikan non formal.
Setelah melalui
diskusi panjang disepakati digunakan nama PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini),
sebagai bentuk pendidikan pra sekolah.
Artinya PAUD mencakup KB dan TK.
Oleh karena itu diputuskan untuk mengubah nama PGTK menjadi PG PAUD,
yang isinya menyiapkan guru untuk KB dan TK.
Semenjak itu, ijin pendirian prodik baru disebut PG PAUD dan bahkan PGTK
diubah namanya menjadi PG PAUD.
Jujur saya tidak tahu
perkembangan di lapangan, khsusnya implementasi konsep ini di tingkat “persekolahan”. Tiba-tiba, beberapa hari lalu saya dapat
informasi kalau ada silang pendapat. Informasinya PAUD itu bagian dari
pendidikan non formal, maka penyiapkan gurunya juga bagian dari PLS (Pendidikan
Luar Sekolah), sementara PG PAUD yang saat ini ada itu menyiapkan calon guru
TK.
Saya mencoba memahami
dan berbagi pengalaman dengan teman lain, dengan menggunakan analogi kursus
otomotif dan kursus kecantikan dan kursus bahasa Inggris. Ketikanya tentu termasuk pendidikan non formal. Namun siapa yang menyiapkan guru atau
instrukturnya? Tentu instruktur kursus
otomotif disiapkan oleh jurusan Mesin atau Otomotif. Instruktur Kecantikan disiapkan oleh jurusan
Kecantikan. Instruktur kursus bahasa Inggris disiapkan oleh jurusan bahasa
Inggris. Itulah sebabnya, di maju
istilah yang lazim digunakan adalah VET (vocational education and training). Artinya, pemisahan antara pendidikan dan pelatihan
tidak menjadi “tembok” pemisah yang bergitu ketat. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar