Selama 4 hari di
Bremen untuk mengikuti International VET Conference, saya tinggal di Straburger
Strabe nomor 48. Rumah keluarga
Born. Anak saya, Kiki yang mencarikan
lewat Air BNP. Kami mendapatkan lantai
terbawah, dengan satu kamar tidur sangat luar, dapur menyatu dengan ruang makan
yang lengkap dengan perabotnya, satu kamar pakaian dan ada kamar mandi yang
cantik. Kamar tidur dan ruang makan
menghadap ke taman belakang yang tertata bagus.
Selama di situ, saya
hanya sempat bertemu dengan Brigit Born dan anaknya Leo Born. Sesuai dengan pesan Kiki, begitu tiba di
bandara Bremen isteri saya menilpun rumah tersebut dan diterima oleh anak
perempuan bernama Leo. Dia pula yang
menerima kedatangan kami. Cewek cantik
berumus 20 tahun, mahasiswa di Cologne University, ramah dan dengan bahasa
Inggris yang sangat bagus menjelaskan segala hal. Fasilitas apa saja yang dapat kami gunakan,
dimana minimarket terdekat dan bagaimana caranya untuk pergi ke tempat
konferensi.
Besuk sorenya, Brigit
Born menemui kami. Ya sekedar “say hello”.
Ternyata beliau seorang kepala sekolah.
Orangnya cantik, berwajah ceria dan ramah. Beliau mengatakan, sebenarnya yang dipesan
untuk meneria kami anaknya yang laki-laki.
Tetapi anak tersebut kurang pandai berbahasa Inggris, sehingga anak
perempuannya yang menggantikan. Leo,
yang pernah tinggal di New Zeland 1,5 tahun, sehingga tentu bahasa Inggrisnya
sangat bagus.
Untuk pergi dan pulang
ke konferensi kami naik tram, dengan tiket 2,6 euro untuk satu kali jalan atau
10 eoro untuk dua orang dalam satu hari.
Artinya dengan 10 eoro, dua orang dapat pergi kemana sana dan naik apa
saja (tram atau bus) selama di kota Bremen.
Menurut Leo, kereta aka setiap 10 menit dan dari St. Joseph (halte dekat
rumah) sampai Domsheide (halte tempat konferensi hanya memerlukan waktu 14
menit. Pada hal dari rumah (Straburger Strabe 48) ke St Joseph hanya perlu
waktu 2 menit dengan jalan kaki. Jadi total
jenderal, kami hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit dari rumah sampai tempat
konferesi. Sungguh nyaman.
Begitu tiba di Bremen,
yang segera saya pelajari adalah peta untuk mengetahui arah dan lokasi serta
bagaimana naik tram atau bus. Sebenarnya
saya sudah pernah ke Bremen, tetapi kan harus meng-update lagi, karena sudah
lupa. Ternyata mudah, mesin penjual
tiket ada di dalam tram. Hanya yang saya
lupa, ternyata tram tidak otomatis berhenti dan membuka pintu di setiap
halte. Oleh karena itu, saya pernah
terlewat satu halte, karena lupa memencek tombol minta berhenti. Untungnya kami membeli tiket untuk satu hari,
sehingga ketika turun di halte berikutnya dan naik lagi kereta untuk balik,
tidak perlu membeli tiket lagi.
Untuk 2 hari pertama
kami tidak sempat kemana-mana, karena konferesi selesai pukul 18.00 dan seperti
biasanya selesai acara kami masih ngobrol sana-sini, membangun relasi. Saat ngobrol itu seperti itulah kami saling
diskusi bebas. Pada saat itulah, saya
diudang oleh Dr. Lazaro dari Univesity of Stocholm untuk hadir di konferensi di
Swedia tanggal 9-11 Mei 2016. Juga
ngobrol dengan Dr. Thomas Schroder dari TU Dormunt University yang mengajak
bertemu pada bulan Novemberi saat ada Konferensi RAVTE ASIA yang konon akan
diadakan di Shanghai. Juga ngobrol
dengan Dr. Margaret Malloch yang mengeluhkan sulitnya megundang orang Eropa ke
Australia. Beliau mengatakan “they have no ideo how to go to Australia”.
Nah, pada hari ketiga
yang acaranya hanya sampai pukul 13, sorenya sempat jalan-jalan sebentar. Kasihan isteri yang baru pertama ke
Jerman. Begitu selesai acara dan “say
good by” ke peserta lain, serta
mengucapkan “selamat dan sukses” kepada Larissa dan Michael, saya dengan isteri
segera mencari makan siang di restoran Turki. Saya makan ayam plus kentang,
sedangkan isteri makan sup plus roti.
Kami juga membeli kebab gulung isi daging ayam untuk makan malam.
Selesai makan, kami
jalan-jalan. Namun Bremen itu kota kecil
dan bukan kota wisata. Daerah yang biasa
dikunjungi ya di sekitar tempat acara.
Disitu ada patung simbul kota Bremen, yaitu patung dari perunggu yang
berwujud keledai, anjing, monyet dan ayam jago. Keempatkan dibuat seakan
bertumpuk. Ada juga patung Roland, yang
konon simbul pembebasan Bremen. Patung-patung itu berada di lapangan kecil di
kelilingi oleh gedung-gedung kuno yang sekarang dipakai untuk gedung parlemen
Bremen, gedung Kadin (yang digunakan untuk pembukaan konferesi) dan
lainnya. Hanya itu yang dapat
dikunjungi. Jadi kami hanya perlu waktu
sekitar 1 jam untuk melihat-lihat dan terus pulang.
Mengapa? Karena besuknya pagi-pagi sudah harus ke
bandara untuk terbang kembali ke Edinbrugh.
Kami pesan taksi pukul 03.30 karena pesawatnya pukul 06.30. Ternyata pukul 04.00 sudah sampai bandara,
dan check in belum buka, sehingga kami harus menunggu. Tidak apa-apa, dari pada
terlambat dan jadi masalah.
Empat hari yang
menyenangkan di Bremen, ikut konferensi yang sangat produktif, berkenalan
dengan kolega dari 26 negara yang menekuni bidang yang sama (VET) dan tinggal
di apartmen kecil tetapi sungguh menyenangkan.
Terima kasih kepada ITB-Bremen University yang sudah mengatur konferensi
dengan begitu bagus dan terima kasih kepada keluarga Born yang telah menyewakan
apartmentnya untuk kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar