Rasanya hampir tidak
ada diantara pembaca yang tidak mengenal nama yahoo. Walaupun tidak tahu angka pastinya, saya
yakin pengguna akun yahoo untuk email jumlahnya jutaan, termasuk di dalamnya
saya sendiri. Dengan demikian kita dapat
menduga secara bisnis tentu Yahoo menguntungkan. Bahkan konon di masa lalu, pemilik Yahoo
termasuk orang sangat kaya di dunia.
Siapa menduga,
ternyata beberapa waktu lalu Yahoo “bangkrut” dan diakuisisi oleh Verizon dengan
harga “hanya” 65 triyun rupiah. Pada hal
tahun 2000 nilai Yahoo konon sekitar 1300 triyun rupiah. Apa yang terjadi dengan Yahoo? Mengapa “raksasa” dan pioner dunia maya itu
bangkrut? Apakah ada yang salah salam
manajemennya? Apakah kalah dalam
persaingan yang semakin ketat? Apakah
itu seperti fenomena Sampurna yang dijual ke Philip Moris? Jika ya, mengapa harganya sangat “murah”?
Jujur saya tidak tahu
dan merasa tidak memiliki kompetensi dalam bidang itu. Saya hanya ingat peristiwa yang menjadi topik
hangat beberapa tahun lalu, ketika perusahaan milik Michael Porter
bangkrut. Pada hal Michael Porter
dikenal sebagai ahli manajemen di dunia dan pernah diundang dua kali oleh
Presiden SBY. Seingat saya fenomena itu
secara khusus dibahas oleh pakar marketing Hermawan Kertajaya. Menurut Pak Hermawan, Michel Porter terlalu
yakin dengan formula manajemen yang selama ini digunakan dan ternyata situasi
telah berubah sehingga formula itu tidak cocok.
Merenungkan itu, saya
teringat sekian tahun lalu (mungkin 15 tahun lalu) saya mendapat keluhan dari
pimpinan lembaga pendidikan di Surabaya.
Beliau mengatakan “dahulu sekolah kami ini didatangi oleh wali murid
dari luar Surabaya bahkan ada yang dari luar Jawa. Namun sekarang jumlah pendaftar semakin
menurun, sementara sekolah lain yang lahir belakangan pendaftarnya banyak.
Karena beliau sangat
senior, saya sungkan untuk memberi saran secara lugas. Oleh karena itu saya menggunakan
analogi. Saya menunjukkan ada warung rawon
atau soto yang dahulu terkenal dan kita sering makan di tempat itu. Sekarang warung itu kalah dengan warung lain
dan kita juga lebih senang makan di warung lain yang lebih baru itu. Kita mengatakan warung yang baru lebih enak,
lebih bersih dan lebih nyaman situasinya.
Tampaknya, jika makan sekarang kita tidak hanya memperhatikan rasa,
tetapi juga kebersihan dan kenyamanan.
Tampaknya tuntutan
zaman terus bergulir. Warung, sekolah dan perusahaan terus tumbuh dan mereka
berusaha berinovasi untuk dapat memenuhi tuntutan zaman. Orang selalu menuntut hal-hal baru yang lebih
baik. Warunf, sekolah, perusahaan yang
tidak mampu memenuhi tuntutan itu akan ditinggalkan, karena ada “pesaing” yang
lebih baik. Itulah mungkin, sekali lagi
mungkin, yang menyebabkan warung ditinggalkan pelanggannya, sekolah tidak lagi
favorit dan Yahoo bangkrut.
Contoh lain yang
paling dekat dengan kita adalah HP. Mari
kita ingat, seperti ada HP lima tahun lalu.
Jauh lebih sederhana dibanding HP saat ini yang multifungsi. Setiap tahun bahkan setiap bulan muncul HP
baru yang lebih canggih dan setelah itu HP versi lama harganya anjok atau
bahkan ditinggalkan orang.
Nah, apa kunci dari
segal itu? Menurut saya ya inovasi. Dengan inovasi itulah HP versi baru
dikembangkan, warung versi baru mengalahkan warung versi lama, sekolah yang
baru menggeser sekolah yang lebih tua.
Jadi wajar jika studi Bank Dunia menyimpulkan 40% perkembangan negara
itu disumbang oleh inovasi bangsanya, sementara sumbangan sumberdaya alam hanya
10%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar