Tanggal
11 sore saya diminta memberi paparan tentang pahlawan dan kaitannya dengan
mahasiswa. Yang menyelenggarakan UKKI
Unesa. Paparan sih biasa-biasa
saja. Yang menarik justru pertanyaan
seorang mahasiswa. Kurang lebih
begini. “Ibu saya berpesan agar setelah
lulus kembali mengajar di desanya yang terpencil dan tidak usah menjadi guru
PNS”. Mahasiswa itu meminta pendapat
saya terhadap pesan ibunya.
Saya
sengaja hati-hati menjawab pertanyaan itu.
Saya mulai dengan mengajak memaknai apa sih pahlawan itu? Menurut Wikipedia, pahlawan berasal dari
bahasa Sansekerta (phala dan wan).
Phala artinya buah. Pahlawan
adalah orang yang perbuatannya menghasilkan “buah” yang bermanfaat bagi orang
banyak. Jadi pahlawan kemerdekaan
disebut pahlawan, karena jasanya (perbuatannya) memberikan manfaat besar orang
banyak. Apa itu kemerdekaan
Indonesia.
Jika
menggunakan pengertian tersebut, siapa saja dapat menjadi pahlawan. Tidak hanya
pahlawan kemerdekaan. Orang-orang yang
dengan kemauan sendiri menghijauan pantai (menanam bakau) agar tidak terjadi
abrasi dan banyak ikan disitu, juga dapat disebut pahlawan. Orang yang membangun masjid di suatu daerah
yang belum ada masjid, agar orang lewat dapat sholat, juga dapat disebut
pahlawan. Seorang relawan kesehatan di
masyarakat terpencil juga dapat disebut pahlawan.
Tentu
saja jika perbuatannya memberikan manfaat orang banyak. Tentu jika perbuatan itu dilakukan dengan
ikhlas dan bukan mengharapkan balasan dari orang lain. Juga asalnya perbuatan itu dilakukan secara
konsisten dan bukan sekedar “hangat-hangat tahi ayam”.
Dengan
pengertian tersebut, guru sekolah terpencil dapat disebut pahlawan. Asalkan disertai niat baik, dikerjakan dengan
ikhlas dan bukan sekedar mencari batu lompatan untuk berpindah ke kota. Mengapa demikian? Ibarat, uang 1000 rupiah tidak ada artinya
bagi orang kaya. Tetapi uang 1000 rupiah
sangat berharga bagi orang miskin yang sedang tidak punya uang untuk membeli
nasi. Guru muda mungkin tidak begitu
penting bagi sekolah di kota, tetapi sangat bermanfaat bagi sekolah di daerah
terpencil.
Mengapa
tidak perlu menjadi PNS? Saya berpikir
positif. Jika menjadi PNS sangat
mungkin pada saatnya ingin pindah ke kota untuk meningkatkan karier. Jika tidak menjadi PNS mungkin sejak awal
ingin menetap di desa itu dan dengan demikian agar berusaha mengembangkan desa
terpencil itu. Bahkan sangat mungkin
akan mendirikan sekolah (bersama masyarakat) dan dapat memberi lapangan
pekerjaan bagi orang lain. Jadi semakin
kuat “nilai” pahlawannya.
Bagi
yang beragama Islam, sebenarnya pengertian pahlawan dapat diacukan dengan Hadis
yang menyebutkan “sebaik-baik manusia
adalah yang memberi manfaat kepada orang lain”. Bukankah sangat dekat maknanya? Bukankah hadis itu mendorong semua orang
menjadi pahlawan. Bukankah pahlawan
sangat mulia di mata Sanga Khaliq?
Apalagi
jika diingat Al Qur’an secara jelas menyebutkan “….dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepadaKu….” Jadi “menjadi orang yang
memberi manfaat bagi oarng lain itu identik dengan menjadi pahlawan dan itu
merupakan ibadah kepada Sang Pencipta”.
Apakah
untuk menjadi orang baik, menjadi pahlawan harus berbuat yang “besar”. Rasanya tidak seperti itu. “Sesungguhnya
Sang Pencipta tidak membebani seseorang sesuai dengan kesanggupannya”. Menyingkirkan paku di tengah jalan, yang
mungkin dapat melukai pejalan kaki atau mengenahi ban kendaraan orang, sangat
mungkin menjadi wahana menjadi orang baik.
Siapa tahu itu ujian bagi kita, apakah kita mau menolong orang atau
tidak.
1 komentar:
ijin share pak, untuk saya dan teman-teman sebagai penggugah semangat untuk beraktifitas yang lebih manfaat, amiiien -terima kasih
Posting Komentar