Bahwa Jakarta sering
macet saya sudah tahu, karena pernah tinggal di Jakarta cukup lama. Namun tanggal 11 Nopember 2015 sore saya
terkena macet yang menggelikan. Sesudah
magrib saya selesai mengikuti acara di Hotel Century Senayan dan ingin segera
pindah ke acara di Hotel BnB Kelapa Gading.
Sebelum meninggalkan
Hotel Century, saya menilpun teman di Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan yang juga
akan rapat di Hotel BnB. Siapa tahu bisa
berangkat bersama-sama. Ternyata betul,
beliau siap-siap untuk berangkat dan mengajak kami berdua, saya bersama kawan
dari UNS, untuk berangkat bersama-sama.
Jadilah kami bertiga berangkat dari Senayan ke Hotel BnB Kelapa Gading
dengan naik mobil beliau.
Begitu keluar dari
Jalan Pintu 1 kami berdiskusi apakah akan lewat jalan tol ke arah fly over Cawang terus ke by pass atau
lewat jalan Sudirman terus ke tengah kota.
Ketika mendekati Semanggi ternyata arus ke arah tol macet, sehingga pak
sopir mengarahkan mobil ke jalan Sudirman.
Awalnya cukup lancar, tetapi ketika masuk daerah Jalan Blora ternyata
macet. Tidak dapat mundur dan tidak ada
jalan alternatif, sehingga mobil terus saja berjalan lambat mengarah ke Taman
Suropati dekat Bappenas.
Dari taman Suropati
mobil mengarah ke Salemba dengan keinginan masuk jalan Pramuka. Nah ternyata di depan Megaria macet
total. Pak sopir mencari jalan
alternatif dengan belok ke kekiri ke arah Cikini yang ternyata juga macet. Mencoba mencari “jalan tikus” kearah Kebon
Sirih dan ternyata terkena macet di depan Kantor Nasdem. Mencari alternatif lagi dan dapat lolos
sampai Tugu Tani tetapi tenyata di depat perempatan Pasar Senen juga
macet. Terus begitu, sehingga kami baru
sampai di Hotel BnB sekitar pukul 21.30.
Jadi Senayan-Kelapa Gading perlu waktu sekitar 3 jam. Masya Allah.
Sambil jalan dan
mengamati lalu lintas yang sangat padat, saya berpikir berapa ribu mobil dan
motor yang terkena macet di Jakarta.
Kalau dihitung dalam satu hari-satu malam berapa bensin atau solar yang
terbuang karena mobil atau motor terkena macet.
Saya tidak tahu data dan juga tidak tahu bagaimana menghitungnya. Namun jika jumlah mobil yang terkena macet
dalam satu hari-satu malam sebanyak 200.000 buah dan untuk setiap mobil terkena
macet selama 2 jam, sehingga memboroskan bensin/solar 4 liter, berarti akan
800.000 liter bensin/solar hilang karena macet di Jakarta.
Jika dianggap
kemacetan seperti kemarin ternjadi 22 kali dalam satu bulan berarti sebulan ada
bensin atau solar hilang 17.600.000 liter atau katakanlah 17,5 juta liter per
bulan. Jika harga bensin atau solar Rp
8.000/liter, berarti uang yang hilang sebesar 140 M per bulan atau 1,68 T. Sangat besar. Jika uang itu untuk membangun SD dengan biaya
10 M per buah, berarti uang yang hilang akibat macet di Jakarta dapat digunakan
untuk membangun SD dengan biaya 10 M per buah, dapat dibangun 168 buah SD per
tahun.
Itu baru di
Jakarta. Belum termasuk kota-kota besar
lainnya, seperti Surabaya, Bandung, Bogor dan sebagainya. Sudah saatnya para ahli transportasi dan ahli
tata kota serta ahli bidang lain yang terkait untuk memikirkan cara mengatasi
kemacetan itu. Sayang dana sebesar itu
setiap hari terbang menguap, sementara masih banyak masyarakat yang miskin. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar