Selama 5 hari, tanggal
4-8 April 2018, BAN-SM (Badan Akreditasi
Nasional Sekolah/Madrasah) melakukan TOT (training of trainer) asesor. Ketika mempersiapkan ada keinginan kuat dari
teman-teman BAN-SM untuk “memulai” era baru dalam pelatihan. Era baru diwujudkan dalam 2 hal yaitu: (1)
melaksanakan TOT 40 jam benar-benar dilaksanakan selama 40 jam dan bukan
“disunat” menjadi 30 jam. Jangan pelatihan yang teorinya dilaksanakan 5 hari
“disunat” menjadi 3 hari. (3) melaksanakan TOT dengan prinsip andragogi dan
active learning, sehingga peserta benar-benar aktif belajar dan merasa
mendapatkan manfaat. Untuk itu Bu Itje
yang ditunjuk sebagai koordinator pelatihan mengajukan model pelatihan yang
menurut saya I-CARE (Introduction-Conection-Aplication-Reflection-Extention).
Ketika Bu Itje
menjelaskan jadwal pelatihan, saya nyeletuk “wah Bu Itje mengharap semua
peserta sehat”. Sepertinya beberapa
teman bingung mendengar komentar tersebut.
Namun Bu Itje cepat tanggap dan menjawab “lha gimana lagi, kan
pelatihannya 40 jam, sementara hari pertama hanya 5 jam dan hari terakhir juga
hanya 5 jam. Jadi terpaksa pada 3 hari
yang lain pelatihan mulai jam 08.00 s.d 21.00”. Berarti dalam sehari peserta mengikuti
pelatihan selama 13 jam. Tentu dikurangi
istirahat, baik break pagi, ishoma siang, break sholat ashar dan ishoma magrib.
Bukan main.
Karena menggunakan
pola I-CARE atau lebih tepatnya modified I-CARE peserta sangat aktif, sehingga
mereka tidak mengantuk. Pada pola
I-CARE, fasilitator (pelatih) hanya mengantar dalam beberapa menit, yaitu
sekitar 5 menit untuk pengantar (introduction).
Pada tahap connection, peserta sudah mulai aktif karena ditanya ini dan
itu, untuk menyadari apa yang dipelajari ada manfaatnya dan atau apa yang
dipelajari terkait dengan apa-apa yang sudah diketahui sebelumnya. Tahap ini juga hanya sekitar 5-10 menit. Nah tahap application, dimana peserta
membaca, membuat resume, presentasi atau kunjung karya atau karya kunjung-nya
yang paling lama. Bisa sampai 40 menit
atau bahkan 60 menit, tergantung pada materi yang dibahas. Tahap reflection, dimana fasilitator memandu
membuat simpulan konsep apa yang dipelajari diteriuskan dengan extention untuk
memberikan pesan apa yang perlu dikerjakan selanjutnya. Kedua tahap ini juga hanya sekitar 5-10
menit.
Tampaknya pola I-CARE
juga merupakan hal baru bagi beberapa anggota BAN-SM yang bertugas menjadi
fasilitator, sehingga Bu Itje harus menjelaskan atau bahkan mensimulasikan.
Namun setelah itu, semua mengatakan pola ini bagus dan pastilah peserta aktif
selama pelatihan. Saya berpesan kepada
staf administrasi, jangan lupa mengecek ruangan tempat pelatihan untuk memastikan
tempat duduk dapat digeser-geser karena pelatihan banyak menggunakan kerja
kelompok. Juga tidak lupa menyediakan
kertas flip chart dengan spidol bagi peserta ketika mereka harus membuat resume
untuk dipajang di dinding. Juga
menyediakan selotip atau sejenisnya untuk menempelkan kertas flip chart di
dinding.
Pelatihan dilaksanakan
di hotek Aston Bekasi Barat dan diikuti oleh 170 peserta dari seluruh
propinsi. Ketika pelatihan dimulai,
muncul kendala yaitu sistem IT yang rewel saat pre test. Pelatihan memang dirancang paperless,
sehingga semua bahan diberikan dalam bentuk soft copy yang bisa diunduh di web
tertentu. Pre test juga menggunakan sistem
computerized. Sayangnya waktu pre test
IT ngadat, sementara paper based tidak dapat dilakukan karena memang tidak
disiapkan soal dalam bentuk kertas.
Pelatihan selanjutnya
berjalan lancar. Peserta sebanyak 170 orang dibagi dalam 5
kelas, sehingga setiap kelas terdiri dari 34 peserta dan setiap kelas dipandu
oleh 3 fasilitator. Saya kebagian
memandu Kelas C bersama dengan Bu Capri (Dr. Capri Anjaya, M.Hum dan Pak
Marjuki (Dr. Marjuki, MPd). Peserta tampak senang karena aktif bekerja. Beberapa
peserta menyatakan dengan pola I-CARE merasa dapat memahami materi pelatihan
lebih baik dari pelatihan lain yang pernah diikuti. Saya timpali, ya memang dengan pola ini
peserta belajar sendiri, fasilitator hanya memandu saja. Bahkan seorang peserta menyatakan akan
menerapakan pola saat melaksanakan pelatihan di daerah. Semoga ini merupakan
penyempurnaan terhadap pelatihan yang selama ini berjalan. Seperti kata Bu
Itje, tidak megurangi jam pelatihan dan menggeser dari teaching ke learning,
sehingga peserta benar-benar belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar