Dalam
perjalanan Jakarta-Myanmar pada tanggal 24 Agustus 2013 saya membaca Tempo
Edisi 19-25 Agustus 2013. Ketika transit
di bandara Singapura, sambil menuggu gate
dibuka saya menyempatkan membaca Catatan Pinggir-nya Goenawan Mohamad dengan
pelan-pelan. Menurut saya, Catatan Pinggir Tempo selalu penuh makna
namun tidak mudah difahami. Oleh karena
itu biasanya saya membaca sampai beberapa kali untuk dapat memahaminya.
Judul
Catatan Pinggir edisi ini adalah Mesir. Dengan
menggunakan setting kejadian di Mesir
sejak tumbangnya Husni Mubarak sampai tersingkirnya Mohamad Mursi, Goenawan
Mohamad mengajukan tesis bahwa universal itu tidak pernah satu. Mengutip pendapat Laclau, Goenawan menyebut
bahwa universal itu pada dasarnya merupakan tafsiran seseorang atau satu
kelompok tertentu. Tafsir seperti itu selalu dipersaingkan dan bahkan
dipertentangkan. Pada satu saat mungkin
saja sebuah tafsir memegang posisi yang menentukan, tetapi hegemoni itu tidak
akan dapat total dan selama-lamanya.
Mencoba
mencerna tesis Goenawan Mohamad itu, saya menjadi ingat ungkapan Cak Nur
(Nurcholis Majid) sekian tahun lalu.
Seingat saya Cak Nur mengingatkan bahwa tafsir selalu berkembang. Bahkan tafsir seseorang akan selalu berkembang
, seiring dengan pengalaman hidupnya.
Tafsir seseorang terhadap sebuah konsep atau sebuah peristiwa saat ini
sangat mungkin berbeda dengan tafsir yang bersangkutan sepuluh tahun lalu. Walaupun konsep atau peristiwa yang dimaknai
sama.
Mengapa
demikian? Mungkin konsep skema berpikir
dari bidang psikologi dapat dipakai untuk menjelaskan. Tafsir seseorang sangat dipengaruhi frame of thinking dan frame of thinking itu sangat dipengaruhi
pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki sebagai referensi. Karena setiap saat orang selalu belajar dari
apapun yang dilihat, didengar dan dibaca, maka frame of thinking yang bersangkutan juga akan selalu berubah. Akibatnya tafsirnya terhadap sesuatu juga
akan berubah.
Karena
tidak ada dua orang yang memiliki pengalaman hidup yang tepat sama, tentu tidak
ada dua orang yang memiliki tafsir yang tepat sama terhadap sebuah
fenomena. Masing-masing orang memiliki
tafsir yang berbeda. Beberapa orang atau
satu kelompok orang mungkin saja memiliki tafsir yang mirip terhadap sebuah fenomena,
karena frame of thinking-nya mirip,
dan itu disebabkan pengalaman hidup (apa
yang dialami, dilihat, didengar dan dilihat) juga mirip.
Dengan
menggunakan alur pemikiran di atas, muncul pertanyaan: Bagaimana menjaga
keharmonisan jika setiap orang dan setiap kelompok memiliki tafsir yang
berbeda? Bukankah tafsir atau pemaknaan
terhadap suatu fenomena akan menentukan respons yang bersangkutan? Jika tafsirnya berbeda secara diametral
sangat mungkin responsya juga berbeda secara diametral. Dan jika itu terjadi respons-respons seperti
akan “bertabrakan” atau paling tidak, tidak akan bersinergi.
Memang
keanekaragaman itu harmoni kehidupan.
Musik dan gamelan terdengar indah, karena terdiri dari berbagai jenis
instrumen. Sesuatu yang sama seringkali
menimbulkan kebosanan. Sesuatu yang
terjadi terus menerus akan menjadi monoton.
Mengemudi mobil dengan jalan yang lurus dan sepi dapat membuat
mengantuk.
Namun
musik dan gamelan terdengar indah, karena beranekaragam instrumen dipadukan
oleh lagu yang dimainkan. Masing-masing
instrumen mengeluarkan suara yang berbeda, tetapi terpandu oleh irama lagu yang
dimainkan. Instrumen-instrumen itu
saling mengiri dan berpadu menghasilkan irama yang merdu.
Jadi
untuk menghindari respons yang tabrakan akibat tafsir yang berbeda, maka
keharmonian antara pemilik tafsir yang perlu diupayakan. Masing-masing perlu memahami apa situasi
kondisi yang dihapai dan masing-masing perlu memahami peran yang seharusnya
dilakukan. Sekaligus memahami peran
teman lain dalam situasi seperti itu.
Mungkin ini makna toleransi, saling menghargai, sekaligus bertanggung
jawab atas peran diri.
Mungkin
itu makna ungkapan bahwa dunia bukan milik diri sendiri tetapi milik
bersama. Dengan begitu tidak harus
keinginan diri menjadi kenyataan.
Kenyataan adalah resultan dari tafsir orang banyak, yang jika harmoni
akan menjadi kenyataan yang indah. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar