Dua hari lalu teman
saya posting di grup WA menceritakan kekecewaannya menjadi keynote speaker
dalam suatu forum seminar internasional.
Intinya dia mengatakan betapa rendahnya mutu seminar tersebut, dengan
memberi contoh makalah yang ditampilkan tidak bermutu dan bahkan ada pemakalah
yang tampak sekali tidak menguasai apa yang disampaikan. Teman tersebut memang seorang idealis. Dia alumni perguruan tinggi top di Indonesia
dan universitas cukup terkenal Amerika Serikat.
Sebelum pensiun, dia seorang pejabat di Lembaga bergensi di negeri ini
dan setelah pensiun menjadi konsultan di berbagai lembaga internasional. Jadi, sangat mungkin beliau menggunakan
standar tinggi untuk menilai mutu seminar yang dihadiri. Apakah faktanya seperti itu? Saya tidak berani menghakimi. Namun saya juga ingin berbagi apa yang saya
ketahui.
Akhir-akhir ini saya
dapat banyak informasi adanya seminar internasional, melalui grup WA atau
kadang-kadang dikabari oleh teman melalui wa japri atau email. Biasanya diberi brosur dana tau link ke web
seminar yang dimaksud. Ketika saya baca,
selalu ada kalimat terindex scopus dan selalu ditampilkan siapa yang menjadi
keynote speaker. Biasanya ada satu atau
beberapa keynote speaker dari negara lain, walupun kadang-kadang yang
bersangkutan sebenarnya orang Indonesia yang menjadi dosen di negara lain atau
orang asing yang memang tinggal di Indonesia.
Mencermati tema
seminar yang sangat umum seakan semua topik makalah bisa masuk, tenggang waktu
antara batas akhir makalah masuk dan pelaksanaan seminar yang pendek, dan
peserta seminar yang sangat banyak, saya menjadi bertanya-tanya. Seperti apa mutu seminarnya. Apalagi melihat biaya seminar yang cukup
tinggi. Itupun masih ada biaya
tambaaahan jika pemakalah ingin makalahnya dimasukkan ke jurnal atau prosiding
yang terindeks. Oleh karena itu saya memahami ketika seorang teman mengatakan
bahwa sekarang seminar internasional telah menjadi bentuk bisnis baru. Apa berarti itu jelek? Belum tentu, karena bisnis itu netral, bisa
baik dan bisa jelek. Tergantung niat dan
pelaksanaannya. Namun yang umum, bisnis
selalu mencari keuntungan bagi yang pemiliknya. CATATAN: GAMBAR SAMPING SEKEDAR ILUSTRASI, TIDAK DIMAKSUDKAN UNTUK MENUNJUKKAN SEMINAR TERSEBUT TIDAK BERMUTU KARENA MUNGKIN SAJA SANGAT BERMMUTU.
Apa benar terindeks scopus atau lembaga pengindeks lainnya?
Ternyata tidak selalu. Tahun 2016
ada seminar di universitas cukup terkenal dan kebetulan tema seminarnya
spesifik dan terkait dengan bidang saya. Oleh karena itu saya mendorong teman-teman
muda untuk berpartisipasi. Karena
makalah harus berupa hasil penelitian, maka akhirnya hanya dua teman yang bisa
ikut. Nah, tahun lalu (2018) saya
ditagih salah satu teman muda karena ternyata prosiding seminar tersebut tidak
terindeks scopus, walaupun diterbitkan oleh penerbit cukup terkenal di dunia
internasional. Karena saya yang menyusuh
teman muda tersebut, saya mencoba menghubungi panitia mengapa prosiding tidak
terindeks scopus seperti yang dijanjikan di web. Jawabnya muter-muter tetapi intinya, tidak
dapat terindeks scopus karena mutu makalahnya kurang baik. Jawaban itu dapat
saya fahami, jika melihat tenggang waktu pengumuman, batas akhir pengiriman
makalah dan pelaksanaan seminar.
Tidak hanya seminar,
tampaknya jurnal internasional juga menjadi juga menjadi lahan bisnis. Sebenarnya banyak jurnal internasional itu
diterbitkan oleh perusahaan dan bahkan lembaga pengindeks seperti scopus juga
milik perusahaan. Namun akhir-akhir ini banyak “jurnal internasional” yang
agresif mengundang pengirim artikel.
Saya sudah beberapa kali mendapatkan undangan seperi itu via email. Biasanya setelah saya presentasi di suatu
seminar internasional. Bulan Juni lalu
saya juga dapat tawaran seperti itu dengan menunjuk makalah saya di TVET
Internasional Conference di Univ Valensia Spanyol. Apakah jurnal seperti itu
mirip dengan penyelenggara seminar internasional yang sangat marak akhir-akhir
ini? Saya tidak berani menghakimi walaupun
gejalanya mirip. CATATAN: GAMBAR DI SAMPING SEKEDAR ILUSTRASI JURNAL INTERNASIONAL DAN TIDAK DIMAKSUDKAN MENILAI JURNAL TERSEBUT TIDAK BERMUTU, KARENA SANGAT MUNGKIN BERMUTU TINGGI.
Fenomena ini telah
menggeser fungsi seminar, konferensi dan jurnal. Pemahaman saya, jurnal baik nasional maupun
internasional dan juga seminar atau konferensi itu wahana untuk menyampaikan
temuan penelitian atau pemikiran dengan harapan dikaji oleh orang lain. Dikaji untuk dikritisi, dibandingkan dengan
temuan lain atau bahkan direplikasi untuk menemukan proposisi sebagai konsep
atau teori baru. Oleh karena itu, sitasi
menjadikan ukuran “baik-buruknya” sebuah artikel. Artikel yang banyak disitasi orang berarti
dibaca dan dikutip, baik untuk dikritisi maupun digunakan sebagai dasar
penelitian selanjutnya. Terindeks
hanyalah merupakan dampak dari sitasi tersebut dan bukan tujuannya. Namun gejala terkahir tampaknya telah
menggeser keikutsertaan dalam seminar dan pengiriman artikel ke jurnal sekarang
banyak untuk mendapatkan poin indeks scopus atau pengindeks lainnya.
Kuatnya keinginan mendapatkan
poin dari seminar atau jornal terindeks tersebut yang tampaknya mendorong
muculnya “bisnis seminar internasional” dan juga “bisnis jurnal international”. Bahkan konon sekarang muncul “jasa menyusun
artikel untuk jurnal dan makalah untuk seminar internarional”. Kabar yang saya dapat tarifnya juga
berjenjang sesuai reputasi jurnal.
Sekian untuk jurnal yang termasuk Q1, sekian untuk Q2 dan
seterusnya. Dimana ana gula akan muncul
semut, ketika ada demand tinggi akan muncul supplier yang menyediakan. Mungkin metapora itu yang cocok. Semoga ini semua keliru.