Bahwa kreativitas
itu sangat penting, sekarang menjadi topik yang hangat dalam berbagai topik
diskusi. Termasuk diskusi-dskusi dalam
bidang pendidikan. Mungkin itu dipicu oleh hasil-hasil penelitian mutakhir yang
menunjukkan betapa pentingnya kreativitas, baik yang terkait dengan
pengembangan profesi maupun pembangunan negara.
Studi Bank Dunia
menunjukkan bahwa keunggulan suatu negara 45% ditentukan oleh inovasi. Inovasi
tidak lain adalah “buah” dari kreativitas.
Studi Trilling dan Fadel (2009), Wagner (2008) dan studi lain juga
menunjukkan kalau kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang sangat
penting pada era iptek.
Apa itu kreativitas
dan dimana posisinya dalam kerangka potensi dan pembelajaran, tampaknya juga
masih menjadi bahan diskusi. Delapan intelegensi yang dikenalkan oleh Garder (1985),
yaitu logical mathematics, linguistic, special,
body kinesthetic, musical, intrapersonal dan interpersonal, juga tidak menyebut kreativitas. Tambahan satu intelegensi yang dimunculkan
belakangan, yaitu existential juga
tidak terkait dengan kreativitas.
Ki Hajar Dewantara (2004),
ketika mengartikan pendidikan juga hanya menyebutkan karakter (budi pekerti), intelektual
(kognitif) dan tubuh (psikomotor). Bloom
1956) ketika menunjukkan tahapan ranah kognitif hanya memiliki 6 tingkat, yaitu
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Namun kemudian Bloom merevisi dengan
menggabungkan analisis dan sintesis menjadi satu dan menambahkan satu tahap
yaitu mencipta (creativity). Jadi Bloom menganggap kreativitas merupakan
tingkat terakhir dari kogntif. Apa betul
seperti itu? Apakah untuk kreatif orang
harus mampu melakukan evaluasi lebih dahulu?
Seingat saya, Bu
Conny Semiawan memaknai kreativitas sebagai interseksi antara ketiga ranahnya
Bloom. Artinya kreativitas merupakan
perpaduan antara kognitif, afektif dan psikomotor. Pertanyaannya, apakah untuk menjadi kreatif
orang harus terampil lebih dahulu?
Itulah pertanyaan-pertanyaan yang menunjukkan bahwa posisi kreativitas
dalam skema potensi dan hasil belajar masih perlu diteliti.
Dalam kehidupan
sehari-hari kita mengenal orang yang idenya banyak, sebaliknya juga ada orang
yang tidak punya ide, katakanlah jaran memunculkan idea. Jika kreativitas itu bentuk nyata dari ide,
seakan-akan memang ada orang yang memiliki petensi kreativitas tinggi dan ada
yang rendah. Jadi kreativitas merupakan
salah satu potensi, sebagaimana 9 potensi (intelegensi) yang disebutkan oleh
Gardner.
Apakah kreativitas
dapat dipelajari atau betul-betul bawaan?
Ini juga perlu didiskusikan.
Seandainya Agnes Monica itu lahir dan dibesarkan di desa terpencil apa
juga akan dapat bernyanyi dengan bagus, sebagus sekarang ini? Saya yakin tidak. Mungkin tetap bisa menyanyi bagus, tetapi
tidak akan sehebat seperti sekarang ini.
Sebaliknya, jika Agnes Monica lahir di keluarga yang senang bulu tangkis
dan setiap hari latihan bulu tangkis, apakah dapat sehebat Susi Susanti? Saya kira juga tidak. Jadi sejalan teori konvergensi, bakat
(potensi/intelegensi menutut Gardner) dan ajar (hasil belajar menurut Bloom)
sama-sama berperan. Idealnya orang
belajar pada potensi kuat yang dimiliki, sehingga hasil belajarnya juga
maksimal.
Apakah orang kreatif
selalu berpikir out of the box, yaitu
mengajukan ide yang benar-benar beda dengan yang selama ini ada? Ternyata juga tidak selau. Boyd dan Goldenberg (2013) memberikan bahwa
banyak inovasi yang dilakukan secara sederhana dengan memperbaiki “sesuatu yang
sudah ada sebelumnya”, yaitu dengan apa yang disebut dengan subtraction, division, multiplication, task
unification dan attribute dependency.
Bahkan mereka meyakini bahwa
inovasi dapat ditumbuhkan dengan metoda yang disebut systematic inventive thinking (SIT).
Di pihak lain, Jane
Piirto (2011) menyebutkan bahwa pengembangan kreativitas memerlukan lima sikap
dasar (five core attitudes), yaitu (1) self-discipline
of doing creative works, including the presence of motivation, (2) naviete or
openness to experiences, (3) risk taking, (4) tolerance of ambiguity, dan (5) group trust. Piirto meyakinkan, untuk mengembangkan
kemampuan kreatif diperlukan motivasi yang kuat, mau mencoba berulang-ulang,
berani mengambil risiko salah, menerima hal-hal yang belum pasti dan saling
percaya dengan teman satu grup kerja.
Apa simpulan dari
beberapa cuplikan di atas? Menurut saya:
(1) kreativitas itu penting, baik untuk pengembangan diri secara pribadi,
instansi atau perusahaan, (2) setiap orang memiliki potensi kreatif, tetapi ada
orang yang potensinya kuat da nada orang yang potensi kreatifnya tidak seberapa
kuat, dan (3) kreativitas dapat ditumbuhkan, tetapi memerlukan sikap-sikap
dasar. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar