Senin tanggal 27
November 2017 saya harus mengisi acara di hotel Kusuma Agrowisata Batu
Malang. Pada hal pagi saya punya janji
ketemu mahasiswa di kampus Unesa Ketintang dan pukul 13 ada undangan rapat di
gedung LP3M kampus Unesa Lidah Wetan. Yang lebih “menakutkan” Radio SS
menyiarkan prakiraan cuaca pada hari itu cuaca ekstrim, terjadi hujan lebat
yang dibarengi dengan angin kencang.
Pukul 10an di Ketintang
mulai hujan cukup lebat. Pukul 11an
dengan berpayung ria saya terpaksa keluar ruang kerja menuju mobil untuk
berangkat ke Lidah, karena harus mampir ke Bank Mandiri. Ternyata di depan kampus Ketintang sudah
mulai banjir dan hujan sangat deras.
Halaman kantor Telkom Ketintang tempat kantor cabang Bank Mandiri, terdapat
genangan air, sehingga saya harus hati-hati memilih jalan agar sepatu tidak
kerendam air.
Pukul 11.30an hujan
agak reda dan kebetulan urusan dengan Bank Mandiri sudah selesai, sehingga saya
dapat start ke kampus Lidah Wetan.
Jalanan sekitar Ketintang banjir lumayan tinggi, sehingga saya harus
hati-hati. Apalagi masih hujan
rintik-rintik. Namun ternyata hujan
hanya sampai sekitar Kedurus. Jalan dari
Kedurus sampai Lidah Wetan kering.
Sepertinya hujan hari itu tidak merata.
Nah, ketika kami
sedang rapat, pukul 14an di kampus Unesa Lidah Wetan hujan turun walaupun tidak
lebat. Sampai rapat selesai pada pukul
15an hujan rintik-rintik tetap terjadi, sehingga saya berangkat ke Malang dalam
situasi hujan. Pada akhir rapat saya
membuka Google Map untuk mendapatkan panduan jalan mana yang harus saya lalui untuk
ke Batu Malang. Google Map menunjukkan
saya harus lewat Krian, Mojosari, Pacet, Trawas, Pandaan dan seterusnya ke
Lawang, Karanglo dan Batu.
Panduan Google Map itu
sejalan dengan saran Bu Suryanti yang menjelaskan kalau dari Lidah Wetan lebih
cepat lewat Krian-Mojosari dibanding harus melalui Satelit dan Waru. Juga sesuai dengan informasi Radio SS bahwa
jalan tol dan arteri Surabaya-Porong macet total. Akhirnya saya memutuskan lewat Krian-Mojosari
dan seterusnya sesuai dengan panduan Google Map.
Perjalanan dari Lidah
Wetan sampai Legundi sangat padat. Jam
16an baru sampai perempatan Krian. Namun
setelah itu perjalan cukup lancar walaupun terus dibarengi hujan rintik-rintik.
Menjelang Mojosari hujan bertambar deras
dan saya mulai meragukan panduan Google. Apakah jalur
Mojosari-Pacet-Trawas-Pandaan aman ya? Bukankah
lajur itu sepi dan lumayan naik-turun?
Apalagi hari sudah sore dan mulai gelap. Akhirnya saya memilih jalur Mojosari-Watukosek-Porong
dan berarti tidak mengikuti saran Google Map?
Toh Google tidak faham apakah jalanan aman atau tidak, begitu pikiran
saya.
Ternyata jalur
Mojosari-Watukosek-Porong sangat padat dan banyak truk-truk besar. Apalagi ketika harus belok kiri untuk memutar
balik di bawah tol. Walaupun saya sudah memberanikan diri menerobos genangan
air di beberapa titik, waktu adzan magrib berkumandang saya baru sampai
Pandaan. Bearti jalur
Mojosari-Watukosek-Porong-Pandaan saya tempuh satu setengah jam.
Apakah saya keliru
tidak mengikuti panduan Google Map ya?
Ternyata begitu. Dari Radio SS
ada pendengar yang menyampaikan pengalaman bahwa baru saja lewat jalur
Pacet-Trawasa-Pandaan lancar. Memang
tidak disebutkan beliau menggunakan mobil jenis apa, sehingga tidak terhalang
jalur yang sepi dan naik turun. Juga
tidak disebutkan apakah dalam keadaan hujan jalur tersebut tidak gelap atau
kabut.
Pukul 19.15 saya baru
sampai hotel Kusuma Agrowisata dan juga masih hujan rintik-rintik. Untung acara belum dimulai dan sebagian besar
peserta sedang makan malam. Saya ikut
bergabung makan malam dan bercerita kalau tadi perjalanan 4 jam. Teman-teman
Malang mengomentari, mengapa tidak lewat jalur Trawas-Pacet, karena lebih
pendek dan lancar. Menurut beliau
jalannya sekarang sudah lumayan lebar dan aman.
Jadi dugaan saya salah. Panduan
Google yang benar.