Setelah semalam tidur
di hotel kecil di dekat Loch Ness, kami akan ke Inverness untuk menjemput
Stella, besan kami, untuk bersama-sama berlibur ke pantai barat Scotland yaitu
ke Mallaig. Jarak tempuh Loch Ness ke Inverness
hanya sekitar satu jam. Namun Roy ingin
mengajak kami melihat air terjun, Ploda Fall, sebelum ke Inverness.
Lokasi Ploda Fall
berada di tengah hutan pinus. Memang ada
jalan menuju lokasi itu, tetapi jalan yang sempit yang belum beraspal
mulus. Kami melewati hutan pinus dan
kadang-kadang ada peternakan biri-biri atau sapi. Karena jalannya sempit, setiap beberapa ratus
meter atas tempat bersimpangan yang diberi tanda passing place. Jadi kalau dari depan tampak ada mobil, sopir
yang menjumpai passing place harus berhenti dan sedikit menepi di passing place
menunggu mobil yang dari depan lewat.
Yang menarik semua pengemudi mematuhi aturan itu, sehingga semua
berjalan lancar.
Sayang kami datang ke air
terjun Ploda Fall dari posisi di atas, sehingga tidak dapat mengamati dengan
baik. Hanya tampak ada 3 sungai yang
ujungnya bermuara di jurang sehingga ketiganya menjadi air terjun. Pengamatan saya pegungungan itu dari
berbatuan terjal, sehingga walaupun di bagian atas lapisan tanahnya cukup tebal
dengan hutan pinur cukup subur, sungai yang agak dalam dasarnya batu-batu
hitam. Air sungai mengalir dengan deras,
sehingga menimbulkan suara gemuruh.
Tampaknya hutan pinus
itu hutan industri, karena banyak bagian yang sedang di tebang dan pohon hasil tebangan
berupa gelondongan ditumpuk di tepi jalan. Saya tida tahu pemerintah atau
swasta atau bahkan perorangan yang mengelola hutan industri itu. Namun di tempat parkir dekat Ploda Fall ada
papan penjelasan tentang etika di hutan dan bahkan ada liflet yang dapat
diambil. Intinya kita diminta tidak
merusak hutan. Bahkan dalam papan itu
dijelaskan semut itu memiliki fungsi penting di hutan, yaitu memakan sebagian
ulat pohon. Jangan membunuh semut berlebihan.
Puas melihat Ploda
Fall dan hutan pinus, kami segera meluncur ke Inverness. Sampai di Inverness kami menuju lokasi yang
biasanya ada anjing laut dan lumba-lumba.
Namun nasib kami kurang baik atau karena sudah sekitar jam 12.30,
sehingga tidak bertemu dengan anjing laut maupun lumba-lumba. Oleh karena itu segera kami mencari makan
siang, yang nanti akan saya ceritakan sendiri, yaitu “Jauh-jauh ke Inverness
hanya makan wader”.
Selesai makan siang,
kami menuju ke terminal bus Inverness untuk menjemput Stella yang datang naik
bus dari Orkney. Nah ketika sampai
tempat parkir di Inverness, terdengar suara tidak enak di mobil. Naluri bengkel
saya muncul dan segera saja saya ndelosor melihat kolong di bawah mesin. Ternyata ada semacam tutup samping yang
bautnya lepas, sehingga menggantung dan ketika mobil berjalan menggeser
jalanan. Untungnya tutup itu dari
plastik dan ringan, sehingga tidak berbahaya.
Sangat mungkin
lepasnya baut itu ketika mobil melewati jalan berbatuan kecil di hutan pinus
menuju Ploda Fall dan juga pulangnya.
Seharusnya ke lokasi seperti itu menggunakan mobil jenis jip atau MPV,
karena disamping berbatuan jalanan juga banyak rumput dan bahkan seringkali ada
ranting pohon yang jatuh di jalanan.
Mungkin sekali karena kena getaran ada baut yang lepas. Atau karena nyantol sesuatu, tutup itu
tertarik dan bautnya lepas. Atau bahkan ada yang sobek. Kami belum tahu pasti, karena belum dapat
melongok ke kolong mesin, karena mobil sedang yang rendah.
Roy tidak membawa dongkrak, sedangkan
mobilnya jenis sedan sehingga tidak memungkinkan orang melihat dari kolong
mobil. Jadi kami belum tahu baut sebelah
mana yang lepas dan bagaimana mengatasinya.
Saya yang ndelosor di depan mobil menyimpulkan untuk sementara tutup itu
dapat di-lak ban agar menempel ke bemper depan.
Yang penting tidak menjuntai dan menggeser jalanan. Untuk itu Roy memberi lak ban, dan hari itu
saya menjadi montir di halaman parkir Inverness untuk membetulkan tutup samping
mesin mobil Roy. Hari itu hari Sabtu
sehingga semua bengkel tutup, sehingga yang penting dapat diatasi untuk
sementara. Nanti hari Senin dibawa ke
bengkel atau didongkrak sendiri, sehingga ketahuan bagaimana memasang bautnya.
Sebenarnya Roy juga membeli
tali pengikat dari plastik yang biasa untuk mengikat kabel. Hanya saja, saya tidak menemukan lubang untuk
mengikatkan. Saya tidak menemukan lubang
pada penutup yang lepas. Seandainya ada,
bagian penutup itu dapat diikatkan dengan pipa kecil di atasnya. Mau membuat lubang, tidak membawa bor dan mau
menggunakan obeng ternyata plastiknya cukup keras. Akhirnya tutup saya tekuk sedikit sehingga
ujungnya menumpang di bagian dalam bemper depan. Setelah itu keduanya saya lak, sehingga
lengket. Karena sudah menumpang bemper, seharusnya tidak lagi jatuh, sedangkan
lak berfungsi memegangi saja.
Stella juga sudah
datang, sehingga yang penting mobil dapat berjalan dengan aman dan tidak ada
suara yang mengganggu. Akhirnya kami
memutuskan segera bermobil menuju Mallaig.
Alhamdulillah perjalan lancar dan sampai Mallaig sekitar pukul 19.30,
ketika matahari menjelang tenggelam.
Begitu sampai penginapan dan melihat menjelang sunset, saya segera turun
berburu foto sunset. Saya sedang mendung
sehingga tidak mendapatkan gambar yang bagus.
Selesai mengambil
foto, saya mencari dimana kamar kami menginap.
Ternyata kami menginap di “mobile home”, semacam kotak ukuran 4 x 10 m
yang ditumpangkan di atas pilar beton setinggi sekitar 75 cm. Di dalamnya ada 2 kamar tidur, ruang duduk,
dapur kering kecil dan kamar mandi.
Luncu dan nyaman. Sudah sering
melihat, tetapi baru sekali ini saya menginap di mobil home dan ternyata
nyaman.