Rabu, 07 Agustus 2013

IQRA DAN KESEDERHANAAN PROF BUDI DARMA

Siapa Prof Budi Darma seperti tidak perlu dijelaskan.  Para budayawan, sastrawan dan akademisi tentu mengetahui.  Beliau adalah guru besar bidang satra di Universitas Negeri Surabaya, mantan rektor IKIP Surabaya (sekarang menjadi Unesa), budayawan, novelis, cerpenis dan entah berapa predikat yang beliau miliki.  Dan baru saja beliau terpilih sebagai salah satu akademisi berdedikasi sekaligus cerpen beliau terpilih menjadi yang terbaik.

Ketika saya sedang di Jakarta beberapa hari lalu, tiba-tiba beliau sms memberi tahu kalau tulisan saya dimuat Jawa Pos.  Sms-nya dengan bahasa Jawa halus bernada pujian.  Kurang lebih isinya “tulisan panjenengan wonten Jawa Pos sae sanget”.  Saya sungguh “tersanjung” mendapat sms tadi.  Bayangkan seorang “begawan” bidang sastra memuji tulisan saya.  Walaupun saya sadar dan yakin sms itu lebih banyak bernuasa motivasi.

Sebenarnya saya bingung karena tidak merasa mengirim tulisan ke Jawa Pos.  Saya baru mengerti ketika mendapat sms tentang itu dari Pak Choiri yang menyebutkan bahwa tulisan saya tentang Iqra sebagai modal penting pengembangan generasi muda muslim.  Oh, jadi itu lebih merupakan wawancara Mas Chudori, wartawan Jawa Pos, yang mungkin diolah menjadi artikel.  Saya mencoba membuka Jawa Pos online tetapi hanya dapat membaca judulnya saja.  Ya sudah.  Seingat saya, saya menjelaskan bahwa bagi umat muslim belajar itu kuwajiban karena itu termaktub dalam ayat Al Qur’an yang pertama kali turun.  Jadi yang perlu dipuji sebenarnya Mas Chudori.

Saya memahami kata “iqra” bukan sekedar  membaca dalam arti membunyikan huruf.  Dan juga bukan sekedar membaca suatu teks.  Iqra berarti belajar dengan membaca, mengamati dan menganalisis segala sesuatu di alam raya ini.  Dengan catatan harus diniati untuk ibadah untuk kemaslahatan umat, karena yang diperintahkan adalah “membaca dengan nama Tuhan”.  Artinya mempelajari segala sesuatu dengan tujuan beribadah, yaitu menggunakan pengetahuan hasil belajar tadi untuk kemaslahatan umat manusia.

Apakah ungkapan itu yang dianggap baik oleh Pak Budi Darma?  Terus terang saya tidak tahu.  Beliau kan penulis hebat dan jujur saya seringkali sulit memahami pesan yang terkandung di dalamnya.  Waktu masih muda dan mengaguminya, saya berusaha membaca novel beliau, namun sulit menangkap pesan di balik itu.  Mungkin kepekaan sastra saya terlalu rendah.  Atau daya imajinasi saya yang terlalu rendah.

Lebih dari itu kadang-kadang saya juga sulit memahami keseharian beliau.  Biasanya budayawan atau sastrawan itu nyentrik.  Misalnya seperti Emha Aiun Najib dan Sutarji Chalsom Bachri.  Paling tidak seperti Gus Mustofa Bisri atau Taufik Ismail.  Namun keseharian Pak Budi Darma tidak berbeda dengan dosen pada umumnya.  Biasanya beliau berbaju lengan pendek dengan warna putih atau abu-abu dan dimasukkan.  Rambutnya dipotong pendek dan disisir rapi.  Jadi yang tidak kenal tidak akan mengira kalau beliau itu seorang budayawan kelas wahid.

Sekian tahun lalu saya pernah menanyakan hal itu kepada beliau. Saat itu (pertengahan tahun 1990an) saya bersama beliau di Makasar ikut suatu acara.  Kebetulan naik becak bersama, sehingga saya berkesempatan menanyakan mengapa cara berpakaian beliau tidak seperti seniman pada umumnya.  Jawabnya sungguh mengagetkan. Kira-kira: “saya tidak perlu berpakaian seperti itu”.  Hanya itu jawabnya dan sepertinya tidak ingin ditanya lagi.  Lagi-lagi saya sulit untuk menangkap apa maksudnya.  Saya hanya menebak-nebak, mungkin beliau tidak perlu berpakaian nyentrik, yang penting hasil karyanya dan bukan tampilan luarnya.

Apa yang dapat dipelajari dari Pak Budi Darma?  Menurut saya paling tidak ada tiga hal.  Pertama, kesederhanaannya.  Beliau sangat sederhana.  Cara berpakaian dan bahkan cara menyampaikan pendapat.  Seingat saya kalau rapat jarang sekali beliau berbicara.  Namun begitu berbicara selalu mengungkapkan hal-hal yang penting dan biasanya peserta lain diam.  Mungkin beliau berprinsip kalau berbicara harus yang penting, kalau tidak lebih baik diam.

Kedua, sangat menghargai orang lain.  Contoh diatas, yaitu mengirimkan sms untuk memuji tulisan saya, walaupun saya yakin itu kebih bernuasa motivasi.  Juga dalam pergaulan keseharian di kampus.  Tidak menonjolkan diri, walaupun semua warga Unesa tahu siapa Budi Darma.

Ketiga, orang yang produktif.  Walaupun sudah purna dengan usia berkepala tujuh, beliau masih aktif mengajar, menulis dan mengisi acara seminar/diskusi.  Dari tulisan dan makalah yang disampaikan tampak sekali beliau terus belajar.  Semoga kita dapat meneladani beliau.

2 komentar:

Garasi toko ACA mengatakan...

Pak Budi dan Pak Muchlas, dua Profesor yang saya kagumi.

Salam hormat selalu.

KHMER mengatakan...

PERMAINAN ONLINE TERBESAR DI INDONESIA

Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia ^^
Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat :)
Memiliki Banyak Permainan yang digemari oleh Penggemar Online

SPORTBOOK
LIVE CASINO
TOGEL
POKER DOMINO
SLOT

Promo Yang Berlaku Di LIGA BINTANG
HOT PROMO :
- Bonus Deposit 10% (max 100 rb) Minimal TO 3x
- Bonus Cashback Mingguan Di Sportbook 5% - 15%
- Bonus Refrensi 2,5% Seumur Hidup Di Permainan Sportbook
- Bonus Rollingan Casino 0.8%
- Bonus Rollingan Poker 0.2%
- Bonus Cashback Togel 3%
- Bonus Rollingan Mingguan Sportbook Refferal 0,1%

Discount 4D : 66.00% , 3D : 59.5.00% , 2D : 29.5.00%
Kombinasi = 5%
Shio = 12%
Colok Angka (1A) = 5%
Colok Macau (2A) = 15%
Colok Naga (3A) = 15%
Colok Jitu = 8%

Contact Us
Website : ligabintang88.net
WA : +62 812 8805 4524
Instagram : cs2_ligabintang