Seperti saya sebutkan
pada tulisan lalu, saya satu yang mendorong saya menerima tawaran pergi ke
Korea Selatan adalah kunjungan ke KRIVET (Korea Research Institute fo
Vocational Education and Training). Saya
sudah pernah mendengar tentang Krivet ketika mengikuti TVET International
Conference di ITB Bremen September 2015.
Salah satu presenter waktu itu dari Krivet. Saat itu saya menangkap
bahwa Krivet sedang melakukan inovasi sangat bagus di Korea.
Kami datang ke Krivet
tanggal 1 September pukul 13.30 dan kami hanya diberi waktu 2,5 jam. Mungkin
jam 16 mereka tutup kantor. Oleh karena
itu kami mempersiapkan pertemuan dengan baik, termasuk membaca web Krivet
sehingga sudah mengetahui apa itu Krivet, walaupun serba sedikit. Beruntung web Krivet sangat informatif,
sehingga kami dapat mengetahui sejarah berdirinya, visi-misi, kegiatan yang
sedang dan pernah dilakukan, serta publikasi yang dihasilkan.
Kami diterima oleh
Director General, Center for Global Cooperation (Namchul, Lee PhD), Hanna Moon
PhD, Habbyul Lee, PhD dan Jeon, Seung-Hwan, PhD. Pertemuan diawali dengan sambutan pendek dari
Dr. Namchul, Lee dilanjutnya dengan pemutaran video tentang Krivet. Setelah itu dilanjutkan presentasi oleh Dr.
Hanna Moon tentang hasil pengembangan NCS (National Competency Standard) serta
pengembangan teaching modul untuk melaksanakan NCS. Setelah itu Dr. Hanbyul Lee
memaparkan kasil risetnya tentang Pola Magang Industri.
Jujur saya ingin
mengatakan mendapat banyak inspirasi dari kunjungan singkat. Ego sektoral
dalam menyiapkan tenaga
terampil ternyata juga pernah terjadi di Korea selatan dan Krivet merupakan
instrumen untuk memecah kebuntuan. Jika sebelumnya ada dua lembaga sejenis di
bawah Kemterian Pendidikan dan Kementerian Tenaga Kerja Korea, Krivet berdiri
tahun 1999 merupakan hasil peleburan kedua lembaga itu dan berada langsung di
bawah kantor Perdana Menteri. Sejak
tahun 2000 Krivet ditetapkan oleh Unesco menjadi Regional Center of Excellent
on TVET.
Dengan 389 staf dan
75%nya merupakan peneliti (hampir semua bergelar doktor), Krivet telah menjadi
ujung tombak pemerintah Korea untuk menyusun skenario penyiapan tenaga kerja
terampil tingkat menengah yang sangat diperlukan oleh kalangan industri. Dengan visi “become the global skills
development policy research institute that spearheads creation to lingkage
between eduation & traning and employment”, Krivet telah menghasilkan
banyak terobosan.
Inti terobosan Krivet
adalah bagaimana menyatukan dan mensinergikan potensi semua lembaga kajian dan
lembaga pendidikan dan pelatihan dalam menyiapkan tenaga kerja terampil yang
sangat kekurangan di Korea Selatan.
Salah satu “pintunya” adalah mengembangkan NCS (National Competency
Standards) yang merupakan jabaran dari NQF (National Qualification Framework),
yang kemudian dijabarkan lagi menjadi LM (learning modules). NCS dan LM itulah yang selanjutnya menjadi
pedoman sekolah dan lembaga pelatihan untuk melaksanakan programnya. Sekaligus menjadi instrumen pemerintah Korea
untuk memastikan lulusannya yang memegang sertifikat telah menguasai kompetensi
sebagaimana disebutkan pada NCS.
Terobosan lain adalah Meister School yang salah satunya adalah INMHS
yang sudah saya ceritakan sebelumnya.
Dalam sesi tanya
tanya, setelah memperkenalkan anggota delegasi, saya menanyakan kepada Dr. Hanna
Moon bagaimana Krivet memastikan agar guru/instruktur di SMK/pelatihan dapat
mengajarkan. Ternyata Korea juga tidak
mudah melaksanakan. Namun Korea
beruntung karena sejak 10an lalu, Korea Selatan meningkatkan gaji guru setara
dengan perusahaan swasta, sehingga saat ini kualitas guru sangat baik.
Kepada Dr.Hanbyul Lee,
saya menanyakan bagaimana Korea Selatan mendorong industri agar mau
berpartisipasi dalam program magang.
Sambil tersenyum manis khas wanita Korea, Dr Lee menjelaskan Korea
Selatan juga sangat sulit melakukan.
Bahkan sampai sekarang, yang banyak berpartisipasi adalah perusahaan kecil
dan menengah, karena oleh pemerintah diberikan insentif berupa subsidi
anggaran. Sebaliknya perusahaan besar
lebih sulit, mungkin subsidi dianggap kecil oleh mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar