Sebelum berangkat ke
Iran untuk mengadiri konferensi internasional Asaihl, saya harus mengikuti
acara USAID Prioritas di Jogyakarta.
Oleh karena itu, saya mengirim email ke Mbak Lira agar tiket saya diatur
dari Jogya bukan kembali ke Surabaya, tetapi ke Jakarta. Saya menjelaskan kalau harus ke Iran taggal
21 Mei pukul 17.55. Mbak Lira bertanya
ada apa ke Iran dan saya jawab untuk membeli nuklir Tentu itu hanya kelakar dan saya ganti
mengoda apa Mbak Lira titip cowok Iran yang menurut informasi cakep-cakep. Mbak
Lira ganti menggota dengan mengatakan pesan satu losin untuk dibagi-bagi kepada
teman yang belum menikah di kantor USAID Prioitas. Email ria kami akhir dengan hehehe, karena
sama-sama mengerti itu hanya kelakar.
Menurut informasi
memang orang Iran cakep-cakep. Raut mukanya
lebih dekat dengan orang Eropa, hidung mancung, kulitnya kuning, rambut hitam
ikal dan fisiknya tinggi-tinggi. Konon
itu karena perpaduan antara Eropa, Asia dan Arab. Orang Iran adalah bangsa Persia dan bukan
bangsa Arab. Mungkin mirip dengan orang
Yordania dan Lebanon yang sering kita lihat di TV.
Ketika sampai di Iran,
saya mencoba memperhatikan apakah informasi itu betul. Ternyata betul. Dengan gaya berpakaian yang modis, anak muda
di Iran memang tampak ganteng dan cantik.
Wanitanya rata-rata mengenakan celana panjang yang dipadu dengan rok
sampai setengah paha. Banyak yang memakai celana jin. Menggunakan kerudung
tetapi rambutbagian depannya kelihatan.
Beberapa diantaranya berambut merah atau pirang, namun saya tidak tahu
apakah itu asli atau dicat. Rata-rata
mereka menggunakan make up, walaupun tidak terlalu mencolok.
Pemuda Iran tidak
kalah modis. Banyak yang memakai celana
jin dan T shirt. Kalau ahak formal,
memakai baju warna terang dan jas warna gelap, tanpa memakai dasi. Rambutnya disisir rapi, dengan janggut yang
tercukur rapi. Pokoknya mereka ganteng
dan cantik, mirip dengan bintang film yang sering kita lihat di TV.
Mengamati pemandangan
seperti itu, Prof Idrus Paturusi dari Makasar mengatakan, sulit mencari wanita
jelek di Iran, karena semuanya cantik.
Rekan lain berkomentar jika ada 10 gadis di Iran, yang cantik 11 orang. Saya menggoda Prof Ansyar dari UIN Makasar
yang kebetulan berangkat dengan istrinya.
Karena beliau sering mengomentari cewek Iran, maka yang ganti
berkomentar, kalau saja Prof Ansyar berangkat tidak bersama ibu, saya menduga
akan kecantol di Iran. Kami tertawa,
termasuk Bu Ansyar yang selalu setia mendampingi ke berbagai acara.
Melihat cara pemuda
dan khususnya gadis Iran, dalam hati saya bertanya apakah budaya berpaian
mereka berbeda dengan orang Arab? Memang
menurut sejarah, peradaban bangsa Persia jauh lebih tua dibanding bangsa
Arab. Tampaknya, ketika Islam masuk ke
Persia dan bangsa Persia memeluk Islam (biasanya disebut Syiah) budaya Arab
tidak ikut masuk. Oleh karena itu cara
berpakaian dan makanan orang Iran tidak seperti pakaian dan makanan orang Arab. Menurut saya lebih mirip pakaian orang Turki.
Yang sangat menarik,
tampaknya kerudung yang umumnya warna hitam itu hanya dikenakan di Iran. Saya
melihat ibu-ibu muda dan cewek-remaja yang ketika naik pesawat mengenakan
kerudung, begitu di pesawat ke luar negeri, kerudung tersebut dibuka. Sebaliknya mereka yang ketika naik pesawat di
Dubai mengenakan T shirt, ketika turun di Teheran sudah mengenakan jaket dan
kerudung hitam. Apakah itu berlaku pada
orang Iran secara secara keseluruah atau hanya kebetulan yang saya lihat, saya
tidak tahu.
Makanan orang Iran,
menurut saya cukup sehat, tetapi porsinya sangat besar. Beberapa kali ikut
jamuan makan, makanan yang tersaji selalu banyak sayuran mentah (mirip salad),
sup gaya Eropa, berbagai roti, ikat dan kebab.
Nasi juga tersedia, tetapi mirip nasi kabuli. Menurut teman dari Isfahan, budaya makan nasi
belum lama. Mungkin baru sekitar 20
tahun, karena sebelumnya budaya mereka makan roti. Itu yang menyebabkan orang Iran tidak banyak
yang gemuk. Ada teman yang memandingkan
wanita Iran dengan wanita Turki. Ketika
muda sama-sama cantik, tetapi ketika sudah tua wanita Turki pada umumnya
gemuk-gemuk, sedangkan wanita Iran tidak banyak yang gemuk.
Budaya lain yang
tampak maju adalah keteriban mengikuti aturan.
Jalan dan taman di Isfaham maupun di Teheran sangat bersih. Saya melihat orang-orang yang bersantai dan
makan di taman, membungkus dan membawa sampahnya. Sungat di Iran juga sangat bersih. Bahkan makanan kuda penarik kereta dimasukkan
dalam karung yang diikatkan dalam kepada kuda.
Dengan demikian saay kuda makan, tidak ada rumput yang kececeran. Demikian pula, ada penampung kotoran
kuda. Bedanya dengan di kita, tampaknya
kotoran kuda yang tertampung segera dibersihkan. Saya amati hampir tidak ada tampung kotoran
kuda yang tersisa dikarung yang dipasang di belakang kaki kuda itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar