Seperti saya ceritakan
yang lalu, setelah melihat Ploda Fall, air terjun di hutan pinus, kami makan
siang di Inverness. Roy berusaha
mencarikan rumah makan yang lokasinya bagus dan mendapatkan yang berada di pinggir
pantai, bernama Crofter Bristo. Rumah
makan kecil tetapi pengunjungnya banyak.
Bangunannya kuno, berdinding batu dan pintu masuknya dari samping. Mungkin agar bagian yang menghadap ke laut
dapat ditempati meja dan pengunjung dapat makan sambil menikmati pemandangan
pantai. Oleh karena itu, dinding depan
dibuat dari jendela kaca lebar dan betul saja meja di dekat jedela itu selalu
dipilih pengunjung.
Perut sudah lapar
setelah berjalan-jalan di hutan pinus, apalagi udara sangat dingin. Oleh karena itu, begitu dapat tempat kami
segera memesan makanan. Saya memilih
memesan white bait. Saya tidak tahu
pasti apa itu, tetapi kata Kiki itu ikan goreng dengan disajikan bersama
kentang goreng. Saya terpikir seperti
fish and chip yang sangat populer di Australia dan kesukaan Pak Ketut Budayasa. Ingat saya porsinya besar dan tentu akan
memuaskan perut yang sedang lapar.
Isteri saya dan Stela
(besan saya) memesan sup sweet poteto, sedangkan Roy memesan sandwich dan Kiki
memesan makanan Itali yang saya lupa namanya.
Kami menunggu sambil minum. Saya
minum teh yang terbuat dari buah-buahan, Kiki minum home made limonate, isteri
minum teh hijau dan seperti biasanya Roy minum diet coke. Kami ngobrol ngalor ngidul, sekedar menunggu
pesanan makanan. Saya berbisik kepada
isteri, jauh-jauh ke Invernes kok pesan sop dari ketela. Lha di kampung ketela kan banyak. Dia hanya
tersenyum, mungkin biar sama dengan besan.
Ketika keluar,
ternyata yang dimaksud dengan white bait itu “wader goreng”. Saya pun tertawa, karena teringat wader yang
biasa kami makan di Warung Wader di Ketintang.
Jauh-jauh ke Inverness, makan di restoran pinggir pantai, ternyata yang
didapat wader goreng. Ya itulah hasil
orang yang malu bertanya, maunya dapat fish and chip, dapatnya wader goreng
dengan kentang. Sama-sama ikan sih,
tetapi bukan ikan haddock atau cord yang terkenal enak dan wader kecil-kecil. Isteri
saya yang ganti ketawa, melihat saya dapat wader goreng. Mungkin ingin mengolokkan, tadi mengomentari
jauh-jauh pesan ketela, sekarang kena batunya, jauh-jauh pesan wader.
Kalau rasanya memang
enak, gurih dan tidak terlalu keras.
Mungkin menggorengnya tidak telalu kering seperti wader di
Ketintang,sehingga tidak terlalu keras.
Untuk lidah saya sih lebih enak dan gurih yang kering seperti wader di
Ketintang, tetapi kalau orang lain, termasuk isteri saya, yang kering itu keras
dan konon proteinnya sudah sangat berkurang.
Entahlah, ini masalah selera dan bukan masalah kandungan protein. Mungkin karena perut lapar, wader goreng ala
Inverness enak juga. Apalagi oleh pelayan saya diberi saus tomat.
Ketika sambil makan
kami melihat keluar, pas didepan restoran itu ada mobil sport BMW yang
diparkir. Mobil sport dengan atap
terbuka. Penumpangnya 2 orang muda dan
begitu keluar mobil berjalan ke arah pantai.
Mungkin mereka berjalan-jalan di pantai, karena memang banyak yang
jalan-jalan disitu.
Tiba-tiba ada mobil
Honda CRV yang akan parkir, mundur dan notol bagian belakang mobil sport BMW
tadi. Sebenarnya tidak terlalu
keras. Namun bagian mobil Honda CRV itu
punya besi cantolan yang biasanya untuk menarik karavan. Jadi besi cantolah itu yang notol mobil BMS
sport yang lebih dulu parkir. Rasanya tidak
terlalu keras, kami tidak mendengar suara benturannya. Mungkin hanya “jendul” begitu.
Saya tidak tahu apakah
ada beret atau penyok. Tetapi dua orang,
pengemudi dan penumpang Honda CRV itu turun dan lama mengamati bemper belakang mobil
BMW yang ketotol. Setelah itu, mereka berdua celingak-celinguk, sepertinya
mencari pemilik mobil BMW tetapi tidak ketemu.
Kemudian dia menaruh kertas kecil dijepitkan di wiper mobil BMW dan
kemudian duduk di pagar di dekatnya.
Sampai saya selesai makan, kedua orang itu masih duduk disitu, sambil
makan sesuatu.
Menurut Kiki, biasanya
dalam kejadian seperti itu si penabrak (penotol) meninggali catatan nama,
alamat dan nomer asuransinya. Intinya
biar di pemilik mobil yang ketotol dapat menghubungi untuk mengatur
perbaikannya. Nomor asuransi ditunjukkan
untuk memudahkan menagih biaya reparasi.
Toh semua mobil di Scotland mempunyai asuransi dan jika terjadi totolan
yang membayar asuransi yang notol.
Saya berkelakar, kalau
di Surabaya mungkin orang yang menotol akan ngeloyor begitu saja. Toh si empunya BMW tidak ada dan juga tidak
ada orang yang memperhatikan. Namun Kiki
mengingatkan, di Scotland dimana-mana ada CCTV yang mungkin saja merekan
totolan itu. Jika sampai pemilik BMW
melapor kena totol dan polisi menemukan mobil yang menotol, urusan jadi
panjang. Bisa-bisa SIM penotol akan
dicabut. Dan lagi, setiap mobil punya
asuransi, sehingga yang nanti membayar ongkos reparasi yang asuransi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar