Dari
Tian Jin kami (saya, Pak Ali Mustofa dan Ibu Chen Jing) ke Wuhan untuk
mengikuti board meeting Confucius Institute (CI). Board
meeting adalah rapat antara dua universitas penyelenggara CI, dalam hal ini
Unesa dengan partnernnya yaitu Central
China Normal University (CCNU) Wuhan. CI di Unesa dibina oleh dua universitas, yaitu
Unesa sebagai penyelenggara dan CCNU sebagai pendukung. Board
meeting dilakukan minimal satu kali dalam satu tahun. Tahun lalu (2012) dilakukan pada bulan
Desember, tetapi saya tidak dapat hadir sehingga tidak dapat mengambil
keputusan yang prinsip. Oleh karena itu,
tahun ini saya ingin hadir agar board
meeting dapat mengambil keputusan yang mendasar. Apalagi ada beberapa agenda yang penting.
Wuhan
adalah sebuah kota di bagian agak tengah-selatan China. Penerbangan dari Beijing sekitar dua
jam. Dari Hong Kong juga sekitar dua
jam. Seperti pada umumnya kota di bagian
tengah, kondisi kota Wuhan memang tidak “semaju” Tian Jin atau Shanghai. Gedung “pencakar langit” belum banyak di
Wuhan. Lahan pertanian juga masih tampak
banyak di sekitar kota.
Di
kota Wuhan ada sebuah danau besar yang disebut Eastern Lake. Saya tidak tahu mengapa disebut eastern lake,
pada hal lokasinya di tengah daratan China.
Konon yang western lake justru terletak di dekat pantai timur China. Teman dari CCNU juga tidak mengerti mengapa
namanya begitu. Dia hanya tahu, bahwa
Western Lake lebih terkenal, karena konon Mao Tze Dong pernah tinggal di
sekitar Western Lake dan menulis puisi tentang danau itu.
Kami
tiba di Wuhan sekitar pukul 21 waktu setempat dan dijemput oleh Ibu Yu Huang, Deputy Director dari International Office CCNU. Ternyata IbuYasmin (saya tidak tahu nama
China-nya) yang dulu biasa menjemput tamu sudah tidak lagi di CCNU. Ibu Yu Huang didampingi oleh dosen muda Unesa
yang sedang kuliah di CCNU. Namanya Mas
Galih, tetapi punya nama China, yaitu Li Bingbing. Kami langsung diantar ke hotel CCNU di dalam
kampus.
Walaupun
sama-sama di China, kondisi kampus TFSU dengan CCNU sangat berbeda. Mungkin seperti bandingan SMA favorit di
Surabaya dengan SMA “biasa” di Ponorogo.
TFSU terletak di tengah kota metropolitan Tian Jin. Gedung-gedungnya bergaya Eropa, karena
tinggalan Inggris. Lahan tidak terlalu
luas, tetapi tertata baik dan bersih.
Sementara itu, CCNU terletak di Wuhan, sebuah kota di tengah daratan
China. Lahan CCNU sangat luas, banyak
gedung-gedung tua yang relatif kurang terawat.
Bangunannya juga khas China dengan nuansa kotak-kotak.
Selasa
4 Juni kami mengikuti board meeting
di gedung Internatinal Office. Delegasi dari Unesa, saya dengan Pak Ali
Mustofa dan didampingi Mas Galih alias Li Bingbing, sebagai penterjemah. Dari CCNU delegasi dipimpin oleh Wakil
Rektor, Prof. Li Xianong dan didampingi oleh beberapa orang yang saya sulit
mengingat namanya. Salah satunya,
direktur International Office. Pada board
meeting, Ibu Chen Jing berada di delegadi CCNU.
Board meeting, diawali dengan sambutan selamat datang dari Prof Li
Xianong dan sambutan dari saya selaku Rektor Unesa. Sambutan Prof Li Xianong disampaikan dalam
bahasa Mandarin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Ibu Yu
Huang. Sebaliknya, saya menyampaikan
sambutan dalam bahasa Indonesia dan diterjemahkan kedalam bahasa Mandarin oleh
Mas Galih.
Setelah
itu, Pak Ali Mustofa dan Ibu Chen Jing menjelaskan laporan kegiatan tahun 2012
dan program kerja tahun 2103. Saat
menanggapi laporan Pak Ali Mustofa dan Ibu Chen Jing, Prof Li Xianong menyebut
harapannya agar CI memiliki rekening sendiri yang terpisah dari rekening Unesa. Pihak CCNU juga merasa harus dapat mengontrol
penggunaan uang CI yang diberikan oleh Hanban.
Beliau menambahkan bahwa penggunaan uang itu harus sesuai dengan
ketentuan Hanban yang diwakili oleh CCNU.
Ketika
mendengarkan terjemahan tanggapan Prof Li Xianong yang diterjemahkan Mas Galih,
saya agak tersinggung. Oleh karena itu,
untuk menanggapi saya minta ijin menggunakan bahasa Inggris. Bukan sok, tetapi agar yakin bahwa yang saya
sampaikan tidak keliru diterjemahkan oleh Mas Galih. Saya ingin menyampaikan hal yang prinsip,
sehingga tidak boleh keliru terjemahannya yang ditangkap oleh pihak CCNU.
Saya
sampaikan bahwa Unesa adalah universitas negeri. Menurut hukum yang berlaku di Indonesia, setiap
dana yang masuk ke Unesa, difahami sebagai uang negara yang disebut Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP). Dengan
demikian dana bantuan dari Hanban untuk mendukung program CI di Unesa
terkategori PNBP dan penggunaannya juga harus sesuai aturan yang berlaku.
Sebagai
perguruan tinggi negeri, di Unesa berlaku single
account policy, artinya di Unesa hanya ada satu rekening, yaitu rekening
rektor. Semua dana yang masuk, termasuk
dari Hanban, harus masuk melalui rekening tersebut. Tidak dimungkinkan CI Unesa membuka rekening
sendiri. Yang mungkin adalah sub-account dari rekening rektor. Saya tegaskan itu prinsip keuangan negara
yang tidak dapat ditawar. Tinggal kita
mau atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar