Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan baru saja selesai melaksanakan UKG (Uji Kompetensi Guru) untuk
seluruh guru di Indonesia. Kalau
menurut Mendikbud bahwa hasil UKG itu analog dengan cermin bagi guru, saya ingin
menambahkan bukan hanya cermin bagi guru tetapi juga cermin bagi penghasil
guru, pembina guru dan stakeholers pendidikan. Kalau ternyata hasil UKG tahun 2015 konon
tidak jauh berbeda dengan hasil UKG sebelumnya, maka marilah kita bercermi dari
hasil UKG itu.
Jika hasil UKG dapat
dibuat secara figuratif brdasarkan sub-sub kompetensi guru, maka setiap guru
dapat mengetahui kompetensi atau sub kompetensi mana yang belum dikuasai,
sehingga yang bersangkutan dapat fokus dalam memperbaiki diri. Oleh karena itu akan sangat baik, jika setiap
guru dapat mengetahui figurasi tersebut.
Ibarat bercermin, bayangan yang dilihat dapat utuh dan rinci.
Namun perlu dicatat
bahwa kompetensi masih berupa potensi dan belum menjadi kinerja. Oleh karena itu akan sangat ideal jika hasil
UKG dipadukan dengan hasil PKG (Penilaian Kinerja Guru). Sebagaimana diketahui kinerja merupakan
perpaduan antara kompetesi dan komitmen dalam bekerja. Jika kompetesinya tidak bagus, tentu kinerja
tidak akan maksimal. Sebaliknya walaupun kompetesinya bagus belum dijamin
kinerjanya maksimal, jika ternyata komitmen kerjanya rendah.
Ibarat alat timbangan
yang menentukan hasil berat benda yang ditimbang, maka instrumen UKG dan PKB
haruslah dapat dipercaya. Dalam istilah
pengukuran disebutkan instrumen seperti itulah haruslah valid dan
reliabel. Apalagi PKG dilaksanakan oleh
kepala sekolah dan atau pengawas yang sangat mungkin pemahamannya berbeda. Oleh karena itu, baik instrumen maupun
pelaksanaan UKG dan PKG harus dipastika kredibilitasnya.
Para pembina guru juga
dapat menggunakan hasil UKG dan PKG sebagai cermin dari kinerjanya. Ibarat petani mangga, kesuburan pohon mangga
dan kelebatan buahnya juga cermin apakah petani tersebut berhasil memelihara
kebun mangganya atau tidak. Petani yang
sukses adalah yang mampu memelihara pohon mangga yang semula kurang subur dan
kurang lebat buahnya, menjai pohon mangga yang tumbuh subur dan lebat
buahnya. Pembina guru yang berhasil
dalam menjalankan tugasnya adalah mereka yang membuat para guru yang semula
kurang kompeten menjadi kompeten dan yang semula kurang baik kinerjanya menjadi
baik kinerjanya.
Bagaimana dengan LPTK
sebagai produsesn guru? Hasil UKG dan
PKG juga dapat menjadi cermin baginya.
Apakah guru yang dihasilkan memiliki kompetensi yang bagus? Apakah guru yang dihasilkan merupakan
pebelajar yang baik, sehingga setelah lulus dan bekerja terus belajar sehingga
kompetensinya terus meningkat. Apakah
guru yang dihasilkan memiliki jiwa pengabdian yang baik, sehingga dengan segala
kondisi tetap memiliki komitmen pengabdian yang baik.
Jika benar hasil UKG
2015 tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, berarti perlu upaya
sungguh-sungguh dan konsisten untuk meningkatkanya. Ibarat beras yang putih
saat digiling karena saling bergesek sesama butiran beras, maka guru akan
semakin pandai kalau mereka berinteraksi secara akademik dengan rekan sesama
guru. Oleh karena itu, forum KKG
(Kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) merupakan wahana
yang baik untuk membuat guru saling berinteraksi.
Kita sudah punya KKG
maupun MGMP, yang diperlukan adalah merancang agar keduanya berfungsi dengan
baik. Di negara lain lembaga seperti itu
biasanya disebut PLC (Professional Learning Community) dan terbukti juga
menjadi wahana pembinaan sangat baik untuk meningkatkan kemampuan kinerja
guru. Jadi menjadi tugas para pembina
guru dan LPTK sebagai prodosen guru untuk melaksanakan after sales
services. Semoga.