Kamis tanggal 14
Agustus 2014 Rektor Unesa periode 2014-2018 (Prof Warsono) dilantik oleh
Mendikbud. Setelah itu saya melakukan
serah terima jabatan rektor kepada Prof Warsono sebagai rektor baru. Dengan begitu sejak tanggal 14 Agustus 2014
saya sudah tidak lagi sebagai rektor dan kembali menjadi “dosen biasa” di
Unesa.
Sejak pemilihan rektor
Unesa periode 2014-2018 dilakukan, saya banyak mendapat pertanyaan apa yang
akan dilakukan setelah tidak lagi menjadi rektor. Saya tidak tahu maksudnya, karena pergantian
jabatan di perguruan tinggi adalah hal biasa.
Jabatan di perguruan tinggi bersifat periodik, sehingga setelah selesai
periodenya, pejabat lama harus kembali menjadi dosen biasa.
Namun diam-diam saya
juga bertanya, setelah tidak disibukkan oleh urusan birokrasi sebagai rektor
dan memiliki waktu lebih banyak apa yang saya lakukan. Sudah cukup lama saya menjadi birokrat, mulai
menjadi PR-IV, disambung menjadi Direktur Ketenagaan Ditjen Dikti dan kemudian
menjadi rektor. Walaupun di sela-sela
kesibukan birokrasi saya tetap menyempatkan membaca, meneliti secara
kecil-kecilan, menulis artikel, menulis makalah dan menulis buku, tetapi harus
saya akui saya tertinggal dari state of the art bidang ilmu saya. Saya tidak dapat sepenuhnya mengikuti
perkembangan keilmuan, oleh karena itu yang terbayang dibenak saya, begitu
tidak menjadi rektor, saya akan kembali belajar agar dapat mengejar
ketertinggal tersebut. Dan itulah yang
sering saya sampaikan kepada penanya tadi.
Saya menjadi teringat
ketika saya mengirim sms Pak Fasli Jalal (mantan Wamendikbud dan sekarang
menjadi Kepala BKKBN), ketika beliau menyelesaikan tugasnya menjadi
Wamendikbud. Saya mengirim sms yang intinya “terima kasih atas dedikasinya
selama menjadi Dirjen PAUDNI, Dirjen PMPTK, Dirjen Dikti dan Wamendikbud”. Dan
mendo’akan semoga “Allah swt membimbimg setiap langkah beliau ke depan”. Jawaban beliau sungguh menarik, kira-kira
berbunyi “terima kasih atas apresiasi dan do’anya, dengan catatan dimanapun dan
dalam posisi apapun kita dapat mendarmabaktikan segala kemampuan kita demi
kemajuan bangsa dan negara”.
Saya juga teringat
buku bejudul The Leader Who Had No Title tulisan Robin Sarma. Di Chapter- IV, buku itu menceritakan
pertemuan seorang house keeper sebuah hotel
benama Anna dengan seorang mantan tentara bernama Blake. Blake saat itu sedang galau karena setelah
tidak lagi menjadi tentara merasa tidak lagi memiliki kedudukan di
masyarakat. Sahabat Blake seorang
ekskutif muda mempertemukan Blake dengan Anna.
Walaupun pekerjaannya sebagai hpuse keeper (pembersih kamar dsb) sebuah
hotel, Anna bangga dengan pekerjaanya.
Dalam cerita itu, Anna memberikan tulisan di kertas tisu yang telah
disiapkan sebelumnya kepada Blake, sambil dia menyiapkan minuman kopi.
Tulisan itu berbunyi:
1. Every one of us alive in this moment
has the power to go work each day and express the Absolute Best within us. And
you need no title to do that.
2. Every one of us alive today has the
power to inspire, influence, and elevate each person we meet by the gift of a
great example. And you need no title to
do that.
3. Every one of us alive with life can
passionately drive positive change in the face in negative conditions. And you need no title to do that.
4. Every one of us alive to the truth
about leadership can treat all stakeholders with respect, appreciation, and
kindness--and in so doing raise the organization’s culture to best of
breed. And you need no title to do that.
Dua catatan sangat
penting untuk semua orang, termasuk saya, agar tidak risau dengan jabatan
ataupun posisi kita, karena dimanapun kita berada dan apapun posisi/jabatan
kita, kita dapat mendarmabaktikan kemampuan yang kita miliki untuk kepentingan
masyarakat. Dengan bekerja sebaik mungkin
serta kegiatan yang bermanfaat kepada orang banyak, sebenarnya kita sudah
memiliki power yang optimal.
Dua “catatan/nasehat”
diatas, menjadikan saya bersemangat menekuni kembali bidang ilmu yang selama
ini kurang mendapat perhatian. Semoga
pembaca yang lain juga merasa lebih percaya diri, dengan posisinya
masing-masing kita dapat memiliki kontribusi kepada kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar