Incheon National
Maritime High School (INMHS) adalah lembaga yang pertama kami datangi selama
kunjungan ke Korea Selatan September 2016 ini.
Korea Selatan hanya memilki 2 buah sekolah seperti INMHS dan keduanya negeri. Satunya lagi berada di Busan, kota bagian
selatan Korea Selatan. INMHS kami
kunjungi karena merupakan salah satu Meister School, sebuah inovasi untuk
menguatkan pendidikan kejuruan di Korea Selatan.
Rombongan dari
Kemdikbud yang terdiri dari 6 orang tiba di INMHS tepat pukul 11.00 waktu
setempat seperti yang disepakati. Kami
diterima oleh Kepala Sekolah (Mr. Kim Myeong-Sik,) Ms Yoon Mi-Ran, guru bahasa
Inggris yang mendampingi dan dua orang guru yang saya lupa namanya. Kami diterima di ruang rapat, dimulai dengan
sambutan pendek oleh Kepala Sekolah dilanjutkan dengan pemutaran film tentang
INMHS. Ms Yoon yang mengatur pemutaran
film sambil memberi tambahan keterangan di sana-sini.
Ketika pemutaran film
selesai dan dibuka tanya jawab, saya yang ditunjuk sebagai ketua delegasi harus
memulai dengan diawali dengan memperkenalkan anggota delegasi. Setelah itu
disambung oleh pertanyaan Pak Samsul Bachri dari ITB dan Mas Herdi dari
Kemdikbud. Pertanyaan dijawab dengan
baik oleh Kepala Sekolah yang dibantu oleh dua orang guru yang hadir dan
dibantu Ms Yoon sebagai peterjemah.
Tampaknya kedua guru yang hadir tidak lancar berbahasa Inggris.
Dari film dan tanya
jawab, dapat diketahui bahwa INMHS merupakan sekolah negeri sehingga sesuai
aturan di Korea gratis, artinya siswa tidak tidak membayar SPP. INMHS memiliki dua jurusan (Nautika dan Technika)
dengan masa studi 3 tahun. Jumlah siswa
300 orang dengan 47 orang guru. Pola
pendidikannya 2+1, artinya 2 tahun di sekolah dan 1 tahun di laut. Masa di laut dibagi dua, 1 sementer di kapal
latih dan 1 semester di industri pelayaran.
Dari 47 orang guru, 16
diantaranya guru umum, misalnya Bahasa Inggris, Matematika dan sebagainya. Selebihnya guru kejuruan, baik Nautika maupun
Technika. Pada umumnya guru kejuruan
memiliki pengalaman bekerja di kapal selama minimal 6 tahun. Di samping itu secara periodik juga ada guru
tamu dari kalangan industri pelajaran.
Mr. Kim Myeong-Sik ternyata pernah diundang untuk membantu Sekolah
Tinggi Ilmu Pelajaran di Jakarta dan Semarang. Tampaknya pengalaman lapangan (industri)
merupakan syarat penting bagi guru kejuruan di INMHS.
Setelah selesai tanya
jawab, tim diajak untuk meninjau fasilitas sekolah. Ternyata INMHS benar-benar sekolah dengan
fasilitas lengkap. INMHS memiliki
simulator dimana siswa belajar membawa kapal.
Workshop juga sangat lengkap dan juga didukung oleh perpustakaan, sarana
olahraga dan kesenian yang sangat baik.
Dengan pola pendidikan
2+1, fasilitas sangat baik, guru-guru berpengalaman, rasanya dapat difahami jika
lulusannya sudah dapat pekerjaan begitu lulus.
Pada umumnya siswa sudah dapat tawaran pekerjaan saat melaksanakan
magang di perusahaan pelajaran pada semeser akhir. Apalagi menurut keterangan Kepala Sekolah,
Korea Selatan sangat kekurangan tenaga pelaut dan terpaksa mengimpor tenaga
kerja dari negara lain.
Mencermati dan
mendengarkan keterangan dari INMHS, saya menduga Korea Selatan sangat serius
menangani pendidikan. Mutu tampaknya
dijaga betul, sehingga hanya mau membuka sekolah jika mutunya dapat dipastikan
bagus. Dapat dibayangkan, di seluruh
Korea hanya ada 2 Sekolah Menengah Pelajaran dengan siswa masing-masing sekitar
300 orang. Namun mutunya sangat bagus.
Yang sampai akhir,
khususnya saya belum mendapat penjelasan secara tuntas adalah “apa yang
dimaksud dengan Meister School”. Mr. Kim
hanya menyebutkan bahwa Meister School adalah Specialist School yang dipilih
pemerintah untuk ditingkatkan mutunya dengan dukungan penuh. Tapi Mr. Kim juga tidak dapat menjelaskan apa
ciri khususnya.
Ketika ditanya apakah
istilah Meister sama dengan istilah yang digunakan di Jerman, jawaban Mr. Kim
juga tidak jelas. Di Jerman, Meister
artinya orang dengan keahlian sagat baik, sehingga walaupun bukan sarjana
memiliki seritifikat untuk mengajar. Pada hal lulusan INMHS (sebagai Meister
School) tidak menjadi instruktur? Apakah
dengan bernama Meister School, lulusan disiapkan pada saatnya siap menjadi
instruktur seperti di Jerman? Tidak ada
penjelasan yang konkret. Sebuah
pertanyaan yang dibawa sejak dari Jakarta, tetapi tidak mendapat jawaban yang
tuntas di INMHS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar