Saya tidak ingat kapan
mulai ada MOS (masa orientasi studi) di SMP/MTs dan SMA/SMK/MA. Seingat saya itu belum terlalu lama, karena
baru anak saya yang ketiga yang ada MOS ketika masuk SMA, sedangkankan anak
saya yang pertama dan kedua belum ada MOS.
Saya tidak tahu bagaimana awalnya.
Saya juga tidak tahu persis bagaimana pelaksanaannya. Saat saya menjadi guru belum ada MOS. Siswa baru masuk begitu saja. Paling-paling ada upacara bendera dan
diteruskan masuk ke kelas masing-masing dan mendapat pengarahan dari wali
kelasnya.
Kalau OSPEK rasanya
sudah ada sejak dulu kala. Saya yang
masuk kuliah tahun 1970 sudah ada dan menurut para senior waktu itu, mereka
juga sudah mengalaminya. Dulu namanya
MAPRAM, singkatan dari masa pra bakti mahasiswa. Terus diganti dengan MAPERMA, singkatan dari
masa perkenalan mahasiswa. Terus
berganti-ganti dan sekarang disebut OSPEK. Namanya boleh berganti, tetapi
isinya tidak jauh berbeda.
Tentu saja saya pernah
mengikuti MAPRAM dan pernah menjadi Wakil Ketua Panitia MAPERMA ketika sudah
menjadi senior. Oleh karena itu ijinkan
saya berbagi pengalaman, baik ketika menjadi peserta, menjadi senior, menjadi
panitia dan bahkan menjadi ketua organisasi kemahasiswaan intra kampus yang
menjadi penanggung jawab kegiatan MAPRAM dan menjadi rektor yang otomatis
menjadi penanggungjawab kampus termasuk OSPEK.
Ketika tahun 1970 saya
ikut MAPRAM, seingat saya isinya banyak berupa perploncoan. Kami, peserta digojlok yang konon untuk
menguatkan mental. Semua yang kami lakukan dianggap salah dan memang aturannya
yang tidak jelas. Misalnya pagi harus berkumpul jam 05 waktu Kayoon. Lha waktu Kayoon itu yang tidak jelas, jam
berapapun kami datang dianggap terlambat diukur dari waktu Kayoon. Kata senior dimarahi, digertak dan sebagainya
itu untuk menguatkan mental.
Pada saat itu, setiap
peserta dibei buku perkenalan dan dengan buku itu setiap peserta harus mencari
sekian tanda tangan pimpian univesitas, dosen dan mahasiswa senior sebagai
bukti sudah berkenalan. Kalau dengan
pimpinan universitas dan dosen biasanya mulus-mulus saja, tetapi kalau dengan
mahasiswa senior, biasanya peserta diminta ini dan itu yang kadang-kadang
aneh-aneh. Biasanya peserta mencari
tanda tangan secara kelompok, untuk mengurangi rasa takut dan lain-lain.
Walupun tetap ada
nuasa perploncoan, jujur saya ingin mengatakan ada banyak perubahan dari MAPRAM
ke OSPEK saat ini. Jika di masa lalu
hampir semua kegiatan ditangani mahasiswa dan BEM Universitas (dahulu namanya
Dewan Mahasiswa) sebagai penanggung jawab, sekarang penanggung jawa biasanya
Pembantu Rektor/Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan. Pengamatan saya dalam OSPEK, nuansa
perploncoan tetap ada tetapi jauh lebih kecil dibanding di waktu lalu.
Seingat saya
kasus-kasus “kecelakaan” dalam MAPERM/MAPERMA/OSPEK sudah terjadi
berkali-kali. Seingat sata pada tahun
1980an di ITS pernah terjadi mahasiwa terkena atau dikenai cairan kimia dalam
MAPERMA, menjadi berita yang heboh.
Depdikbud saat itu mengambil langkah agar program ditiadakan. Saya tidak tahu secara detail, tetapi seingat
saya waktulah nama MAPERMA diubah menjadi OSPEK yang penanggung jawabnya bukan
organisasi kemahasiswaan tetapi pimpinan universitas dan isinya harus bersifat
edukatif.
Ketika menjadi rektor,
saya melihat ada kegiatan OSPEK pada hal OSPEK belum dimulai. Kegiatan itu dilaksanakan di halaman seberang
kantor rektorat, sehingga pada saat itu juga saya memanggil PR-3 untuk minta
informasi. Ternyata itu kegiatan PRA-OSPEK
yang dilaksanakan oleh BEM Fakultas dan diluar kendali PR3, Dekan maupun
PD3. Sangat menarik, ternyata adik-adik
BEM itu mampu mengumpulkan mahasiswa tanpa melalui jalur formal. Dan konon itu
sudah berjalan setiap tahun.
Di akhir OSPEK, banyak
jurusan/fakultas melakukan cam di luar kampus.
Kami, pimpinan universitas dan fakultas sulit untuk menyetujui, karena
takut kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Karena apa?
Karena tempatnya di luar kampus dan menginap, sehingga sulit
kontrolnya. Namun kegiatan seperti tetap
berjalan, seperti kegiatan PRA-OSPEK.
Akhrinya, terpaksa kami menugaskan dosen untu mengawal, untuk mencegah
hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi menurut informas dalam kegiatan seperti
itu ada alumni yang ikut hadir yang kadang-kadang ikut melakukan perploncoan.
Saya pernah bertanya
kepada beberapa mahasiswa apakah memang mendapat manfaat dengan ikut
OSPEK. Umumnya ada manfaatnya tetapi
tidak terlalu banyak. Dari aspek edukasi
umumnya mereka mengatakan melalui OSPEK mereka tahu siapa pimpinan
universitas/fakultas/jurusan dan cara-cara melakukan program perkuliahan. Untuk non akademik, umumnya mereka mengatakan
melalui OSPEK mereka dapat mengenal satu sama lain, khususnya dengan teman di
luar jurusannya.
Apakah ada yang dirasa
kurang tepat? Ternyata banyak, misalnya
tugas-tugas yang sangat berat dan tidak ada kaitannya dengan perkuliahan. Juga kebiasaan senior membentak peserta dan
peserta harus mengeluarkan biaya untuk kegiatan ini dan itu yang tidak diduga
sebelumnya.
Yang menarik, ketika
saya bertanya apakah OSPEK harus dihentikan atau diteruskan, hampir semua
peserta menjawab, sebaiknya OSPEK tetap dilaksanakan, tetapi hal-hal yang
memberratkan peserta seharusnya dihilangkan.
Ternyata yang dimaksudkan memberatkan terutama pengeluaran ekstra. Kalau soal dibentak-bentak menurut mereka
tidak terlalu memberatkan.
Berangkat dari uraian
di atas, jika saya ditanya apakah OSPEK dihentikan atau diteruskan, saya
menjawab sebaiknya diteruskan. Bagi
mahasiswa senior, OSPEK juga merupakan wahana latihan manajemen dan
kepemimpinan yang baik. Baik mahasiswa
baru OSPEK tetap memberikan manfaat seperti yang disampaikan kepada saya oleh
mereka sendiri. Namun tentu secara
menerus kta harus melakukan penyempurnaan OSPEK. Beberapa yang perlu dilakukan? Pertama,
muatan pengenalan belajar di universitas perlu lebih ditekankan. Cara melakukan kartu rencana studi, mengikuti
perkuliahan di perguruan tinggi, belajar di perpustakaan dan sebagainya.
Kegiatan ini perlu mendapat penekanan, sehingga begitu perkuliahan dimulai,
mahasiswa baru sudah faham dan lancar melakukannya.
Kedua, kegiatan OSPEK dapat lebih diarahkan penguatan kebersamaan dan
kreativitas. Kegiatan semacam out bond
dan problem solving menjadi kegiatan yang sangat bermanfaat. Penguatan kepribadian, karakter dan rasa
kebangsaan juga dapat dikembangkan
Seingat saya, beberapa tahun lalu OSPEK juga dikaitkan dengan penataran
P4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar