Tanggal
13 dqn 14 Oktober 2013 Unesa melaksanakan Wisuda ke 78. Jumlah wisudawan lebih dari 2.100 orang dan lulusan
S2 dan S3 lebih dari 200 orang. Oleh karena
itu, saya menyiapkan sambutan yang agak khusus. Intinya saya mengajak para wisudawan untuk menyiapkan
diri menyongsong Era Pasific. Berikut ini cuplikannya.
Banyak
ahli yang meyakini saat ini kita sedang pergeseran dari era Atlantik ke era
Pasifik. Kalau di masa lalu
negara-negara di sekitar lautan Atlantik yang menjadi senter dunia. Pusatnya di negara-negara Eropa Barat dan
Amerika Utara. Secara perlahan tetapi
pasti dominasi negara-negara tersebut akan segera berakhir. Perannya digantikan oleh negara-negara di
sekitar Lautan Pasifik dan Asia akan menjadi motor penggerak utamanya. Itulah yang disebut Era Pasifik dengan
pusatnya di Asia.
Jorgen
Moller dalam bukunya How Asia Can Shape The World (2011) secara jelas
menggambarkan pegeseran tersebut. Moller
juga menyebut secara spesifik bahwa Indonesia akan menjadi salam satu pemain
penting di era itu. Namun jauh-jauh Moller
mengingatkan pentingnya pendidikan untuk mewujudkan impian itu. Peringatan itu dimuat dalam satu Bab Khusus
dengan judul Aces or Duds (Kartu As
atau Kartu Mati). Ibarat bermain domino,
pada pergeseran tersebut pendidikan dapat menjadi katu AS untuk memenangkan
pertandingan, atau sebaliknya menjadi kartu MATI yang justru menjadi beban yang
merepotkan. Kita semua, khususnya para
wisudawan harus mampu menunjukkan bahwa para doktor, sarjana dan ahli madya
alumni Unesa siap menjadi KARTU AS dala
proses pergeseran tersebut.
Untuk
itu apa yang diuraikan oleh Dave Ramsey dalam buku ENTRELEADERSHIP (2011)
sangat cocok untuk diterapkan. Beberapa
catatan Ramsey yang menurut saya cocok untuk mereka yang baru diwisuda antara lain
apa yang dia sebut dengan (1) START WITH A DREAM END WITH A GOAL, (2) FLAVOR
YOUR DAY WITH STEAKE SAUCE, dan (3) NO MAGIC, NO MISTERY
Ramsey
menjelaskan, orang muda harus berani bercita-cita tinggi. Namun sesudah mencanangkan cita-cita, harus
memikirkan dan dapat menemukan apa syarat untuk mencapai cita-cita itu. Dan bagaimana tahapan untuk memenuhi persyaratan
tersebut. Setelah itu harus berani mulai
melangkah dan bekerja keras untuk memenuhi persyaratan dan pada akhirnya
menggapai cita-cita itu.
Dalam
Flavor Your Day with Steake Sauce, Ramsey menjelaskan kita harus mampu
membedakan masalah menjadi empat kategori, yaitu (a) penting dan mendesak, (b)
penting tetapi tidak mendesak, (3) tidak penting walupun mendesak, dan (4)
tidak penting dan tidak mendesak.
Berdasarkan kategori itu kita harus pandai membagi enersi kita, agar
sampai terkuras untuk mengerjakan sesuatu yang tidak penting walupun
mendesak. Sebaliknya jangan sampai kita tidak berani melangkah
menangani sesuatu yang penting dan mendesak. Walapun itu penuh tantangan. Kita tidak boleh lari tantangan. Setiap tantangan harus kita hadapi dan kita pecahkan
dengan baik. Bukankah ada kata bijak bahwa
nahkota yang hebat adalah yang terbiasa mengarungi lautan yang ganas. Tantangan akan menempa kita menjadi orang yang
hebat.
Kalau
menggunakan istilah Charles Handy yang mempekenalkan teori kue donat terbalik (inverted dounaght theory), jangan
sampai kita terjebak memperdebatkan sesuatu yang tidak penting, yang peripheral
dan justru melupakan yang pokok, yang inti.
Dalam bahasa lain, jangan sampai kita berbedat dan bahkan bersengketa
untuk hal-hal yang carangan, yang kecil-kecil dan justru melupakan persamaann
yang besar-besar dan wajib. Jangan kita
melupkan yang wajib dan justru mengejar yang sunah dan bahkan mubah.
Ramsey
juga dapat menjelaskan dengan baik bahwa hampir tidak ada misteri dalam tahapan
mencapai cita-cita. Semua dapat dirancang
dengan baik. Tidak ada magik, semua
dapat dijelaskan bagaimana tahapan mencapai cita-cita yang telah
dipancangkan. Jika tahapan dan
persyaratan telah ditemukan, maka kita harus mulai bekerja keras untuk
melakukannya.
Kerja
keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas rasanya cocok untuk melengkapi uraian
Ramsey tersebut. Di era teknologi
sekarang keras saja tidak cukup. Oleh
karena itu harus disertai kerja cerdas untuk menemukan cara kerja dan efektif
dan efisien. Kadang-kadang ada kelakar “you do not need to work so hard, what you
need is to work a little bit smarter”.
Walau terkesan menyederhanakan, kelakar itu ada gunakan untuk
direnungkan.
Kerja
ikhlas diperlukan, agar kita dapat menikmati apa yang kita kerjakan. Kita dapat memastikan dan meyakini bahwa apa
yang kita kerjakan merupakan bagian dari ibadah. Bukankah Tuhan memastikan bahwa “Tiada aku
ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah”. Dan bekerja dengan baik untuk tujuan mulia,
insya Allah bagian dari ibadah.
Wisudawan
yang saya banggakan. Kita sedang
memasuki era kompetisi yang semakin ketat.
Kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dan kreativitas menjadi
kunci keberhasilan dalam era tersebut.
Kini banyak sekolah di negara maju yang mencanangkan lulusan dengan
ungkapan “be critical thinker, be problem
solver and be creative”. Artinya,
sekolah itu ingin menghasilkan lulusan yang punya kemampuan berpikir kritis,
memecahkan masalah dan kreatif. Saya
ingin menambahkan jadilah orang yang mampu memecahkan masalah dengan kreatif
tetapi juga arif.
Untuk
mendukung pengembangan kreativitas, apa yang dijelaskan oleh Boyd dan
Goldenberg (2013) dalam bukunya INSIDE THE BOX tampaknya cocok untuk
dibaca. Mereka telah melakukan riset
panjang dan menyimpulkan bahwa untuk menjadi kreatif tidak selalu harus
berpikir out of the box. Mereka menemukan banyak temuan kreatif yang
berasal dari berpikir inside the box, yaitu SUBTRACTION, DIVISION,
MULTIPLICATION, TASK UNIFICATION dan ATTRIBUTE DEPENDECY. Pola tiket pesawat murah (low cost carrier) yang domotori oleh Air Asia adalah inovasi yang menggunakan pola substraction, yaitu mengurangi beberapa
fungsi yang tidak penting dan mendesak agar lebih efisien dan akhirnya murah. Remote control untuk TV dan AC adalah
inovasi berdasarkan prinsip division,
yaitu memisahkan TV dan AC dengan alat pengontrolnya, sehingga lebih nyaman pemakainnya. Inovasi speda beroda tiga adalah contoh
sederhana penerapan prinisp mulptiplication, yaitu membuat roda tambahan
untuk fungsi lainnya. Task punggung (back pack) adalah contoh inovasi dengan
prinsip task unification. Otomatis AC dan wipers mobil yang dapat
menyesuaikan dengan suhu dan hujan adalah contoh inovasi dengan prinsip attribute dependency.
Yang
sangat menarik Boyd dan Goldenberg membuktikan bahwa kreativitas dalam
diajarkan dan dikembangkan dengan pola yang mereka sebut dengan SYSTEMATIC
INVENTIVE THINKING. Dan setiap orang, baik secara mandiri maupun melalui
pelatihan dapat mengembangan daya kreativitas tersebut. Saya menyarankan wisudawan membaca buku baru
tersebut.
Terakhir
saya ingin berpesan bahwa SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH YANG MEMBERI MANFAAT
KEPADA LINGKUNGANNYA. Jadilah orang
memberi manfaat kepada siapa saja dan apa saja, dimanapun kita berada. Jadilah orang yang dikenang orang lain bukan
karena kita pandai atau kita kaya, tetapi karena kita memberi manfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar