Walaupun saya berasal
dari suku Jawa dan sampai usia 19an tahun tinggal di pedesaan, tetapi baru
mengenal pepatah Jawa “JENANG OPO JENENG” itu beberapa waktu lalu. Itupun tidak langsung faham, karena kebetulan
yang menyampaikan seorang teman dari Yogyakarta. Menurut teman tadi “jenang” adalah jenis
makanan dan dalam pepatah itu dimaknai uang atau harta. “Jeneng” adalah istilah Jawa yang artinya
“nama” yang dalam pepatah itu dimaknai “dikenal” atau “dihargai”. Jadi pepatah “jenang opo jeneng” maknanya,
kita harus memilih ingin mendapatkan uang atau penghargaan. Teman dari Jogyakarta tadi memberikan
nasehat, jangan tergesa-gesa mencari harta, sebaliknya carilah penghargaan atau
nama dan dengan nama yang baik, kita akan mudah mendapatkan harta.
Di Surabaya sebenarnya
ada pepatah yang mirip itu, yaitu “poin atau koin”. “Poin” bermakna mirip
dengan “jeneng” dan “koin” bermakna mirip dengan “jenang”. Jadi kalau teman dari Jogya menasehatkan
carilah jeneng dulu dan jangan buru-buru mencari jenang, orang Surabaya dapat
mengatakan, carilah poin dulu dan jangan buru-buru mencari koin. Namun orang Surabaya biasanya lebih sering
menggunakannya dengan urutan “kalau tidak dapat koin paling tidak dapat poin,
syukur kalau dapat keduanya”.
Secara pribadi saya
lebih sependapat dengan nasehat teman dari Jogyakarta. Bahkan saya berpendapat, jika anak muda punya
keahlian dan mau bekerja keras dengan komitmen baik, maka yang bersangkutan
akan mendapatkan nama baik. Dengan nama
baik itu, yang bersangkutan akan dicari orang yang tentu mendapatkan imbalan
yang layak. Jadi dengan nama baik atau
jeneng, secara tidak langsung yang bersangkutan akan mendapatkan jenang atau
koin.
Walaupun tampak
sederhana, menurut saya pepatah Jawa itu kini sangat relevan. Saya melijat sekarang ini banyak anak muda
yang inginnya seba instan. Inginnya
begitu mulai bekerja mendapatkan gaji besar dan faslitas bagus. Begitu mulai usaha, banyak anak muda inginnya
langsung sukses. Apakah itu hanya
pengamatan saya yang mungkin terbawa oleh pengalaman pribadi yang saat muda
harus berjuang keras, saya kurang faham.
Apakah itu hanya pendapat orang berusia tua seperti saya ini, saya juga
kurang faham. Apakah itu gejala umum
pada generasi muda atau yang kebetulan yang saya amati, saya juga kurang
faham. Tetapi itulah yang saya
rasakan. Jika menggunakan nasehat teman
Jogya itu, sepertinya banyak anak muda yang keburu mencari “jenang” dan tidak
sabar untuk mendapatkan “jeneng” lebih dahulu.
Apakah itu terbawa
oleh situasi yang juga serba instan, saya juga kurang faham. Seorang teman muda mengatakan sekarang jaman
serba cepat. Kalau bisa didapat sekarang
mengapa harus besuk. Kalau tidak diambil
sekarang, kapan lagi ada kesempatan. Masa untuk kaya harus menunggu tua, nanti
keburu tidak dapat menikmati. Dan masih
banyak lagi argumen sejenis itu yang pernah saya dengar.
Yang mungkin dapat
saya ajukan adalah “jika kita mampu bekerja dengan baik, nanti orang akan
mencari kita”. Maksudnya jika orang
mengetahui bahwa kita punya keahlian dan mampu menerapkan keahlian itu dengan
baik, orang akan mendatangi kita untuk mengerjakan sesuatu. Jika kita mempunyai usaha dan perusahaan kita
dikenal baik, nanti orang akan mendatangi perusahaan kita. Nasehat itu yang sering saya sampaikan kepada
anak-anak dan teman muda. Bukankah itu
mirip dengan “carilah jeneng lebih dahulu dan jika sudah kita punyai, jenang
akan datang dengan sendirinya”. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar