Tahun
2013 ini Universitas Negeri Surabaya melaksanakan program SM3T (Sarjana
Mengajar di daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal) di empat kabupaten, yaitu
Kab. Sumba Timur, Kab. Aceh Singkil, Kab. Talaud dan Kab. Maluku Barat Daya. Berarti ada tambahan tiga kabupaten dibanding
tahun lalu, yang hanya satu kabupaten, yaitu Kab. Sumba Timur.
Pada
saat mengantar peserta, saya tidak dapat ikut karena ada acara lain yang tidak
dapat saya tinggalkan. Oleh karena itu,
ketika Bu Lutfi (Prof Lutfiah Nurlaela) menawari ikut monitoring dan evaluasi,
saya segera menyanggupi. Melihat lokasi
dan jadwal yang disodorkan, saya memilih pergi ke Kab. Talaud. Pilihan itu karena saya belum pernah ke
Talaud dan jadwalnya pas saya agak longgar.
Sebelum
berangkat saya bertanya kepada Bu Lutfi, apa yang harus saya bawa. Apakah saya harus membawa sepatu kets dan
sebagainya? Bu Lutfi menjawab, perlu
membawa sepatu kets dan jaket. Mendapat
jawaban itu, saya membayangkan kondisi Kab. Talaud mirip dengan Kab. Sumba
Timur, sehingga saya harus membawa sepatu kets dan jaket. Apalagi saya dapat informasi bahwa di Kab.
Talaud saya nanti akan naik rakit, karena ada sungai yang belum ada
jembatannya. Sementara sekolah yang akan
dikunjungi berada di seberang sungai tersebut.
Saya
membayangkan kondisi Kab. Talaud gersang, jalan-jalan tidak baik, kampung kumuh,
kondisi ekonomi masyarakat rendah dan sekolah-sekolah tampak kumuh dan
sebagainya. Oleh karena itu, sejak di
Surabaya saya menyiapkan diri menghadapi kondisi tersebut. Termasuk menyiapkan
berbagai hal yang terkait untuk menguatkan motivasi pengabdian peserta SM3T.
Namun,
begitu menginjakkan kaki di bandara dan dijemput Ibu Susan (Kasi Pendidikan
Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga/Dikpora), saya menyadari dugaan saya
tersebut jauh dari kebenaran. Jalan
menuju kantor Dinas Pendidikan cukup mulus, rumah-rumah tertata rapid an lahan
di kiri dan kanan jalan tampak hijau.
Memang jumlah kendaraan tidak banyak dan kalah banyak dibanding Sumba
Timur. Tetapi alam tampak lebih subur.
Hari
itu juga kami (saya, Bu Lutfi, Bu Trisakti, Pak Sulaiman dan P Yoyok) langsung
bergerak menuju tempat kami sudah di tunggu peserta SM3T. Tempatnya di Desa Bulude Selatan. Kami mulai bergerak dari kantor Dinas Dikpora
sekitar pukul 13.30. Jarak yang cukup
jauh, jalan yang rusak parah di bagian pedalaman dan kondisi hari itu hujan,
menyebabkan perjalanan lambat dan baru sampai di tujuan sekitar pukul 18.30.
Selama
perjalanan saya menyaksikan kanan-kiri jalan dipenuhi kebun kelapa, kebuh
cengkih dan kebun pala. Memang
kebun-kebun tersebut tampak masih tradisional dan kurang terawat secara
baik. Misalnya pohon-pohon kelapa banyak
yang sudah tua dan tidak tampak peremajaan.
Demikian pula kondisi kebun pala dan kebun cengkih.
Namun
pedesaan tampak bersih, banyak sekali bunga ditanam rapi di halaman rumah dan
tepi jalan. Jenis bunga yang paling
banyak adalah bunga soka, yang do Surabaya termasuk bunga yang mahal. Halaman
rumah ditanami tanaman sayur-sayuran dan tanaman bumbu untuk memasak. Sekolah tampak bersih, halaman sekolah
tertata rapi dengan tanaman bunga di sana-sini.
Kondisi gedung sekolah juga cukup baik, jauh lebih baik dibanding daerah
lain, termasuk di pula Jawa.
Masyarakat
Talaud ternyata sangat ramah dan memiliki budaya gotong royong yang masih cukup
kuat. Saya dapat informasi, makanan yang
disajikan kepada kami dimasak oleh masyarakat sekitar sekolah. Jika ada tamu ke sebuah keluarga, sudah biasa
keluarga di sekitarnya ikut membantu
menyambut dan memberikan hidangan. Saat
saya melintas ada sekelompok orang yang sedang membangun rumah. Ternyata pola gotong royong masih diterapkan
untuk membangun rumah dan juga untuk memisahkan cengkeh dari tangkainya saat
panen.
Saya
juga melihat banyak antene parabola di rumah penduduk. Konon hampir setiap rumah memiliki TV dan
kultas. Bahkan beberapa rumah memiliki
freezer untuk menyimpan ikan hasil tangkapan.
Oleh karena itu saya meyakini kondisi sosial ekonomi masyarakat Talaud
sangat baik. Sayang, ketika bertanya
berapa PAD Kab. Talaud saya tidak mendapatkan jawaban yang jelas.
Dua
hari menjelalah Kab Talaud untuk mengunjungi banyak sekolah di Kab. Talaud,
dalam benak saya berkecamuk pikiran dan pertanyaan. Pertama,
bagaimana situasi pedesaan tertata sangat rapi dan bersih. Walaupun jalan banyak yang rusak berat,
tetapi pedesaan tertata rapi dengan tanaman bunga di pinggir jalan dan halaman
rumah. Lahan di sekitar rumah penduduk
tampak tertanami bunga, buah-buahan seperti jeruk, rambutan, mangga dan sebagainya. Juga banyak tanaman sayuran dan empon-empon. Konon itu dampak dari lomba desa yang setiap
tahun dilakukan. Saya masih penasaran,
rasanya ada faktor lain yang membuat keadaan desa seperti itu.
Kedua, sekolah-sekolah tampak bersih dan tertata rapi. Ruang kelas tampak bersih, kamar kecil bersih
dan halaman sekolah ditanami banyak bunga.
Rasanya kondisi sekolah-sekolah di Kab. Talaud lebih baik dari
sekolah-sekolah di daerah lain, termasuk di Jawa. Beberapa guru menyatakan hubungan sekolah
dengan masyarakat sekitar sangat baik, sehingga masyarakat banyak membantu
sekolah. Termasuk ketika kami datang,
Kepala Desa dan warga sekitar ikut menyambut dan ikut menyediakan makanan.
Ketiga, jalan rusak berat. Yang baik hanya di sekitar ibu kota kabupaten dan
ibu kota kecamatan Beo. Banyak jembatan
yang utus atau sungai yang belum ada jembatannya. Pada hal kebun kelapa, kebuh cengkih dan
kebun pala tersebar di selurih daerah.
Hasil tangkapan ikan juga sangat banyak.
Banyak “gunungan” buah kelapa di tepi jalan dan banyak yang keluar
tunasnya. Mungkin terlalu lama menunggu
angkutan. Terpaksa hasil kebun tersebut dipikul atau diangkut dengan gerobak
sampai jalan yang dapat dilalui truk.
Sangat mungkin biaya angkut jadi sangat mahal. Hasil tangkapan ikan juga hanya untuk
konsumsi lokal.
Ke empat, teknologi pertanian dan pengolahan hasil pertanian
dan perikanan tampaknya belum menyentuh Kab. Talaud. Pola tanam perkebunan kelapa, pala dan
cengkih masih tampak tradisional dan tidak tampak ada peremajaan. Kebun sepertinya tidak terpelihara dengan
baik. Melihat tingginya pohon kelapa
yang mencapai lebih 30 meter dan pohon cengkih yang sudah 25 meter-an,
semestinya sudah dimulai peremajaan.
Lokasi pohon kelapa yang “berserakan” menunjukkan itu tanaman lama yang
belum diatur.
Kelima, kondisi sarana-prasarana sekolah tampak sangat baik. Namun jumlah guru sangat kurang. SMP Negeri dan SMP Satu Atap yang saya
kunjungi sangat kekurangan guru. Ada SMP
Negeri yang tidak memiliki guru bidang studi tertentu, misalnya IPA dan Bahasa
Inggris. Juga ada SD Negeri yang gurunya
hanya dua orang termasuk kepala sekolah.
Banyak sekolah yang mengangkat guru honorer yang rata-rata tamatan SMA.
1 komentar:
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
Posting Komentar