Sewaktu pertama
membaca booklet Islamic Azad University (IAU) yang menyebut punya lebih 400
cabang (kampus) di Iran, punya 4 kampus di negara lain dan punya 1,7 juta
mahasiswa saya tidak percaya. Apalagi
IAU merupakan universitas swasta dan baru berdiri tahun 1982, apalagi kampus
induknya di Iran. Itulah juga yang
mendorong saya ingin ke Iran untuk melihat seperti apa sih IAU dan apa yang
dapat dipelajari.
Ketika sampai di
Isfahan dan mulai mengikuti acara konferensi, saya merasa kampusna biasa
saja. Lahan kampus tidak terlalu luas,
terletak di luar kota dan di pinggiran gunung yang kering kerontang, gedungnya
juga biasa saja. Bahkan ketika acara berlangsung
beberapa kali listrik mati. Kalau toh
ada yang istimewa adalah manajemen air untuk penghijauan yang sangat bagus,
sehingga walaupun tanahnya tandus taman di kampus tertata bagus, subur dan
banyak bunga yang sedang mekar. Selain
itu makanan seperti berlimpah, sehingga untuk ukuran perut Indonesia rasanya
terlalu banyak.
Kalau toh
mencengangkan adalah pada pimpinan yang sebagian besar lulusan Inggris dan
kampus beken yaitu Oxford. Bahasa
Inggris sangat bagus dan ketika memberi sambutan tampak sekali wawasan
internasionalnya yang luas. Pembawa
acaranya masih muda, mengenakan jas tanpa dasi dengan celana jean dan yang
paling mengesankan bahasa Inggris-nya sangat bagus. Cara membawa acara juga sangat bagus,
layaknya MC profesional. Yang tentu mengesankan adalah Dr. Moghaddan,
sang ketua panitia yang juga wakil rektor IAU kampus Oxford. Bahasa Inggrisnya bagus, pengetahuannya luas
dan setelah saya lacak, beliau lulusan Oxford University, pernah menjadi dosen
di Oxford dan Australia National University (ANU).
Keraguan itu hilang
ketika saya berkunjung ke IAU kampus Teheran.
Ternyata kantor pusat dan kampus
yang terbesar di Teheran. Saya tidak
tahu berapa luas kampus IAU Teheran, mungkin ribuan hektar. Yang jelas kampusnya di atas gunung. Ketika
masuk sangat mirip film apa begitu, karena mobil melewati jalan lebar
meliuk-liuk di tebing perbukitan.
Gedungnya selalu di atas bukit di kiri kana jalan. Gedung yang sekarang sudah ada dan lokasinya
tertinggi adalah tempat penginapan tamu.
Di puncak bukit yang paling tinggi konon digunakan untuk tandon air yang
dipompa dari danau atau sungai di bawah.
Di sisi jalan memang ada pipa air yang menurut penjelasan teman dari IAU
itulah pipa air ke tandon air di puncak bukit.
Penghijauan juga mulai
tumbuh. Sebagian besar tanamananya pohon
cemara yang tigginya baru sekitar 3-4 meter.
Terlihat setiap pohon diairi air dengan pipa. Mungkin dipilih pohon cemara karena konon
tidak memerlukan air terlalu banyak dan dapat hidup di lahan yang tidak
subur. Saya membayangkan 10 tahun lagi,
gunung atau bukit itu akan menjadi hutan cemara yang sangat indah.
Walaupun lahannya
sangat-sangat luas, ternyata bangunan kampusnya berupa gedung
tinggi-tinggi. Kantor pusat IAU (mereka
menyebutya central organization) dimana rektor (mereka sebut president) dari
seluruh IAU berkantor merupakan gedung berlantai 12. Gedung pusat riset yang digunakan untuk
pameran teknologi merupakan gedung yang mungkin 20 lantai lebih, gedung Lab
MIPA juga merupakan gedung dengan tinggi sekitar 12 lantai. Lapangan olahraga
juga besar, karea IAU punya Departement of Sport Sciences. Pokoknya gedungnya
tinggi-tinggi. Jalan utama dari gerbang
depan sampai gedung penginapan tamu berupa jalan kembar dengan masing-masing
sekitar 10 meter.
Saya sempat menanyakan
kepada Dr. Angaji, wakil rektor bidang buhungan internasional, bagaimana
awalnya punya ide dan membangun kampus di Teheran yang sangat menakjubkan. Ternyata itu sudah sejak awal diimpikan oleh
para pendiri IAU. Kebetulan Board of
Trustee (mungkin mirip Dewan Penyantun) IAU adalah Hashemi Rafsanjani, tokoh
penting Iran yang pernah menjadi presiden.
Mungkin itu yang salah satu pendukung IAU mendapatkan lokasi pegungungan
untuk membangun kampus. Ketika saya
sampaikan kalau besuk kampus IAU Teheran sudah terbangun lengkap mungkin
menjadi kampus terbesar dan terindah di dunia, Dr Angaji mengiyakan.
Sepulang dari kunungan
itu saya merenung, bagaimana universitas swasta yang konon tidak pernah
medapatkan dana dari pemerintah, punya kampus seperti itu. Memang bangunan masih sedikit, tetapi saya
yakin pada saatnya akan menjadi kampus sangat besar dan sangat indah karena
lokasinya di pegunungan. Bangunannya
modern dan menyisakan lahan kosong berupa hutan yang luas dan hijau.
Saya membayangkan, itu
pasti bukan karena adanya uang atau adanya sponsor. Saya yakin itu diawali dari visi atau mimpin
besar untuk membangun universitas yang hebat, dengan kampus yang sangat
luas. Dan tentu itu baru dapat terwujud
(walaupun baru sebagian) karena manajemen IAU sangat prima. Buktinya dalam usia sekitar 32 tahun sudah
mempunyai lebih 400 kampus di Iran dan 4 kamus di luar negeri serta jumlah
mahasiswa 1,7 juta. Dosennya juga
hebat-hebat dan yang saya baca sebagian besar doktor lulusan luar negeri
(umumnya lulusan Inggris).
Visi besar atau
katakanlah mimpi besar seperti itulah yang sangat kita perlukan, karena mimpi
besar seperti itu yang dalam praktek menjadi awalan program besar. Bagaimana mungkin kita punya program besar,
kalau tidak ada visi besar. Tentu visi
yang bukan sekedar mimpi di siang hari, tetapi visi yang mampu mendorong yang
bersangkutan untuk mengubahnya menjadi keinginan kuat untuk mewujudkannya. Bukan sekedar keinginan yang ditulis terus
dibiarkan tetap menjadi tulisan.
Keinginan yang menumbuhkan energi untuk menggelegak untuk
mewujudkannya. Kalau meminjam istilah Jack
Welch, keinginan yang mampu menumbuhkan positive energy, yaitu energi yang
tidak pernah habis untuk mewujudkan keinginan.
Kalau istilah Dahlan Ikhsan mungkin keinginan yang membuat yang
bersangkutan kerja-kerja-kerja.
Sayang sekali, tidak
banyak orang yang punya atau lebih tepatnya bermimpi besar. Coba kita tanya anak-anak muda di sekitar
kita, apa mimpinya di masa depan. Saya menduga tidak banyak yang punya jawaban. Pada umumnya mereka akan menjawab akan
sekolah atau kuliah. Jika dikejar
sekolah bidang apa dan untuk apa setelah selesai, sebagian besar akan menjawab
mencari pekerjaan. Tidak banyak yang
dapat atau berani mengatakan “saya akan membuat ini atau saya akan menjadi orang
seperti ini”. Seakan hidupnya akan
mengalir dan ditentukan oleh keadaan sekitar.
Itu mungkin kelemahan kita atau itu mungkin tugas kita sebagai orangtua
atau guru untuk mendorong anak-anak mau dan berani mimpi besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar