Beberapa hari lalu
saya mendapat tugas sebagai Panitia Seleksi (pansel) eselon 1 di suatu
kementerian. Pansel terdiri dari 7
orang, 2 orang pejabat dari kementerian yang bersangkutan, 1 orang pejabat dari
Kementerian PAN dan RB, dan 4 orang orang dari luar. Ke-4 orang ini disebut sebagai profesional,
karena memang semuanya bukan pejabat.
Satu orang mantan wakil ketua KPK, satu orang mantan wakil rektor
universitas ternama, satu orang aktivis pendidikan dan saya sendiri.
Ketika pertama kali
pansel rapat, kami mencoba menyusun kriteria yang diyakini cocok untuk jabatan
eselon 1 tersebut. Jabatan tersebut
sangat vital dan terkait dengan kepentinga banyak pihak. Oleh karena itu, pansel mengajukan syarat
cukup berat, misalnya pernah menjadi eselon 2 dalam bidang yang sama minimal 2
tahun, dan minimal di tingkat propinsi.
Jika dari kalangan perguruan tinggi, minimal pernah menjadi dekan selama
2 tahun. Masih ada syarat lain yang
cukup berat.
Ketika masa
pendaftaran usai, pansel rapat untuk mencermati berkas lamaran. Ternyata yang memenuhi syarat hanya sedikit
dan itupun “meragukan”. Misalnya ada
yang usianya baru 33 tahun tetapi menyebutkan sudah golongan IV.C. Ada juga guru SD tetapi berpengalaman
macam-macam, sehingga menganggap setara dengan eselon 2 di level propinsi. Oleh karena itu, pendaftaran diperpanjang
dengan harapan mendapatkan tambahan calon yang cukup baik.
Setelah pendaftara
diperpanjang selama satu minggu dan kemudian dilakukan seleksi administrasi ada
14 orang pendaftar yang memenuhi syarat.
Sesuai prosedur yang telah ditentukan, seleksi terdiri dari dua tahap,
yaitu “assessment psikologi” oleh lembaga yang ditunjuk dan wawancara oleh
pansel. Kami juga sepakat, hasil
assessment diberikan sebelum wawancara, sehingga dapat dijadikan masukan dan
arahan wawancara.
Wawancara untuk ke 14
calon tersebut dilaksanakan selama 2 hari dan setiap calon diwawancarai oleh 7
orang pansel dalam waktu 30-60 menit.
Masing-masing anggota pansel berusaha mengganti kemampuan calon untuk
melaksanakan tugas beratnya jika nanti terpilih. Walaupun wawancara dibuat santai, ternyata
sebagian besar calon grogi dan bahkan tangannya dingin saat bersalaman setelah
selesai wawancara.
Sungguh menarik,
walaupun masing-masing anggota pansel mengajukan pertanyaan sendiri-sendiri dan
juga melakukan penilaian secara independen hasilnya hampir sama. Pada hal aspek
kemampuan yang harus digali selama wawancara cukup banyak. Ketika wawancara selesai dan hasil penilaian
masing-masing anggota pansel di-input dalam axel dan ditayangkan, kemudian
diambil 6 calon yang mendapat skor tertinggi hasilnya hampir sama. Empat calon
terpilih oleh semua anggota pansel sebagai 6 terbaik. Bahkan calon yang mendapatkan skor tertinggi
sama oleh semua anggota pansel. Oleh
karena itu, inter rater pansel sangat baik.
Dengan data itu,
pemilihan 6 calon terbaik praktis tidak mengalami kesulitan. Dengan diskusi tidak sampai 30 menit, semua
anggota pansel menyepakati 6 orang calon yang terbaik. Masalah muncul ketika
harus memilih dari 6 menjadi 3 orang.
Pertanyaan yang sulit dijawab adalah mana yang lebih diutamakan, potensi
atau jam terbang. Diantara 6 calon itu
ada yang potensinya sangat bagus, tetapi “jam terbangnya” sangat sedikit,
sehingga yang bersangkutan memerlukan waktu belajar cukup untuk dapat mengatasi
problem yang dihadapi. Di lain pihak ada
calon yang jam terbangnya panjang, tetapi kemampuan membuat terbosan tidak
terlalu baik.
Setelah diskusi
panjang, pansel menyimpulkan keduanya sama-sama penting. Namun demikian mengingat tugas eslon 1 tersebut
segera menyelesaikan masalah pelik yang saat ini dihadapi dan urusannya terkait
dengan banyak pihak, maka kemampuan menjalin komunikasi dengan berbagai pihak
juga mendapat penekanan. Nah, ketika
kriteria tersebut disepakati dan bobotnya juga disepakati, pemilihan 3 terbaik
dan enam yang baik-baik dapat dilakukan dengan mudah dan semua anggota pansel
menyetujui. Semoga salah satu dari 3
yang terpilih tersebut pada saatnya menjadi pejabat eselon 1 yang mampun menyelesaikan
masalah pelik dan belum dapat diselesaikan pejabatan sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar