Buku berjudul Technology-enhanced 21st Century Learning tersebut saya beli pada bulan Nopember 2018, hampir tiga tahun lalu, namun baru minggu ini saya membaca. Itupun karena dipicu oleh Mas Nanang (Ahmad Rizali) yang mendirikan SMP Nusantara Cemerlang, sebuah sekolah yang menggunakan modalitas belajar secara digital. Saya diminta untuk memberi endorsement, sehingga mencari referensi yang pas.
Belum selesai membacanya, saya sudah
terkaget. Bagaimana Singapore, sejak
tahun 1997 telah menyiapkan pendidikannya berbasis ICT dan itu dituangkan dalam
Master Plan 5 tahunan secara berkesinambungan. Bahwa di Singapore ada sekolah yang berbasis
ICT, saya sudah tahu bahkan pernah berkunjung ketika ada konferensi di NTU
sekitar tahun 2014. Tetapi saat itu saya
membayangkan sekolah itu semacam sekolah laboratorium yang dimiliki NTU yang
tentunya memiliki infrastruktur hebat.
Saya juga pernah mendapat cerita dari Prof. Gopinatan tetang fasilitas
ICT di sekolah-sekolah Singapore, tetapi saya pikir itu ya mirip beberapa
sekolah di Indonesia yang memang maju.
Bahwa Singapore itu negara kecil, semua sudah tahu. Bahkan penduduk Singapore itu hanya sekitar 5,8 juta. Saya tidak mendapatkan data berapa jumlah sekolah dan jumlah siswa di Singapore. Namun dengan total penduduk hanya separuh dari Jakarta, tentu jumlah sekolah dan muridnya tidak banyak.
Bahwa Singapore itu negara kaya, sehingga mampu membiayai pendidikannya
dengan baik, saya kira semua orang dapat memahami. Yang saya kaget adalah antisipasinya yang
sangat baik, sehingga pada tahun 1997, mungkin saat itu kita juga belum banyak
mengenal internet, Singapore sudah menyiapkan pendidikannya berbasis ICT. Berikut ini, saya kutip master plan 6 tahunan
untuk Pendidikan mereka. Saya kutip apa adanya untuk menghindari saya salah
tafsir.
Master Plan I (1997-2002) dengan tujuan:
1) Enhanced linkages between the school
and the world around it, sp as to expand and enrich the learning environment.
2) Encourage creative thinking, life
long learning and social responsibility.
3) Generate innovation in education.
4) Promote administrative and
management excellence in education system.
Master Plan II (2003-2008), dengan tujuan:
1) Students use ICT effectively for
active learning.
2) Teachers use ICT effectively for
professional and personal growth.
3) Connection between curriculum,
instruction and assessment are enhanced using ICT.
4) Schools have capacity and capability
to use ICT for school improvement.
5) There is active research in ICT in education.
6) There is an infrastructure that
supports widespread and effective use of ICT.
Master Plan III (2009-2014), dengan tujuan:
1) Students develop competencies for
self-directed and collaborative learning through the effective use ICT as well
as become discerning and responsible ICT users.
2) Teachers gain the capacity to plan
and deliver ICT-enrich learning experiences for students to become
self-directed and collaborative learners, as well as nurture students to become
discerning and responsible ICT users.
3) School leaders provide the direction
and create the conditions to harness ICT for learning and teaching.
4) ICT infrastructure enables and
supports teaching and leaning anywhere, anytime.
Master Plan IV (2015-2020), dengan tujuan:
1) Students will have: (a) greater
personalization of learning, learning anytime & anywhere; (b) access to
quality curriculum-aligned resources.
2) Teachers will have: (a) sustained
and differentiated professional learning; (b) information on evidence-based ICT
practices.
3) School will have: (a) customized
& close school support; (b) optimal ICT insfrastructure.
4) Some approaches identified include:
(a) deeper ICT integration in curriculum, assessment and pedagogy; (b)
sustained professional learning; (c) translation research, innovation, and (d)
connected ICT learning eco-system.
Mencermati master plan tersebut, saya menyimpulkan bahwa Singapore
memiliki perencanaan pembangunan pendidikan yang baik dan
berkesinambungan. Jujur saya belum mendapatkan
informasi apakah ada master plan pendidikan yang utuh bukan hanya tentang ICT-nya. Namun jika ada yang terkait dengan ICT, saya
menduga itu bagian dari master plan pendidikan yang utuh sebagai induknya.
Tentu setiap negara memiliki masalah pendidikan yang berbeda, sehingga
memerlukan pola pengembangan yang berbeda pula.
Indonesia tentu tidak dapat meniru begitu saja dari negara lain,
termasuk Singapore. Namun ada sesuatu yang
mungkin dapat menjadi bahan banding. Pertama,
adanya master plan selama 24 tahun dan berkesinambungan. Tampaknya tidak ada “ganti menteri ganti kebijakan”
di Singapore. Memang setiap tahap
kebijakannya berganti, tetapi tampak sekali itu merupakan kesinambungan
tahapan.
Kedua, jika
Charless Darwin mengatakan dalam perubahan yang mampu bertahan bukanlah yang paling
kuat atau yang paling pandai, tetapi mereka yang dapat melakukan adaptasi dan antisipasi
terhadap perubahan itu, maka Singapore tampaknya merupakan yang jenis yang
ketiga. Singapore tidak reaktif ketika ada sesuatu yang terjadi, tetapi semua
diantisipasi dan dipersiapkan sejak dini.
Bayangkan tahun 1997, mereka sudah menyiapkan pendidikannya mengarah
ICT-based. Dan itu dilaksanakan secara
bertahap berkesinambungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar