Ketika naik KLM dari
Amsterdam ke Bremen dan melihat pramugari yang menyuguhkan makanan kecil
(snack) dan minuman, saya teringat kelakar Pak Baedowi. Prof Baedowi, mantan Sekjen Depdikbud dan juga
mantan Dirjen PMPTK Kepdikbud yang sekarang menjadi guru besar UNS, sering
kerkelakar “kalau naik Garuda jangan ambil kelas ekskutif”. Mengapa?
Kata beliau di kelas ekskutif tidak ada pramugari. Apa itu betul? Itu hanya kelakar, karena menurut Pak Baedowi
yang melayani penumpang kelas bisnis di Garuda itu “ibunya pramugari”.
Sepertinya Garuda
punya kebijakan, pramugari yang melayani kelas bisnis adalah mereka yang
senior. Dugaan saya, usia mereka antara
30-40 tahun. Saya pernah ngobrol dengan
pramugasi seperti itu dan beliau bercerita kalau pas tidak bertugas hobinya
mengantar anaknya yang masih SD sekolah.
Kalau dianggap anaknya kelas 2 atau 3 SD dengan usia 9 atau 10 tahun dan
beliau punya anak usia 28 tahun, maka usia pramugari itu kira-kira 38 tahun. Jadi sebenarnya belum tua, hanya kalau
dibandingkan dengan pramugari baru yang konon rata-rata usianya 26 tahun, ya
mereka termasuk “senior”.
Nah ketika saat naik
KLM dari Amsterdam ke Bremen, pramugari yang melayani saya duga berusia lebih
dari 50 tahun. Yang seorang tampak lebih
muda, tetapi dugaan saja usianya di atas 40 tahun, sedang 2 orang lainnya saya
menduga di atas 50 tahun. Saya lebih
yakin, tentang usia itu ketika saya bertanya kepada isteri yang duduk di
sebelah. Ternyata isteri saya juga
memperhatia pramugari itu dan juga bertanya-tanya usia segitu kok masih sebagai
pramugari.
Sebenarnya itu bukan
yang pertama saya melihat pramugari yang usianya “senior”. Seingat saya, ketika terbang dari Indiana ke
Washington sekitar 9 tahun lalu, saya juga menemui hal serupa. Saat itu bahkan saya memuji pramugari itu,
karena ketika menerangkan cara-cara memakai alat keamanan, sabuk pengaman,
pelampung dan masker oksigin, sangat jelas dan santai. Tidak seperti pramugari kita yang berbicara
sangat cepat, seakan-akan hanya untuk memenuhi formalitas. Cara menyajikan makanan juga sangat santai
dan seringkali disertai kelakar dengan penumang. Apalagi pesawatnya kecil, sehingga pramugari
tidak terlalu sibuk.
Apakah pramugari
senior seperti itu untuk penumpang kelas bisnis seperti yang selama ini
diterapan Garuda? Atau hanya untuk
penerbangan domestik, seperti diterapkan oleh KLM dan penerbangan lokal antara
Indiana ke Washington yang saya lupa namanya?
Apakah pola seperi iu hanya kasuistik, kebijakan perusahaan penerbangan
tertentu atau memang terjadi secara umum?
Dan yang terpenting, apakah pramugari yang senior dapat memberikan
layanan lebih baik yang yunior? Jujur
saya tidak tahu.
Menurut saya, tugas
pokok pramugari adalah melayani penumpang.
Tentu bentuk layanan yang dilakukan berbeda, karena situasinya
berbeda. Pesawat tentu berbeda dengan
bus, berbeda dengan kereta api, berbeda dengan kapal, walaupun ke-empatnya
sama-sama angkutan umum. Pesawat tidak
dapat “minggir ke tepi jalan” kalau ada kerusakan. Pesawat memiliki risiko kecelakaan jauh lebih
tinggi dibanding dengan kereta apai.
Oleh karena itu, wajar kalau untuk menjadi pramugari udara diperlukan
kemampuan jauh lebih banyak dibading dengan, misalnya pramugari kereta api.
Bahkan sangat mungkin diperlukan fisik yang sangat prima, karena harus membantu
menolong penumpang jika terjadi kecelakaan pesawat terbang.
Namun kalau mendengar
kata pramugari udara yang terbayang di benak kita adalah gadis cantik yang
lemah gemulai, berpakaian bagus dan bahkan sedikit seksi. Seorang kawan saya seringkali berseloroh
bahwa baju pramugari Garuda itu panjang tetapi sengaja diberi belahan sampai
setengah paha. Pramugari yang mengenakan
celana panjang dibuat ketat, sehingga lekuk badannya terlihat jelas.
Mungkin manajemen
maskapai penerbangan menerapkan prinsip “kesan pertama selalu menggoda,
selanjutnya terserah anda”. Artinya,
dirancang agar ketika bertemu dengan pramugari kita terkesan. Setelah itu baru, penumpang disilahkan
menilai layanannya. Pakaian dan
kecantikan fisik adalah pemberi kesan, sedangkan layanan adalah yang
selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar