Hari minggu tanggal 20
Agustus 2017 saya ke kampus sendirian, nyopir sambil mendengarkan radio Suara
Surabaya. Mbak Ema yang menjadi penyiar
mendapat informasi kalau di Pasuruan ada spanduk menolak Lima Hari Sekolah
(Five Day School/FDS) sepanjang 15 kilometer.
Tentu yang dimaksud bukan spanduknya sepanjang 15 km, tetapi banyak
spanduk yg dipasang di pinggir jalan, sepanjang 15 km.
Mbak Ema memberi
komentar, pemasangan spanduk seperti itu lebih baik dibanding melakukan demo
yang mengganggu lalu lintas. Dan juga
lebih efektif karena dibaca orang banyak dan berlangsung beberapa hari. Mungkin Mbak Ema membandingkannya dengan demo
di beberapa daerah terkait dengan penolakan FDS itu. Pagi ini koran Jawa Pos
juga memberitakan spanduk penolakan itu.
Saya tidak dalam
posisi menyetujui atau menolak FDS, biarlah itu dibahas oleh pihak yang
berkompeten dan berwenang. Saya ingin
mengaitkan fenomena itu dengan 4-C,
kemampuan yang sangat penting di abad 21. Menurut beberapa referensi, di era iptek dan ketika
ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat cepat dan seringkali terjadi
lompatan, maka ada empat kemampuan yang sangat penting, yaitu critical
thinking, creativity, communication adn collaboration. Disingkat dengan
4-C.
Dua C yang pertama
terkait dengan kecakapan personal (personal skills), sehingga diperlukan setiap
orang walaupun yang bersangkutan sendirian, mengerjakan suatu pekerjaan seorang
diri. Misalnya seorang peneliti di laboratorium
atau seorang tukang servis motor yang membetulkan motor yang sedang mogok. Peneliti dan tukang servis motor harus
memiliki kemampuan berpikir kritis untuk menemukan penyebab motor mogok atau
penelitian tidak berjalan lancar, dan kemudian harus memiliki kreativitas untuk
memecahkan masalah yang dihadapi itu.
Itulah sebabnya, ada orang dua C itu ujungnya untuk memecahkan masalah
atau problem solving.
Dua C yang kedua
terkait dengan kecakapan sosial (social skills), yaitu kecakapan yang sangat
diperlukan ketika seseorang berinteraksi, bekerjasama dan di hidup di
lingkungan sosial. Dalam kehidupan nyata, kita tidak pernah sendirian. Pasti ada orang lain di sekitar kita. Di
rumah tangga saja ada suami-isteri, adik-kakak dan sebagainya. Di pekerjaan selalu ada orang lain yang
berintesraksi dengan kita. Nah, oleh
karena itu kemampuan komunikasi dan bekerjasama menjadi sangat penting.
Lantas apa hubungannya
dengan FSD? Saya berpikir tentunya
masalah itu dapat didiskusikan, dirundingkan untuk menemukan solusi yang semua
merasa senang. Jika kedua belah pihak,
yang pro dan kontra, dapat berkomunikasi dengan baik, dapat menjalin kerjasama
untuk menemukan solusi yang kreatif rasanya tidak perlu ada demo yang
menghabiskan enersi dan kain spanduk itu dapat dijahit menjadi baju anak-anak
sekolah yang kesulitan membeli seragam.
Saya yakin Ibu/Bapak
yang pro maupun yang kontra adalah orang cerdas yang memiliki kemampuan
berpikir kritis dan juga memiliki kreativitas yang tinggi. Dengan demikian pastilah mampu menemukan
penyelesaikan tentang polemik FDS yang baik, solutif dan arif sehingga semua
pihak merasa senang. Saya yakin kedua
belah pihak dapat menemukan win-win solution.
Yang mungkin perlu
dimulai adalah kemauan untuk melakukan komunikasi dan kolaborasi secara
bersama-sama menemukan solusi tersebut.
Saya yakin kedua belah pihak memiliki kemampuan berkomuniasi dan
sekaligus kemampuan berkolaborasi. Saya
juga yakin kedua belah pihak bermaksud baik dan bertujuan mulia. Kalau toh ada perbedaan hanyalah cara
memandang. Nah, sudah saatnya ke 4-C itu
diterapkan untuk menemukan solusi yang tepat, dengan tetap menghargai satu
dengan yang dan tetap mengutamakan pendidikan yang terbaik untuk generasi ke
depan. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar