Bank Dunia baru
menerbitkan laporan dengan judul World Development Report. Buku ini menjelaskan apa yang perlu dilakukan
dunia pendidikan mengantisipasi perkembangan pola kerja akibat perkembangan
teknologi yang sangat cepat. Uraian
seperti itu sudah banyak dibahas ahli lain, dengan judul misalnya pendidikan di
era industry 4.0 dan sejenis itu. Intinya,
ketika semua data dan informasi dapat digitalisasi dan semua pekerjaan yang
sifatnya pengulangan dapat dilakukan oleh robot, maka pendidikan harus
mengembangkan kemampuan berpikir analisis-kritias dan kreativitas, sehingga
dapat digunakan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Itulah yang sekarang disbut dengan HOT (high
order thinking/berpikir tingkat tinggi).
Yang menarik dari buku
ini justru data negara mana yang pendidikannya mampu menghasilkan siswa dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang diukur dengan apa yang disebut dengan
harmonized test score dan human capital index, seperti gambar samping. Vietnam
tampaknya menjadi negara yang mengejutkan, karena dari harmonized test score
maupun human capital index melampaui semua negara Asean, kecuali
Singapore. Pada hal jika dilihat dari
GDP per kapita yang menggambarkan “kekayaan” negara itu, Vietnam masih
tergolong “miskin”, karena GDP per kapita-nya masih lebih rendah dibanding Indonesia
dan Philippines. Artinya, alasan selama
ini bahwa pendidikan di Indonesia belum baik karena kita belum punya dana cukup
untuk membiayainya menjadi tidak relevan.
Mengapa Vietnam dapat
melakukan itu? Itulah pertanyaan yang
menggoda dan mendorong kita untuk melihatnya. Jujur, saya belum mendapatkan
jawabannya. Saya memang pernah ke
Vietnam, kalau tidak salah tahun 2012 atau 2013. Tetapi saat ini saya tidak melihat hal-hal
yang khusus dalam pendidikannya. Mungkin
saya kurang jeli. Kesan sepintas yang
saya dapat: (1) orang Vietnam sangat percara diri, walaupun negaranya relative terbelakang
(saat itu). Saat menjadi tuan rumah
suatu konferensi internasional, tempatnya di kampus yang kondisinya kurang
baik. Sidang dilakukan di ruang kuliah
yang mirip ruang kelas SMA di Indonesia masa lampau. Namun ketika memberikan sambutan dan juga
presentasi, mereka sangat percaya diri. Orang Vietnam menyakini hanya mereka
yang mampu mengalahkan Amerika dan konon itu ditanamkan kepada anak-anak sejak
SD. (2) Mereka tampak merupakan pekerja keras dan tidak enggan menangani
pekerjaan “kasar”. Saat pelaksanaan
konferensi, para pimpinan menunggui sampai acara selesai dan tidak segan turun
tangan saat ada peralatan ngadat.
Saya yakin di luar dua
faktor tersebut, Vietnam memiliki startegi khusus untuk mendongkrak mutu
pendidikannya sehingga melejit. Dari informasi sana-sini yang saya mencoba
mencari, infonya Vietnam menggunakan tiga strategi, yaitu di awal fokus ke
pendidikan dasar (PAUD dan SD), mengutamakan pada pembinaan guru, dan
melibatkan orangtua dalam mendorong siswa dalam proses pembelajaran di sekolah
dan di rumah.
Jika informasi itu
benar, berarti mirip dengan apa yang dilakukan Shanghai. Thomas Friedman
(penulis buku best seller: The World is Flat) mencermati pendidikan di Shanghai
dan menyimpulkan, pendidikan disana melejit karena: (1) menangani
pendidikan/pelatihan guru dengan baik, (2) mengutamakan belajar kelompok, baik
bagi siswa maupun guru melalui PLC (semacam KKG/MGMP), (3) melibatkan orangtua
dalam pendidikan, dan (4) menerapkan pola kepemimpinan sekolah dengan standar
tinggi.
Jadi apa yang dapat
kita pelajari dari informasi sepintas tentang Vietnam tersebut, tentu sambil
mendapatkan informasi yang lengkap? Merenungkan itu, saya jadi teringat kejadian
tahun 2017 lalu. Saat itu saya diminta
oleh Kemdikbud untuk ke Korea Selatan selama 1 minggu mengamati program
pendidikan vokasi. Ketika pulang dan
bertemu dengan seorang pejabat Kemdiikbud, saya diminta menyampaikan hasil
kunjungan dalam satu kalimat. Saya
menyampaikan: “orang Korea Selatan kalau belajar sungguh-sungguh”. Artinya mereka memiliki program yang jelas,
terukur dan itu dilakukan dengan kerja keras.
Apakah orang Korea Selatan sangat pandai? Menurut saya tidak, sama saja
dengan orang Indonesia. Nah, tampaknya
apa yang terjadi di Vietnam juga tidak jauh dari apa yang dilakukan oleh Korea
Selatan. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar