Ketika berangkat,
tiket kami sudah diatur oleh Mbak Silfi untuk pulang tanggal 26 Mei 2015 pukul
22.20. Oleh karena itu penginapan di
Isfahan di-booking-kan selama 4 malam, mulai tanggal 22 sampai dengan tanggal
26. Namun ada informasi tanggal 26 Mei
ada pameran Sains dan Teknologi di kampus IAU (Islamic Azad University) cabang
Teheran. Tentu kami ingin melihat
seperti apa kemajuan teknologi di universitas di Iran. Bukankah teknologi nuklir Iran sudah maju,
sehingga ditakui Amerika Serikat. Oleh karena itu penginapan tanggal 25 malam
kami batalkan, karena tanggal 25 sore kami diantar ke Teheran dan menginap di
kampus IAU agar pagi-pagi dapat mengikuti acara pameran.
Cukup banyak peserta
yang berangkat ke Teheran sore itu, sehingga menggunakan 2 mini bus. Bus
pertama antara lain dinaiki oleh Prof Idrus dan Prof Ilham dan Unhas. Kami
berempat (Pak Rektor, Pak PR-4, saya dan Prof LeTran Binh dari Vietnam ikut
mini bus kedua, bersamaan dengan beberapa peserta yang akan pulang tanggal 26
dini hari. Jadi mereka langsung diantar
ke bandara dan tidak ikut menginap di kampus.
Ketika kami sudah naik
mini bus, seorang panitia naik dan mengucapkan selamat jalan dengan mengatakan
kami berempat akan diantar sampai ke hotel kampus IAU Teheran. Kami tentu senang, menginap gratis dan
diantar lagi. Kami berangkat sekitar
pukul 17.30 waktu setempat. Duduknya
akan berhimpitan, karena banyak koper di dalam mini bus. Kami juga dibekali dengan segebok roti,
pisang kavendis dan aqua.
Perjalanan relatif
lancar dan sempat berhenti di pinggir jalan, karena ada peserta yang ingin
buang air kecil. Sopir mini bus tidak
dapat berbahasa Inggris, sehingga menggunakan bahasa isyarat saat minta mini
bus berhenti. Mungkin ini pengalaman pertama bagi pak sopir
itu ada penumpang yang kencing di tepi jalan.
Untung sudah malam dan lokasinya di padang pasir, sehingga gelap dan
tida terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
Kami sampai di bandara
Imam Komaini Teheran sekitar pukul 11 malam.
Semula saya tidak tahu mengapa semua koper diturunkan oleh pak
sopir. Setelah itu dia memanggil sopir taksi. Ternyata kami diminta naik taksi dari bandara
ke hotel. Kami tidak keberatan, toh sudah diantar dari Isfahan ke bandara
Teheran yang menempuh waktu lebih 5 jam. Kalau toh harus membayar tentu tidak terlalu
mahal.
Koper kami berempat
diatur oleh sopir taksi agar dapat masuk ke begasi. Kamipun masuk ke dalam
taksi. Pak Rektor, Pak PR-4 dan saya
duduk di kursi belakang, sedang rekan dari Vietnam duduk di kursi depan sebelah
pak sopir. Begitu masuk pak sopir
bertanya dalam bahasa Parsi, kami minta diantar ke hotel apa. Nah, kami berempat bingung karena tidak tahu
nama hotel. Kami mengira pak sopir mini bus sudah memberitahu nama hotelnya ke
pak sopir taksi.
Komunikasi dengan pak
sopir taksi juga tidak berjalan baik, karena dia tidak biasa bahasa
Inggris. Kami menjelaskan kalau akan
menginap di hotel kampus IAU Teheran, tetapi pak sopir tidak faham. Lantas pak sopir itu mencari petugas bandara
yang bisa berbahasa Inggris. Kami
jelaskan kepada petugas tersebut, kalau kami peserta konferensi Asaihl di IAU
Isfahan dan besuk aka ikut pameran di IAU Teheran dan akan menginap di kampus
tersebut. Pak petugas bertanya IAU yang
mana, karena sangat banyak cabang IAU di Teheran. Sayangnya kami tidak tahu dan merasa salah
tidak bertanya saat di Isfahan. Kami
terlalu percaya kalau mini bus akan mengantar sampai di hotel kampus. Akhirnya petugas tersebut angkat tangan dan
pergi.
Kami berempat saling
berpandangan dan berpikir bagaimana mengatasinya. Kami coba menilpun Prof Ilham dan Prof Idrus
dengan harapan beliau sudah sampai di hotel dan dapat memberi tahu nama
hotelnya. Saya tidak ingat berapa kali
kami menilpun tetapi tidak pernah diangkat.
Saya maklum karena saat tengah malam dan baru saja menempuh perjalanan
jauh, sehingga mungkin mereka sedang tidur nyenyak. Kami mencoba menilpun beberapa profesor IAU
yang kartu namanya kami dapat dan juga tidak ada yang mengangkat. Kami menilpun ke hotel Kowsar Isfahan dengan
harapan mereka tahu nama hotel yang kami tuju di Teheran. Tilpun diangkat tetapi petugasnya tidak dapat
berbahasa Inggris. Mungkin petugas front
office sudah istirahat dan yang menerima mungkin petugas keamanan.
Setelah sekitar jam 01
dan belum dapat jalan keluar, kami berempat sepakat masuk ke bandara untuk
mencari WIFI untuk membuka intenet, siapa tahu dapat mencari informasi kamous
IAU yang akan mengadakan pameran. Sayang
sekali tidak ada WIFI, baik di bandara maupun kafe yang malam itu buka. Sambil mencoba menilpun lagi ke Pak Ilham dan
Pak Idrus, Prof Le Tran Binh mencoba menilpun Prof Moghaddan yaitu salah satu
panitia yang sering berkomunikasi dengan kami.
Namun yang kami punya tilpun beliau di Oxford, karena beliau memang
Wakil Rektor IAU cabang Oxford Inggris.
Dicoba saja, siapa tahu bisa nyambung.
Nyambung tetapi juga tidak diangkat.
Karena itu tilpun kantor, kami meninggalkan pesan di sambungan tilpun
tersebut.
Kami sudah setengah
fustrasi. Jalan satu-satunya menunggu
sampai pagi dengan harapan apa peserta yang pulang dan diantar oleh
panitia. Dalam keadaan setengah fustrasi
dan lelah, tiba-tiba ada tilpun masuk ke hp saya. Saya angkat ternyata dari Prof Moghaddan dan
bertanya “where are you?”. Tampaknya
beliau ditilpun stafnya di Oxford dan pesan kami di sambungan tersebut
disampaikan. Saya jawab kalau di bandara
dan saya jelaskan kejadiannya. Dengan
sangat bijak, beliau minta maaf dan minta kami menunggu karena akan ada petugas
menjemput. Kami sepakat menunggu di
pintu masuk internasional.
Kami berempat
berser-seri dan segera menuju ke pintu gerbang keberangkatan
internasional. Beberapa saat menunggu
tilpun saya berbunyi dan ternyata dari petugas yang menjemput kami. Sayangnya petugas tersebut tidak lancar
berbahasa Inggris. Rekan Vietnam sangat
cerdas, menyerahkan hp saya ke orang yang berdiri di sebelahnya dengan
permintaan agar membantu komunikasi dengan penilpun dengan bahasa Pasi. Alhamdulillah, orang tersebut sangat baik. Setelah berbicara beberapa saat, orang
tersebut mengatakan kami ditunggu di kafe Booth. Dimana letaknya? Dia juga tidak tahu, tetapi pasti di sekitar
pintu gerbang internasional.
Diputuskan, rekan
Vietnam yang akan mencari sedangkan kami bertiga menunggu koper. Tidak lama rekan Vietnam datang bersama dua
orang. Seorang adalah utusan Prof Moghaddan
dan seorang lagi sopir taksi yang bisa berhasa Inggris. Nah semua terjelaskan dan kami segera
meluncur ke kampus dengan dua mobil.
Ternyata cukup jauh
dan hotelnya dan kampusnya berada di puncak bukit. Untuk masuk harus melalui
dua pintu gerbang dengan portal dan dijaga petugas. Jarak dari pintu gerbang pertama ke lokasi
hotel mungkin sekitar 3 km dan melalui jalan kampus yang menanjak dan mendaki
karena di perbukitan. Saya membayangkan
apakah sopir mini bus dari Isfaham juga tahu lokasi hotel itu. Jika tahu apakah diijinkan untuk masuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar