Penerbangan kami dari Jakarta
ke Jedah cukup nyaman. Walaupun
penerbangan Saudia Airlines tidak se-premium yang saya bayangkan sebelumnya,
penumpang tidak penuh sehingga tidak bising.
Saya yang mendapat tempat duduk nomor 57-B akhirnya pindah menempati 4
kursi sekaligus, yaitu 58-DEFG, karena kosong.
Alhamdulillah, saya dapat tidur selonjor sangat nikmat. Saya hanya
terbangun saat pesawat terkena turbolensi kecil di atas daerah India
Selatan. Begitu turbolensi selesai, saya
kembali tidur selonjor dengan nyenyak.
Saya baru bangun lagi menjelang landing dan disodori makanan atau lebih
tepatnya sarapan tengah malam. Itupun
dibangunkan oleh pramugari.
Pesawat landing pukul
22.45, jadi sekitar 25 menit lebih cepat dari jadwal. Landing dengan manis dan udara malam sangat
bersahabat di Jedah dengan suhu 28 derajat.
Kami turun dan langsung disongsong oleh petugas travel yang menangani
rombongan. Kami dipandu untuk masuk ke ruangan imigrasi. Sekitar pukul 23 pas kita mulai antre. Ternyata sudah banyak yang antre dan kami
diarahkan oleh petugas yang memakai gamis untuk antre di salah satu barisan.
Sambil menunggu, Pak
Zaenal dari Bappenas berseloroh sambil menasehati: “kalau di Jedah antre
imigrasi itu 2 jam lho”. Kamipun
tertawa, karena beberapa teman memang sudah pernah naik haji atau umrah yang
masuk ke Saudi melalui Jedah. Konon ya memang seperti itu. Saya malah sudah
lupa karena naik haji tahun 1997 dan ketika tahun 2013 umrah mendarat di
Madinah. Oleh karena itu saya hanya
merespons pendek: “Sabar, salah sendiri hutang, jadi ya mesti ikut maunya yang
menghutangi”.
Tampaknya gate
imigrasi belum buka atau entah bagaimana, tetapi sampai sekitar 30 menit antrean
tidak bergerak. Beberapa orang yang ante ada yang mukai duduk. Sekali lagi Pak Zaenal nyeletuk: “Loket baru
dibuka tanggal 2, jadi kita mesti menunggu melewati pukul 24.00”. Entah itu betulan atau hanya kebetulan,
ketika pukul 00 lebih sekian, antrean mulai jalan yang artinya proses
pemeriksaan sudah mulai. Jadi yang
semula saya mengeluh mulailah kami agak senang.
Orang-orang yang semula antre sambil duduk, pada berdiri.
Ternyata pemeriksaan
sangat lama. Pak Rahmat Wahab dari UNY yang
berada di belakang saya nyeletuk: “Satu jam hanya dapat memeriksa 4 orang,
sehingga setiap orang perlu 15 menit”. Apa betul?
Saya jadi terdorong untuk mencermati pemeriksaan. Sungguh menarik. Saya melihat petugas sangat santai, memeriksa
sambil berkelakar dan minum kopi. Bahkan
seringkal berdiri dan meninggalkan tempat. Atau beberapa kali ada orang lain yang
mendekati dan ngobrol dengan petugas pemeriksa paspor.
Bahkan pada gate
paling ujung, camera yang digunakan memfoto pendatang tangkainya lepas dan
petugas sibuk membetulkan. Sepertinya
yang bersangkutan tidak bisa memasang kembali, sehingga pergi mencari
bantuan. Buktinya beberapa saat kemudian
yang bersangkutan kembali dan membawa teman.
Namun teman tadi juga tidak segera dapat memasang, sehingga orang sudah
siap difoto berdiri di gate itu sangat lama.
Sekali lagi entah
betulan atau kebetulan anggota rombongan pertama yang dapat giliran diperiksa
paspornya Pak Sutarto Hadi dari Unlam pada sekitar pukul 01an dini hari. Ketika saya komentar: “Itu teman kita sudah
dapat giliran”, Pak Zaenal nyambung: “Betul kan, kita harus menunggu 2 jam”. Betul juga ya, Pak Sutarto Hadi harus
menunggu sekitar 2 jam untuk dapat giliran pemeriksaan paspor. Tapi itu kan baru orang pertama, sampai
berapa jam semua rombongan selesai pemeriksaan imigrasi. Bisa-bisa 4 jam.
Saya sendiri baru
dapat giliran pada pukul 01.32 dini hari.
Cukup cepat, sekitar 2 menit paspor saya sudah selesai diperiksa dan
saya diminta mengeprint sidik jari dan difoto.
Sungguh dalam hati saya sangat gembira dengan pikiran 3 menit sudah
selesai, sehingga mirip dinegara maju.
Betapa kaget, setelah mengambil foto petugas yang menangani pemeriksaan
paspor saya pergi. Entah kemana, karena
sama sekali tidak memberi tahu. Sambil
menunggu saya melihat beberapa teman yang masih antre dan dari jauh mereka
berkomentar: “Benar kan, ditinggal pergi”.
Untung perginya hanya sekitar 4 menit dan begitu kembali paspor saya
ditandatangani dan distempel dan diserahkan ke saya. Jadi saya hanya perlu sekitar 6 menit, mulai
menyerahkan paspor sampai menerima kembali.
Cukup cepat dan tidak seperti komentar Pak Rahmat Wabab yang mengatakan
dalam satu jam hanya terproses 4 orang.
Di belakang saya,
masih ada beberapa rombongan yang antre, termasuk Pak Ahmad Intan, Dirjen
Belmawa. Begitu keluar daerah
pemeriksaan saya ke toilet dan setelah itu menunggu teman-teman lainnya dengan
duduk di kursi bersama teman lainnya.
Pak Intan yang datang paling akhir, baru keluar dari gate pemerisaan
pada pukul 01.58. Ketika saya nyeletuk,
orang terakhir baru selesai pukul 01.58, Pak Zainal kembali berkomentar: “kan
masih 2 jam, karena belum sampai 3 jam”.
Saya menyahut: “Ternyata Pak Zainal itu dukun, tebakannya selalu
betul”. Pak Zainal hanya ketawa
menanggapinya. Lumayan untuk mengendorkan
syaraf yang hampir kesal selama 3 jam.
Ketika beberapa teman
menggerutu karena proses pemeriksaan paspor sangat lama, Mas Henry Nasution,
petugas travel yang menjemput kami menjelaskan bahwa petugas yang tampak lama
dalam bekerja itu karena menunggu respon dari Kedubes Saudi di Jakarta. Setiap data yang dimasukkan dalam sistem di
komputer akan diproses dan dikonfirmasi secara sistem dari server di Kedubes
Saudi di Jakarta. Jadi petugas yang
tampak santai atau kadang-kadang minum kopi atau pergi itu sangat mungkin
menunggu respons komputernya.
Betulkah
demikian? Saya juga tidak tahu, tetapi
dalam hati saya bertanya: :”jika memang demikian dan sudah terjadi sejak lama,
mengapa sistemnya tidak diperbaiki?”.
Bukankah itu salah satu bentuk layanan publik, temasuk mereka yang
umrah. Betulkah ungkapan beberapa teman,
jamaah umrah dan haji itu wisatawan yang sabar dan tidak pernah komplain karena
ibadah. Apakah dengan demikian
pemerintah Saudi tidak merasa perlu memperbaiki layanan? Bukankah Saudi merupakan negara dimana berada
tempat ibadah haji dan umrah, sehingga semua umat Islam bercita-cita datang
berhaji atau berumrah? Bukankah dengan
demikian Saudi Arabia seharusnya memberikan layanan yang terbaik? Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar