Tahun
lalu saya mengeluhkan pemuatan foto pengawas Ujian Nasional (UN) yang mengantuk
(mungkin tertidur). Beberapa wartawan beralasan, salah satu tugas pers adalah
menyampaikan fakta dan informasi kepada masyarakat. Saya faham, pertanyaannya apakah harus dengan
cara seperti itu? Apakah pelaksanaan
tugas kewartawanan harus “mengorbankan” pihak lain? Bukankah dengan termuatnya foto tersebut
citra pengawas tersebut akan rusak? Pada
hal mungkin saja pengawas tersebut mengantuk karena sakit atau alasan lain yang
dapat diterima. Bagaimana kalau ada
wartawan yang mengantuk atau tertidur ditengah-tengah tugas peliputan? Bagaimana jika wartawan yang tertidur tersebut
difoto dan dimuat di koran lain? Pada
hal mungkin wartawan tersebut mengantuk, karena semalam tidak tidur karena
anaknya sakit.
Pertanyaan,
argumen dan sindiran tersebut saya sampaikan pada saat ada diskusi dengan para
wartawan di stasiun TV. Kebetulan topik diskusi
tentang UN dan banyak wartawan dari berbagai media cetak yang hadir. Seperti biasanya masing-masing pihak memiliki
argument. Saya sedih, karena kesan saya
pemuatan foto pengawas ngantuk/tertidur tersebut dianggap wajar oleh para
wartawan. Oleh karena itu, di akhir
diskusi saya berseloroh: “saya khawatir prinsip bad news is a good news dianut
oleh wartawan kita”. Dan seperti
biasanya, teman-teman wartawan menyambut ungkapan saya dengan tertawa, seakan
meng-iya-kan.
Tahun
ini UN jenjang SMA/SMK/MA tidak dapat berjalan serempak. Ada 11 propinsi yang UN-nya diundur. Menurut berita hal itu terjadi, karena
percetakan yang mengerjakan soal untuk 11 propinsi tersebut tidak dapat
menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Media cetak dan elektronik seakan dapat berita
yang laku keras. Saya mencoba
menghitung, hampir semua media menayangkan sisi negative dar persitiwa
tersebut. Media ramai-ramai memuat sisi negative,
baik fakta kejadian maupun komentar berbagai pihak. Misalnya, Kemdikbud dianggap tidak
profesional, adanya sekolah yang soalnya kurang, sekolah yang soalnya tertukar,
dugaan kong-kalikong tender pencetakan soal UN dan sebagainya. Hampir tidak ada media yang memuat bagaimana
berbagai pihak berupaya mengatasi masalah tersebut.
Saya
tidak dalam posisi membela pihak manapun.
Namun, bukankah kita sadar bahwa berita koran maupun TV memiliki
pengaruh kuat kepada masyarakat, termasuk siswa. Jika siswa SMA kelas 3 membaca atau menonton
tayangan tersebut, sangat mungkin akan menimbulkan keraguan atau ketidakpercayaan
terhadap UN. Juga mungkin timbul ketidak-sukaan terhadap UN. Nah, jika
keraguan/ketidakpercayaan/ketidaksukaan tersbut cukup kuat, akan berpengaruh
terhadap sikap positif mereka saat mengerjakan UN. Dan jika itu terjadi, justru anak-anak
SMA/SMK/MA yang menjadi korban.
Jangan-jangan yang sedang ikut UN dan terkena dampak tersebut anaknya
para wartawan.
Kita
tahu bahwa media, cetak dan elektronik merupakan pembentuk opini publik yang
sangat kuat. Jika koran dan TV punya
kecenderungan memuat berita-berita yang bersifat negative, saya kawatir akan
membuat masyarakat kita selalu berpikir negative terhadap pihak lain. Pada hal, pikiran negative (negative thinking)
justru akan membuat kita tidak produktif
dan berpikir dan bekerja. Pikiran negatif
akan membuat kita mencari “siapa yang salah” dan tidak terdorong untuk mencari
bagaimana untuk mengatasinya.
Sudah
saatnya kita mencoba merenungkan. Kita
harus membuang jauh-jauh, kesenangan saat orang lain menderita. Sudah saatnya kita mementingkan bagaimana
kita membantu menyelesaikan masalah dan bukan memperburuk situasi. Tentu saja dari bidang kerja dan keahlian
kita masing-masing. Sudah saatnya
pertanyaan: “Mengapa itu terjadi?” tidak diteruskan dengan pertanyaan: “Siapa
yang salah?”. Tetapi diteruskan dengan
pertanyaan: “Bagaimana masalah tersebut dapat diatasi?”.
Sekali
lagi, saya tidak dalam posisi membela siapapun.
Tetapi mengajak kita berkontribusi dalam menyelesaikan masalah dan
berkontribusi agar masyarakat berpikir dan berbuat produktif. Bahwa ada yang tidak beres dalam pelaksanaan
UN atau kejadian lainnya tentu tidak boleh dibiarkan. Namun biarlah masalah itu diurus oleh pihak
yang berkompeten dan dengan cara yang profesional. Kita hindari agar kita tidak memperkeruh
suasana. Semoga.
1 komentar:
0=482=111 saya sangat bersyukur kepada allah karna melalui bantuan MBAH KABOIRENG dan kini kehidupan saya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya,ingat kesempatan tdk akan datan untuk yg kedua kalinya.. KLIK TOGEL 2D 3D 4D 6D DISINI
saya ingin berbagi cerita kepada semua teman-teman bahwa saya yg dulunya orang yg paling tersusah,walaupun mau makan itu pun harus hutang dulu sama tetangga dan syukur kalau ada yg mau kasi,semakin aku berusaha semakin jauh juga pekerjaan dan selama aku ingin berbuat baik kepada orang lain semakin banyak pula yg membenci saya karna saya cuma dianggap rendah sama orang lain karna saya tidak punya apa-apa,dan akhirnya saya berencana untuk pergi mencari dukun yg bisa menembus nomor dan disuatu hari saya bertemu sama orang yg pernah dibantu sama MBAH KABOIRENG dan dia memberikan nomor MBAH KABOIRENG,dia bilan kepada saya kalau MBAH KABOIRENG bisa membantu orang yg lagi kesusahan dan tidak berpikir panjang lebar lagi saya langsun menghubungi MBAH KABOIRENG dan dengan senan hati MBAH KABOIRENG ingin membantu saya,,alhamdulillah saya sudah menang togel yg ke5 kalinya dan rencana saya bersama keluarga ingin membuka usaha dan para teman-teman diluar sana yg ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KABOIRENG di 085=260=482=111 saya sangat bersyukur kepada allah karna melalui bantuan MBAH KABOIRENG dan kini kehidupan saya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya,ingat kesempatan tdk akan datan untuk yg kedua kalinya.. KLIK TOGEL 2D 3D 4D 6D DISINI
Posting Komentar